Ketika usia belum genap enam tahun, Nina harus dihadapkan kenyataan hidup. Berdiri di depan pagar bersama mama yang sedang menggendong adik berusia setahun lebih muda dari Nina, bernama Surya.
Anak kesayangan papa mereka pastinya juga shock karena menangis keras tanpa henti, tetangga prihatin dan ingin membantu tapi tidak bisa ikut campur urusan orang lain.
Yang mereka bisa lakukan hanyalah membongkar rahasia menyakitkan atau bisa dibilang aib ketika mereka sedang mengungsi.
Dan kenapa mereka bertiga bisa berdiri di depan pagar? Tentu saja karena ulah gila papa Nina.
Tanpa sengaja Surya membuka handphone papa dan bertanya. "Pa, siapa Tante Nia? Kok minta uang ke papa dan ditunggu?"
Sontak papa mereka yang awalnya memanjakan Surya seperti pangeran malah memukul habis-habisan, mama mereka yang berusaha melerai dan Nina yang melindungi Surya akhirnya diusir dari rumah.
Lalu akhirnya mereka bertiga kembali setelah papa menjemput di rumah tetangga yang tentu saja sudah cerita semua hal saat mereka bertiga tidak di rumah. Jadi rumah yang kami tinggali ini di kota Surabaya tapi hari Sabtu pulang ke Malang lalu minggu malamnya balik.
Kenapa mama Nina melakukan hal itu? Ini karena krisis moneter, papa Nina dipecat dari perusahaan dengan alasan Krismon lalu usaha sampingan papa Nina yang jual beli kendaraan bangkrut dan usaha bengkel, semua peralatan dibawa kabur temannya. Lengkap sudah penderitaan kedua orang tua Nina, apalagi dikejar debt colector dari dua bank yang berbeda.
Jadinya, demi mendapat lauk tambahan untuk seminggu. Mama Nina rela melakukan perjalanan Surabaya - Malang - Surabaya. Tindakan terlihat bodoh dan nekat, tapi hanya itu jalan keluarnya bagi mama Nina yang tidak bekerja sama sekali.
Mama Nina juga polos, menurut yang pada akhirnya terbuka juga kan kalau papa Nina membawa wanita lain tanpa malu ke rumah itu, prinsip dia itu rumahnya jadi orang lain tidak bisa ikut campur.
Mau marah? Malu-maluin.
Mau nangis? Percuma.
Yang ada hanya pasrah dan berharap orang itu segera berubah tapi malah semakin menjadi-jadi, sebenarnya perselingkuhan papa Nina ini sudah lama sejak Nina baru dilahirkan tapi mamanya hanya curiga lalu masa bodoh. Yang penting tunduk dan taat kepada suami dan membesarkan anak dengan baik.
Nina jadi benci situasi ini termasuk kedua orang tuanya, untung sejak usia tiga setengah tahun dirinya sudah bisa membaca jadi lebih memilih tenggelam dalam buku bacaan.
Lalu akhirnya mama Nina menyerah dan pulang ke Malang bersama Nina dan Surya, papa? Ya kawin lagi dong, laki gitu lho!
Penderitaan mereka tidak sampai disitu saja, karena hidup menumpang di samping mama tidak punya pekerjaan, mereka bertiga harus hidup dari belas kasihan keluarga. Cacian itu seperti makanan sehari-hari ditambah papa Nina yang tidak memberikan uang sama sekali.
Pelarian Nina kembali ke buku, karena buku komik dan novel yang dibacanya habis. Akhirnya mengambil buku dewasa si mama.
"Wuaaah!"
Kalau tidak salah, itu terjadi saat Nina masuk kelas dua SMP. Baru mengenal namanya ciuman di komik saat kelas lima SD lalu buku seks di kelas dua SMP.
Nina menjadi tertarik dan diam-diam membaca buku itu di kamar, hal itu berlangsung sampai usia tujuh belas tahun, setelahnya dia bebas beli novel dewasa diskonan di toko buku.
Hal inilah yang menjadikan dirinya untuk mencoba menulis, yang awalnya hanya menulis dialog lalu berkembang menjadi penulis cinta biasa dan pada akhirnya memberanikan diri menulis romansa dewasa.
Yang pada awalnya iseng masukan novel setelah mencoba belajar dan bertanya kemana-mana, akhirnya bisa menghasilkan uang.
Pada akhirnya Nina bisa mencetak uang sendiri di usia belum genap kepala dua, membantu modal mamanya untuk memasak sehingga terkenal dan juga mencetak buku masak populer.
Kata orang menjadi penulis erotis itu dosa besar, tapi mereka tidak tahu bagaimana susah payah Nina dan mamanya untuk membangun ekonomi keluarga sekaligus menutup hutang-hutang.
