Kekasih Arka terisak. "Tadi, kamu datang ke sini seolah tidak terjadi apa pun, setelah melihat anak ini. Kamu berubah pikiran- apakah selama ini hubungan kita sedangkal itu?"
"Memang." Arka menjawab dengan tegas.Kekasih Arka terkejut lalu mengambil tasnya dan berlari keluar, temannya yang panik membayar makanan terlebih dahulu baru menyusul temannya tanpa mengambil kembalian.Nina mendorong Arka. "Ngapain kamu di sini?""Kamu punya pacar?" tanya Arka menggunakan dagunya.Jaka mengerutkan kening dengan jijik. "Enak aja pacarnya dia, calon pacarku itu kalem, gak belingsatan kayak Nina."Nina melempar tatapan tajam ke Jaka."Sudah makannya? Ayo kita pergi, untung saja aku tidak menolak dia buat datang ke sini."Jaka menarik tangan Nina dari seberang. "Eh! Tunggu!"Arka menatap tajam Nina lalu menariknya. "Kamu bilang tidak ada hubungan apa pun!"Nina yang kesakitan ditarik dua orang pria berusaha melepas pegangan mereka berdua. "Tunggu! Tunggu! Jangan tarik tanganku!"Arka dan Jaka melepas genggaman mereka.Nina duduk dengan lega lalu mengeluarkan uang selembar lima puluh ribuan dan diletakkan di atas meja. "Nih!"Jaka mengambil uang itu untuk membayar. "Tunggu di sini! Aku akan segera kembali!"Arka menunggu dengan tidak sabar sambil melipat tangan di depan dada. "Kamu berani sekali selingkuh di depanku!"Nina mengerutkan kening dengan heran. "Dih, siapa juga yang mau menikah sama kamu?"Arka yang mendengar itu segera duduk di samping Nina hingga punggung Nina menyentuh tembok. "Kamu benar-benar tidak suka pria tampan?"Nina menggeleng. "Aku tidak suka, jijik."Arka mendecak. "Harusnya kamu bisa berterima kasih karena pria tampan seperti aku, mau dengan kamu.""Kenapa kamu gencar sekali mau menikah denganku? Aku ini kan jelek seperti penilaian kamu!" kata Nina."Jelek?" tanya Arka. "Aku tidak bilang kamu jelek.""Tadi tuh, kamu bilang kalau aku harus terima kasih karena pria tampan seperti kamu mau sama aku, itu berarti aku jelek?" tanya Nina tidak terima."Tunggu, sepertinya kamu salah paham. Aku hanya tidak percaya ada seseorang yang tidak menyukai wajahku. Kamu lihat di media sosialkan? Nih!" Arka mengambil handphone dan menunjukkannya ke Nina tentang salah satu media sosial yang pengikutnya banyak.Nina membaca dan terpana, dia kenal pria ini. Kenapa tidak mengenalinya sedari awal?!Nina adalah pengikut pria ini dan untuk menyamarkan identitas sebagai penulis erotis, dia menggambar komik berdasarkan wajah pria ini. Meskipun agak berbeda dan sudah diubah sedikit, para penggemar komik Nina pun tidak menyadarinya."Tuh kan, banyak yang komen mesum di sana," ucap Arka dengan bangga.Sumpah, rasanya Nina ingin getok kepala Arka. Bagaimana bisa dengan santainya bicara hal semengerikan itu?"Kamu tidak masalah di komentari mesum?"Arka menarik handphone dan menaruhnya di saku celana. "Tidak ada masalah, itu resiko karena aku terlalu tampan."Nina juga tidak tahu kalau sebenarnya pria ini ada masalah di bagian otaknya. "Kamu sudah pernah ke dokter?""Hah?""Sepertinya ada salah satu sekrup yang lepas jadi-" Nina tidak melanjutkan kalimatnya."Aku percaya diri dan memuji diri sendiri bukan karena gila, tapi aku lebih menghargai diri sendiri. Dengan mengatakan aku tampan, berarti aku juga bisa menjaga ketampanan dengan kebersihan diri."Entah kenapa Nina tersinggung dengan bagian ini.Jaka kembali dan menyerahkan uang kembalian ke Nina. "Nih, aku pergi dulu daripada disangka selingkuhan! Bye, jangan lupa besok sekolah!"Nina mengangkat tangan hendak melarang Jaka pergi, Arka dengan gesit menarik tangan Nina dan melotot marah.Nina hanya bisa pasrah melihat temannya pergi dan melambaikan tangan dengan lemas."Ayo, kita pulang ke rumah kamu." Ajak Arka.Nina bergeming dan menatap tajam Arka. "Apakah ini soal warisan keluarga?""Apa?""Aku sudah dengar kalau kamu tidak mau menjadi pewaris dan akan dinikahkan dengan