Setelah menemukan naskah yang dicarinya, dia bergegas memeriksa naskah tersebut. Naskah yang dibuat dicetak dan dimasukan ke dalam amplop cokelat, di dalam amplop ada cd untuk menaruh naskah untuk berjaga-jaga jika laptopnya bermasalah. Nina segera mengeluarkan cd dan dimasukan ke dalam laptop, malam itu dia berniat lembur dan tidak tahu dengan perbuatan Aiko yang menyebarkan isu mengenai rumah yang dijadikan prostitusi. Salah satu akun baru menetas, membuat postingan seolah curahan hati. 'Aku tidak tahu apakah ada yang percaya dengan tulisanku. Maaf, karena aku memakai akun palsu, hanya saja aku resah karena ada orang yang membeli rumah untuk dijadikan prostitusi. Rasanya tidak nyaman sekali ada orang yang keluar masuk beda orang ke dalam rumah itu, tadinya kami kira hanya dikontrakan biasa atau orang melihat tapi intensitas mereka datang itu terlalu sering dan orangnya beda-beda.' 'Aku tidak percaya jika tidak ada bukti.' 'Benar, apalagi akun baru menetas.' 'Tunggu dulu ya, nan
Ketika usia belum genap enam tahun, Nina harus dihadapkan kenyataan hidup. Berdiri di depan pagar bersama mama yang sedang menggendong adik berusia setahun lebih muda dari Nina, bernama Surya.Anak kesayangan papa mereka pastinya juga shock karena menangis keras tanpa henti, tetangga prihatin dan ingin membantu tapi tidak bisa ikut campur urusan orang lain.Yang mereka bisa lakukan hanyalah membongkar rahasia menyakitkan atau bisa dibilang aib ketika mereka sedang mengungsi.Dan kenapa mereka bertiga bisa berdiri di depan pagar? Tentu saja karena ulah gila papa Nina.Tanpa sengaja Surya membuka handphone papa dan bertanya. "Pa, siapa Tante Nia? Kok minta uang ke papa dan ditunggu?"Sontak papa mereka yang awalnya memanjakan Surya seperti pangeran malah memukul habis-habisan, mama mereka yang berusaha melerai dan Nina yang melindungi Surya akhirnya diusir dari rumah.Lalu akhirnya mereka bertiga kembali setelah papa menjemput di rumah tetangga yang tentu saja sudah cerita semua hal saa
Di salah satu kafe terkenal kota Malang, Nina menghabiskan waktunya dengan duduk di sudut ruang sambil sibuk mengetik dan menghabiskan minuman, begitu camilan habis langsung pesan baru.Menu Italia adalah favoritnya dan kafe ini menyediakan menu seperti itu, murah tapi tidak murahan.Suasananya juga pas untuk membuat novel, saat ini Nina sedang mengetik adegan pertemuan dua tokoh utama yang mendebarkan.Berkat ide lucu sang mama, Nina bisa membuat cerita bagus dengan menjadikan dirinya tokoh utama lalu tokoh pasangannya adalah fiksi dan musuh kedua tokoh adalah pria yang dijodohkan dengannya.Nina terkekeh geli ketika membayangkan sang musuh terkejut melihat dua tokoh utama bermesraan. Ya kali, jatuh cinta pandangan pertama.Halu!Arka masuk ke dalam kafe sambil memegang sebuah foto, menatap sekeliling kafe untuk mencari wanita di dalam foto.Biasanya perempuan muda lebih suka menikah daripada menghadapi kenyataan hidup di lingkungan masyarakat. Pasti mudah merayu dia untuk menikah de
"Kamu tahu gak, tadi sore aku ketemu sama cewek payah?"Nina melihat temannya yang nyerocos sambil makan mie ayam. "Kalo bicara, makanannya ditelan dulu. Jorok amat jadi cowok."Setelah berhasil kabur dari cowok tampan nan mesum itu, akhirnya Nina mengajak Jaka makan bakso terkenal di kota Malang.Jaka tertawa. "Ya inilah cowok."Nina menggeleng dan meneruskan tulisannya di handphone "Jaka, kalo gak serius sama hidup, masa depan kamu bakal suram."Jaka merupakan teman baik Nina dari SD, playboynya tidak ketulungan. Dari Jaka inilah Nina juga belajar tentang kehidupan cowok bahkan nih makhluk tahu pekerjaan diam-diam Nina, karena setiap Jaka di wawancara pasti mendapat komisi."Jangan serius gitulah, Na. Hidup itu harus dinikmati apa adanya." Jaka mengunyah baksonya bulat-bulat. "Ngomong-ngomong gimana acara perjodohan kamu? Tante Retno kemarin pernah bilang sore ini kamu ke café buat ketemu sama calon suami makanya aku gak boleh ganggu kamu sore ini, sekarang malah di sini- apa tidak