Jika kalian menilai Nina bisa menjadi penulis erotis karena berpengalaman nyata, maka pemikiran kalian nol besar. Nina masih perawan dan tidak mau disentuh lawan jenis jika benar-benar sudah menikah.
Kalian pikir novel-novel erotis hanya menonjolkan adegan ranjang? Salah besar! Penulis erotis juga memiliki adegan pengkhianatan, cinta, resiko dan lainnya.
Jadi, mau seks bebas dengan resiko hamil di luar nikah? Big no bagi Nina!
Pria tidak seindah novel dan hidup tidak sebagus novel.
Dikejar CEO? Hanya mimpi!
------
Bagi Arka yang sudah susah payah belajar untuk menjadi financial planner, berita mengenai kematian sang ayah adalah bom."Aku tidak mau menggantikan ayah!" bentak Arka. "Masih ada kakak, kenapa aku yang harus maju?!"
"Arka, dengar. Kakak kamu itu hanya seorang pilot bukan ahli keuangan, itu yang menjadi pertimbangan semua orang." Ibu Arka berusaha menenangkan anaknya.
"Bu, biar saja. Ayah punya banyak anak haram di luar sana, sekarang kita bisa hidup bahagia berdua." Arka memegang lengan ibunya dengan lembut.
Bibir ibu Arka bergetar, masih sakit hati setelah mendengar keterangan polisi bahwa suaminya meninggal di pangkuan wanita panggilan. Harga dirinya sangat terluka apalagi dipermalukan secara terang-terangan.
Orang-orang bukannya simpati tapi tertawa mengejek, pewaris kekayaan keluarga Tsoejipto mati di pangkuan wanita panggilan dan belum dibayar sama sekali. Wanita panggilan itu juga menuntut bayaran.
Berita sudah menyebar dan menampar wajah istri dan anak-anak sah.
Ibu Arka menunduk lesu, hatinya terlalu sakit.
Arka yang melihat itu segera menarik lembut ibunya ke sofa terdekat dan duduk di sana. "Bu."
"Ibu sebenarnya tidak mau kamu menggantikan ayah tapi ini keinginan nenek kamu, ibu tidak bisa berbuat apa-apa."
Arka menggigit bagian dalam bibir bawah dengan keras. Wanita tua itu masih saja tidak berubah, dia pasti mengancam ibu.
"Apakah dia mengancam soal bisnis percetakan ibu?" geram Arka.
Ibu Arka tidak menjawab, hanya menundukkan kepala dengan sedih dan kedua tangan gemetar.
Melihat reaksi ibunya, Arka memejamkan mata dan menggertakan gigi dengan emosi.
Tiba-tiba muncul ide di benak ibu Arka. "Bagaimana jika kamu menikah saja?"
"Apa?"
"Menikah dengan anak teman ibu, dia hari ini ujian terakhir sekolah jadi kamu bisa coba mendekatinya."
Arka tidak mengerti. "Tunggu, apa hubungannya dengan pernikahan ini?"
"Sebenarnya nenek ingin menjadikan kamu sebagai pewaris karena akan dijodohkan dengan salah satu rekan bisnisnya."
Arka akhirnya mengerti.
"Selain itu nenek juga melihat kemampuan kamu dalam bidang ekonomi, memang posisi melebihi kakak kamu yang pilot tapi setidaknya kamu-" ibu Arka tidak sanggup melanjutkan kalimatnya lagi.
Arka memeluk ibunya. "Kita coba cara itu bu, aku akan menikah dengan anak teman ibu."
Ibu Arka mengangguk. "Dia anak baik, cantik dan sedikit unik tapi setidaknya kamu coba temui dia dulu. Ibu tidak memaksa."
Arka menaikkan salah satu alisnya. Bagian unik ini yang menjadi tanda pertanyaan besar, seunik apa anak ini sampai ibunya menyebut dia unik?
"Ya." Angguk Arka.
Ibu bangkit dari sofa dan bergegas masuk ke dalam kamar.
Arka memiringkan kepala. Sepertinya ada yang aneh di sini tapi apa ya?