wanita lain. Apakah demi ini kamu sampai bersikap tidak tahu malu?"Arka menghela napas panjang, raut wajahnya yang semula tenang dan humoris berubah menjadi dingin. "Kalau iya, kenapa?"Nina terkejut melihat perubahan emosi Arka."Aku tidak mau menjadi pewaris karena ada kakakku, aku tidak mau dianggap tidak tahu malu demi ibuku.""Tapi, kalau aku tidak mau bagaimana?"Arka tersenyum miring. "Aku tidak peduli siapa yang akan aku nikahi selama ibuku yang memilih jadi aku anggap kamu hanya beruntung saja, sebagai anak laki-laki yang baik, patuh kepada perintah ibu tidak masalah bukan?"Nina terkejut."Tubuh ini akan menjadi milik kamu, tapi tidak dengan hati."PLAK!Tanpa sadar, Nina menampar wajah Arka.Arka menyentuh pipinya yang ditampar dan menatap tidak percaya Nina.Nina menarik kemeja Arka untuk mendekat dan bicara tepat di depan wajahnya. "Kamu kira aku akan berminat? Aku tidak akan pernah berminat padamu!"Setelah mengatakan itu, Nina mendorong Arka hingga jatuh ke belakang dan pergi tanpa menatap pria konyol itu.Arka sekali lagi terkejut dengan reaksi Nina.-------"Bagaimana dengan kencannya? Kenapa kamu pulang sendirian?" tanya Retno ke Nina, begitu melihat putri kesayangannya pulang sendirian dan naik tangga.Nina menghentikan langkah di tangga lalu berkata ke mamanya. "Ma, Nina pikir perjodohan ini tidak akan berhasil. Sebaiknya mama menyerah saja."Retno menghela napas panjang. "Mama tidak akan memaksa tapi kasihan tante Ayu sama Arka.""Kasihan?""Ya, tante Ayu ditekan keluarga mantan suaminya untuk menyerahkan Arka dan menggantikan posisi ayah kandung Arka.""Bukannya ada Arya? Kakak Arka?""Arya itu pilot, tidak mungkin paham mengenai manajemen perusahaan. Berbeda dengan Arka, lagipula Arya sudah menikah jadi tidak bisa meninggalkan istrinya yang di Jepang."Nina bersandar di tangga. "Lalu kenapa Arka terlihat gencar mendekati Nina? Padahal Nina tidak mau menikah.""Kamu bilang begitu ke dia?"Nina mengangguk kecil."Mama sendiri tidak tahu.""Memangnya tidak ada pilihan yang lain? Kan ada tuh para pacarnya.""Tante Ayu itu percaya sama ramalan, begitu kamu lahir- dia segera menemui mama dan bilang kalau kamu itu jodoh anaknya.""Anaknya yang mana?""Arkalah, masa Arya. Arya waktu itu sudah dijodohkan dengan anak lain dari keluarga ayahnya tapi batal karena Arya menikah sama model yang kecelakaan itu."Nina merengek. "Nina tidak mau menikah, Nina masih mau kuliah, ma.""Mama sih terserah kamu, tapi mama tidak tanggung jawab ya kalau Arka maksa.""Yah, gimana sih-""Nin, mama sendiri juga tidak enak kalau menolak. Selama ini tante Ayu sudah membantu kita saat papa pergi dengan wanita lain. Kamu kalau bisa menolak, tolak yang kenceng. Pokoknya jawaban mama ya di kamu, mama tidak bisa paksa anak mama dan juga tidak enak sama teman mama."Nina paham dilema yang dialami mamanya. Argh!Mobil Arka berhenti di samping pagar rumah ketika melihat mobil rolls royce terparkir manis di dalam halaman rumahnya. Mobil nenek!Arka segera turun dengan langkah cepat dan tegas, beberapa pengawal yang berjaga dan sopir membungkuk memberi salam.Arka melirik sekilas lalu masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga. "Nenek." Sapa Arka ketika melihat neneknya duduk di sofa sementara ibunya duduk berlutut di lantai."Arka." Senyum nenek Arka. "Kenapa kamu terlambat pulang? Nenek kira kamu kabur, makanya nenek sedikit menghukum ibumu."Dengan wajah datar, Arka menolong ibunya berdiri dan mendudukkannya di sofa terdekat, berhadapan dengan sang nenek.Arka berdiri di samping sofa ibunya. "Apa yang nenek inginkan?""Nenek hanya kangen dan ingin bertemu dengan kamu, sayang.""Nenek, cucu nenek bukan hanya aku. Ayah sudah membuang aku dan kakak jadi, kenapa nenek tidak mengenali anak-anak ayah yang lainnya?"Nenek Arka meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan keras. "JANGAN KURANG AJAR KAMU!