Arka terkejut melihat amarah Nina. "Lho? Kamu sendiri yang tanya- kenapa aku tidak diberitahu ibuku."Nina menjadi panik. "Tante pasti sudah tanya ke mama, mama itu gak tahu apa-apa. Ya, kali orang tua tahu anaknya jadi penulis novel E. Kamu juga gila, ngomong itu difilter kek."Entah kenapa Arka merasa Nina lucu seperti seekor anjing. Meskipun tangannya masih memegang atas kepala Nina. Nih, bocah malah tidak takut. "Ka." Arka melirik tangan mungil dan putih yang menyentuh tangannya dengan takut. "Jangan seperti itu sama anak perempuan." Tegur kekasih Arka.Nina yang masih duduk, berusaha melepas genggaman tangan Arka di atas kepalanya. "Iya tuh, jangan kasar sama anak perempuan! Bitch!"Arka memutar kepalanya dan tersenyum menyeramkan. "Kamu bilang apa tadi?"Nina yang merasa masa depannya akan terancam, menggeleng ketakutan dan melipat bibir.Arka tergoda dengan bibir kecil itu lalu membungkuk dan mencium bibir Nina yang masih dilipat ke dalam dengan tangan kiri masih di atas ke
Kekasih Arka terisak. "Tadi, kamu datang ke sini seolah tidak terjadi apa pun, setelah melihat anak ini. Kamu berubah pikiran- apakah selama ini hubungan kita sedangkal itu?""Memang." Arka menjawab dengan tegas.Kekasih Arka terkejut lalu mengambil tasnya dan berlari keluar, temannya yang panik membayar makanan terlebih dahulu baru menyusul temannya tanpa mengambil kembalian.Nina mendorong Arka. "Ngapain kamu di sini?""Kamu punya pacar?" tanya Arka menggunakan dagunya.Jaka mengerutkan kening dengan jijik. "Enak aja pacarnya dia, calon pacarku itu kalem, gak belingsatan kayak Nina."Nina melempar tatapan tajam ke Jaka."Sudah makannya? Ayo kita pergi, untung saja aku tidak menolak dia buat datang ke sini."Jaka menarik tangan Nina dari seberang. "Eh! Tunggu!"Arka menatap tajam Nina lalu menariknya. "Kamu bilang tidak ada hubungan apa pun!"Nina yang kesakitan ditarik dua orang pria berusaha melepas pegangan mereka berdua. "Tunggu! Tunggu! Jangan tarik tanganku!"Arka dan Jaka mele
Mobil Arka berhenti di samping pagar rumah ketika melihat mobil rolls royce terparkir manis di dalam halaman rumahnya. Mobil nenek!Arka segera turun dengan langkah cepat dan tegas, beberapa pengawal yang berjaga dan sopir membungkuk memberi salam.Arka melirik sekilas lalu masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga. "Nenek." Sapa Arka ketika melihat neneknya duduk di sofa sementara ibunya duduk berlutut di lantai."Arka." Senyum nenek Arka. "Kenapa kamu terlambat pulang? Nenek kira kamu kabur, makanya nenek sedikit menghukum ibumu."Dengan wajah datar, Arka menolong ibunya berdiri dan mendudukkannya di sofa terdekat, berhadapan dengan sang nenek.Arka berdiri di samping sofa ibunya. "Apa yang nenek inginkan?""Nenek hanya kangen dan ingin bertemu dengan kamu, sayang.""Nenek, cucu nenek bukan hanya aku. Ayah sudah membuang aku dan kakak jadi, kenapa nenek tidak mengenali anak-anak ayah yang lainnya?"Nenek Arka meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan keras. "JANGAN KURANG AJAR KAMU!
"Hueeekk-" Nina muntah di bawah pohon begitu Arka selesai parkir mobil. "Hueek-"Arka mendekati Nina dan menepuk pundaknya. "Kamu tidak apa-apa?"Sontak orang-orang menatap aneh mereka berdua."Hueek-" Nina masih pusing, Arka benar-benar gila!"Haduh, kamu ini norak ya? Mual karena naik mobil."Nina ingin memaki tapi apa daya, tubuhnya masih lemas karena ulah Arka sialan."Kamu kuat jalan nggak?"Nina menggeleng. "Kakiku lemas," rengeknya.Arka menggendongnya ala putri. "Lain kali jangan udik, ke depannya kamu pasti naik mobil itu lagi. Harus dibiasain."Nina menggeleng lemas. "Nggak, itu semakin menguatkan aku supaya tidak dekat denganmu."Arka tersenyum kecil. "Kamu beneran nggak mau nikah sama aku?""Ya, nggaklah. Gila aja, mau cari mati apa?" balas Nina.Arka mengangguk mengerti lalu mereka masuk ke suatu gedung yang seperti masjid? Hah?Ayu mendekati Arka. "Aduh, Nina. Kamu tidak apa?"Nina memaksa turun. "Tante, kenapa di sini?"Retno mendekati Nina. "Nina, Arka sudah cerita sam