Di salah satu kafe terkenal kota Malang, Nina menghabiskan waktunya dengan duduk di sudut ruang sambil sibuk mengetik dan menghabiskan minuman, begitu camilan habis langsung pesan baru.Menu Italia adalah favoritnya dan kafe ini menyediakan menu seperti itu, murah tapi tidak murahan.Suasananya juga pas untuk membuat novel, saat ini Nina sedang mengetik adegan pertemuan dua tokoh utama yang mendebarkan.Berkat ide lucu sang mama, Nina bisa membuat cerita bagus dengan menjadikan dirinya tokoh utama lalu tokoh pasangannya adalah fiksi dan musuh kedua tokoh adalah pria yang dijodohkan dengannya.Nina terkekeh geli ketika membayangkan sang musuh terkejut melihat dua tokoh utama bermesraan. Ya kali, jatuh cinta pandangan pertama.Halu!Arka masuk ke dalam kafe sambil memegang sebuah foto, menatap sekeliling kafe untuk mencari wanita di dalam foto.Biasanya perempuan muda lebih suka menikah daripada menghadapi kenyataan hidup di lingkungan masyarakat. Pasti mudah merayu dia untuk menikah de
"Kamu tahu gak, tadi sore aku ketemu sama cewek payah?"Nina melihat temannya yang nyerocos sambil makan mie ayam. "Kalo bicara, makanannya ditelan dulu. Jorok amat jadi cowok."Setelah berhasil kabur dari cowok tampan nan mesum itu, akhirnya Nina mengajak Jaka makan bakso terkenal di kota Malang.Jaka tertawa. "Ya inilah cowok."Nina menggeleng dan meneruskan tulisannya di handphone "Jaka, kalo gak serius sama hidup, masa depan kamu bakal suram."Jaka merupakan teman baik Nina dari SD, playboynya tidak ketulungan. Dari Jaka inilah Nina juga belajar tentang kehidupan cowok bahkan nih makhluk tahu pekerjaan diam-diam Nina, karena setiap Jaka di wawancara pasti mendapat komisi."Jangan serius gitulah, Na. Hidup itu harus dinikmati apa adanya." Jaka mengunyah baksonya bulat-bulat. "Ngomong-ngomong gimana acara perjodohan kamu? Tante Retno kemarin pernah bilang sore ini kamu ke café buat ketemu sama calon suami makanya aku gak boleh ganggu kamu sore ini, sekarang malah di sini- apa tidak
Arka terkejut melihat amarah Nina. "Lho? Kamu sendiri yang tanya- kenapa aku tidak diberitahu ibuku."Nina menjadi panik. "Tante pasti sudah tanya ke mama, mama itu gak tahu apa-apa. Ya, kali orang tua tahu anaknya jadi penulis novel E. Kamu juga gila, ngomong itu difilter kek."Entah kenapa Arka merasa Nina lucu seperti seekor anjing. Meskipun tangannya masih memegang atas kepala Nina. Nih, bocah malah tidak takut. "Ka." Arka melirik tangan mungil dan putih yang menyentuh tangannya dengan takut. "Jangan seperti itu sama anak perempuan." Tegur kekasih Arka.Nina yang masih duduk, berusaha melepas genggaman tangan Arka di atas kepalanya. "Iya tuh, jangan kasar sama anak perempuan! Bitch!"Arka memutar kepalanya dan tersenyum menyeramkan. "Kamu bilang apa tadi?"Nina yang merasa masa depannya akan terancam, menggeleng ketakutan dan melipat bibir.Arka tergoda dengan bibir kecil itu lalu membungkuk dan mencium bibir Nina yang masih dilipat ke dalam dengan tangan kiri masih di atas ke
Kekasih Arka terisak. "Tadi, kamu datang ke sini seolah tidak terjadi apa pun, setelah melihat anak ini. Kamu berubah pikiran- apakah selama ini hubungan kita sedangkal itu?""Memang." Arka menjawab dengan tegas.Kekasih Arka terkejut lalu mengambil tasnya dan berlari keluar, temannya yang panik membayar makanan terlebih dahulu baru menyusul temannya tanpa mengambil kembalian.Nina mendorong Arka. "Ngapain kamu di sini?""Kamu punya pacar?" tanya Arka menggunakan dagunya.Jaka mengerutkan kening dengan jijik. "Enak aja pacarnya dia, calon pacarku itu kalem, gak belingsatan kayak Nina."Nina melempar tatapan tajam ke Jaka."Sudah makannya? Ayo kita pergi, untung saja aku tidak menolak dia buat datang ke sini."Jaka menarik tangan Nina dari seberang. "Eh! Tunggu!"Arka menatap tajam Nina lalu menariknya. "Kamu bilang tidak ada hubungan apa pun!"Nina yang kesakitan ditarik dua orang pria berusaha melepas pegangan mereka berdua. "Tunggu! Tunggu! Jangan tarik tanganku!"Arka dan Jaka mele
Mobil Arka berhenti di samping pagar rumah ketika melihat mobil rolls royce terparkir manis di dalam halaman rumahnya. Mobil nenek!Arka segera turun dengan langkah cepat dan tegas, beberapa pengawal yang berjaga dan sopir membungkuk memberi salam.Arka melirik sekilas lalu masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga. "Nenek." Sapa Arka ketika melihat neneknya duduk di sofa sementara ibunya duduk berlutut di lantai."Arka." Senyum nenek Arka. "Kenapa kamu terlambat pulang? Nenek kira kamu kabur, makanya nenek sedikit menghukum ibumu."Dengan wajah datar, Arka menolong ibunya berdiri dan mendudukkannya di sofa terdekat, berhadapan dengan sang nenek.Arka berdiri di samping sofa ibunya. "Apa yang nenek inginkan?""Nenek hanya kangen dan ingin bertemu dengan kamu, sayang.""Nenek, cucu nenek bukan hanya aku. Ayah sudah membuang aku dan kakak jadi, kenapa nenek tidak mengenali anak-anak ayah yang lainnya?"Nenek Arka meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan keras. "JANGAN KURANG AJAR KAMU!