"Hueeekk-" Nina muntah di bawah pohon begitu Arka selesai parkir mobil. "Hueek-"Arka mendekati Nina dan menepuk pundaknya. "Kamu tidak apa-apa?"Sontak orang-orang menatap aneh mereka berdua."Hueek-" Nina masih pusing, Arka benar-benar gila!"Haduh, kamu ini norak ya? Mual karena naik mobil."Nina ingin memaki tapi apa daya, tubuhnya masih lemas karena ulah Arka sialan."Kamu kuat jalan nggak?"Nina menggeleng. "Kakiku lemas," rengeknya.Arka menggendongnya ala putri. "Lain kali jangan udik, ke depannya kamu pasti naik mobil itu lagi. Harus dibiasain."Nina menggeleng lemas. "Nggak, itu semakin menguatkan aku supaya tidak dekat denganmu."Arka tersenyum kecil. "Kamu beneran nggak mau nikah sama aku?""Ya, nggaklah. Gila aja, mau cari mati apa?" balas Nina.Arka mengangguk mengerti lalu mereka masuk ke suatu gedung yang seperti masjid? Hah?Ayu mendekati Arka. "Aduh, Nina. Kamu tidak apa?"Nina memaksa turun. "Tante, kenapa di sini?"Retno mendekati Nina. "Nina, Arka sudah cerita sam
"Apa? Mau protes?" tantang Nina. "Jika aku tidak melakukan ini, aku tidak akan bisa membayar semua kebutuhan rumah.""Mama kamu tidak curiga?""Tidak, mama hanya tahu aku gambar komik.""Kamu- bisa membohongi dua orang tua dengan mulus, jangan-jangan juga bisa bohong ke suami kamu ini?"Nina tidak suka dengan klaim status Arka. "Meskipun kita nikah siri, aku masih belum setuju menikah dengan kamu. Biar saja aku dibilang istri tidak tahu diri, proses menikahnya saja paksa. Aku juga curiga kenapa tante dan mama hanya diam saja, berarti ke depannya aku disuruh menghadapi sesuatu kan?""Benar." Angguk Arka.Nina tiba-tiba menampar pipi Arka.Arka terkejut, ini kedua kalinya ditampar Nina."Talak aku!""Kamu melakukan ini untuk aku talak?""Memang!""Kamu-""Aku tidak mau ikut denganmu, aku masih mau sama mama.""Kamu istriku!""Dan aku musuh kamu!"Arka dan Nina saling melotot, tidak takut dengan intimidasi masing-masing lawan.Arka akhirnya menyerah. "Kamu mau apa sekarang?""Tetap menjal
Nina merasa ada sesuatu yang menindih tangannya, kedua mata perlahan dibuka dan melihat seseorang tertidur di samping tempat tidur dengan salah satu tangan di atas tempat tidur, lebih tepatnya di atas tangan Nina.Nina hampir menjerit lalu menutup mulut, melihat jam tangan di tangan pria itu sudah jam dua belas malam.Nina tersadar dirinya sudah di rumah. Kapan?Nina segera menggoyang tubuh Arka dan membangunkannya. "Arka!"Arka membuka mata. "Mhm?" erangnya.Astaga, mengerang saja sudah sexy begitu.PLAK!Nina menampar pipinya sendiri dengan keras, Arka sontak membuka mata. "Kamu kenapa pukul pipi sendiri?"Nina menatap Arka lalu menggeleng. "Tidak."Arka menarik tangan Nina lalu mengusapnya pelan. "Astaga, ini sampai merah."Nina menepis tangan Arka. "Kamu kenapa di kamarku?""Wajar, aku kan suami kamu.""Tidak wajar bagiku," bantah Nina."Biarkan aku istirahat di sini.""Enak saja, di dunia ini tidak gratis! Pergi sana!""Aku kabulkan apa pun yang kamu inginkan.""Tidak mau!""Ah,
Mulut Arka menganga lebar ketika sudah tiba di kamar Nina, hari ini dia memutuskan kabur dari rumah setelah dikirimi koper oleh Ayu. Masalahnya si nenek berkali-kali datang ke rumah membawa siapa tuh namanya.Arka serius membaca sekaligus mendalami isi buku. "Pantas saja dia tiba-tiba begitu, ternyata tokoh prianya seperti ini. Ck, yang benar aja kali kabur begitu saja demi wanita."Nina yang sedari tadi belajar di meja belajar, memutar kursi dan menatap kesal Arka. "Bisa nggak sih diem?"Arka melirik sekilas Nina lalu memunggungi istri dajjal itu, ceritanya hari ini dia mau ngambek.Nina mengangkat kedua bahu dengan santai lalu kembali fokus belajar.Kedua mata Arka mengerjap ketika sudah masuk adegan hot, dia membacanya sampai habis."Nin," panggilnya setelah merenung."Apa?""Ini adegan kita semalam kan?"Nina berlari ke tempat tidur dan berusaha merampas buku di tangan Arka lalu gagal karena tangan sang suami lebih panjang.Arka tertawa geli. "Haduh istriku, sudah berani menyerang