"Hueeekk-" Nina muntah di bawah pohon begitu Arka selesai parkir mobil. "Hueek-"Arka mendekati Nina dan menepuk pundaknya. "Kamu tidak apa-apa?"Sontak orang-orang menatap aneh mereka berdua."Hueek-" Nina masih pusing, Arka benar-benar gila!"Haduh, kamu ini norak ya? Mual karena naik mobil."Nina ingin memaki tapi apa daya, tubuhnya masih lemas karena ulah Arka sialan."Kamu kuat jalan nggak?"Nina menggeleng. "Kakiku lemas," rengeknya.Arka menggendongnya ala putri. "Lain kali jangan udik, ke depannya kamu pasti naik mobil itu lagi. Harus dibiasain."Nina menggeleng lemas. "Nggak, itu semakin menguatkan aku supaya tidak dekat denganmu."Arka tersenyum kecil. "Kamu beneran nggak mau nikah sama aku?""Ya, nggaklah. Gila aja, mau cari mati apa?" balas Nina.Arka mengangguk mengerti lalu mereka masuk ke suatu gedung yang seperti masjid? Hah?Ayu mendekati Arka. "Aduh, Nina. Kamu tidak apa?"Nina memaksa turun. "Tante, kenapa di sini?"Retno mendekati Nina. "Nina, Arka sudah cerita sam
"Apa? Mau protes?" tantang Nina. "Jika aku tidak melakukan ini, aku tidak akan bisa membayar semua kebutuhan rumah.""Mama kamu tidak curiga?""Tidak, mama hanya tahu aku gambar komik.""Kamu- bisa membohongi dua orang tua dengan mulus, jangan-jangan juga bisa bohong ke suami kamu ini?"Nina tidak suka dengan klaim status Arka. "Meskipun kita nikah siri, aku masih belum setuju menikah dengan kamu. Biar saja aku dibilang istri tidak tahu diri, proses menikahnya saja paksa. Aku juga curiga kenapa tante dan mama hanya diam saja, berarti ke depannya aku disuruh menghadapi sesuatu kan?""Benar." Angguk Arka.Nina tiba-tiba menampar pipi Arka.Arka terkejut, ini kedua kalinya ditampar Nina."Talak aku!""Kamu melakukan ini untuk aku talak?""Memang!""Kamu-""Aku tidak mau ikut denganmu, aku masih mau sama mama.""Kamu istriku!""Dan aku musuh kamu!"Arka dan Nina saling melotot, tidak takut dengan intimidasi masing-masing lawan.Arka akhirnya menyerah. "Kamu mau apa sekarang?""Tetap menjal
Nina merasa ada sesuatu yang menindih tangannya, kedua mata perlahan dibuka dan melihat seseorang tertidur di samping tempat tidur dengan salah satu tangan di atas tempat tidur, lebih tepatnya di atas tangan Nina.Nina hampir menjerit lalu menutup mulut, melihat jam tangan di tangan pria itu sudah jam dua belas malam.Nina tersadar dirinya sudah di rumah. Kapan?Nina segera menggoyang tubuh Arka dan membangunkannya. "Arka!"Arka membuka mata. "Mhm?" erangnya.Astaga, mengerang saja sudah sexy begitu.PLAK!Nina menampar pipinya sendiri dengan keras, Arka sontak membuka mata. "Kamu kenapa pukul pipi sendiri?"Nina menatap Arka lalu menggeleng. "Tidak."Arka menarik tangan Nina lalu mengusapnya pelan. "Astaga, ini sampai merah."Nina menepis tangan Arka. "Kamu kenapa di kamarku?""Wajar, aku kan suami kamu.""Tidak wajar bagiku," bantah Nina."Biarkan aku istirahat di sini.""Enak saja, di dunia ini tidak gratis! Pergi sana!""Aku kabulkan apa pun yang kamu inginkan.""Tidak mau!""Ah,