Arka semakin kesal ketika Aiko yang terang-terangan menyatakan suka dengan suara keras, rekan-rekan di sekitar ruangannya jadi mendengar."Aiko, aku tidak tertarik padamu. Kita baru saling mengenal.""Kalau tidak salah, ada namanya kenal setelah menikah. Aku tidak keberatan.""Memangnya apa yang diberikan nenekku kepada orang tuamu?""Ya?""Tidak mungkin kamu seperti ini jika tidak ada sesuatu."Aiko menggigit bibir bawahnya, enggan bicara yang sebenarnya. "Aku hanya jatuh hati saat pandangan pertama, aku hanya ingin mengejar cinta pertamaku."Arka tahu kebohongan Aiko lalu menghubungi temannya. "Aku mau ke tempat klien, bisa tolong urusi tamu yang tidak diundang ini?""Arka, kamu keterlaluan." Aiko menjadi sedih.Arka tidak peduli dan segera membereskan mejanya, tidak lupa membawa bekal makan dari ibu mertua.Aiko berdiri dan menghalangi Arka. "Kenapa kamu keras kepala seperti ini? Harusnya terima saja semua yang akan diberikan nenek kamu. Aku-""Tidak perlu ikut campur masalah orang
Nenek dan Aiko sudah pulang sementara Arka duduk berhadapan dengan Arya dan istrinya."Kakak."Arya mengangkat tangan dan menggeleng. "Aku sudah tahu apa yang akan kamu katakan. Tapi, maaf. Aku tidak tertarik menggantikan posisi ayah.""Tapi, kak.""Aku pilot, bukan ahli keuangan seperti kamu- selain itu, aku juga bukan putra sah ayah. Aku hanya anak dari selingkuhan ayah."Ayu mengeratkan genggamannya di Arka dan menatap sedih Arya. "Tapi kamu tetap anak ibu."Arya tersenyum sedih. "Aku tahu, terima kasih sudah merawat aku, bu. Tapi memang aku tidak pantas menjadi pengganti ayah, yang dicari nenek juga adalah kamu satu-satunya anak sah ayah. Kita semua tahu bagaimana sifat nenek, bahkan sempat ada isu, beliau rela membuang anak hasil diperkosa. Padahal anak itu juga tidak bersalah."Arka mengacak rambut dengan kesal. "Tapi pengadilan negara sudah memutuskan kakak adalah anak ibu, kenapa kakak tidak menerimanya saja?"Arya menatap heran Arka. "Kamu sendiri kenapa tidak mau menerimanya
"Nina menginap disini?" tanya Ayu.Nina mengangguk. "Ya, tadinya Nina tidak mau menginap tapi begitu melihat ada mas Arya dan istrinya disini, Nina tidak mungkin pergi dong.""Kalau begitu, tidur di kamar Arka ya," kata Ayu. Mika yang mendengar itu, sontak menoleh, Arya melirik sekilas istrinya.Arka menarik tangan Nina hingga mencapai lantai dua, tiba-tiba Nina teringat dengan gebetan semasa SMP. "Kamu tahu, beberapa rumah dari sini, ada rumah pria pujaanku lho.""Aku tidak tertarik, toh kamu istriku."Entah kenapa Nina merasa sakit hati dengan sikap acuh Arka.Arka membuka pintu lalu menyuruh Nina masuk ke dalam kamar.Nina masuk dan melihat isi kamar berwarna serba abu-abu. "Apakah kamu suka warna abu-abu?""Kenapa kamu ke rumah?""Tidak boleh?""Bukan begitu, tapi-""Aku hanya ingin kangen sama suami sendiri." Nina menatap Arka dengan tatapan puppy eye.Arka menepis semua tatapan Nina. "Aku akan menelepon tante."Nina mendecak kesal. "Apa salahnya sih datang ke rumah suami sendiri