Beranda / Romansa / PENGUASA RAGA / 1. Terperangkap

Share

PENGUASA RAGA
PENGUASA RAGA
Penulis: MamGemoy

1. Terperangkap

Penulis: MamGemoy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jiena adalah seorang wanita 26 tahun yang memiliki krisis identitas dalam dirinya. Sejak menginjak usia remaja tubuh Jiena mulai terlihat gejala-gejala aneh. Dia mengalami masa pubertas untuk kedua jenis kelamin. Terkadang merasa feminin dan juga maskulin. Tumbuh bulu, menstruasi dan pertumbuhan payudara yang tidak normal. Seiring berjalannya waktu, leher Jiena mengeras, seperti memiliki jakun layaknya pria dewasa. Otot tubuhnya juga perlahan terlihat. Tak menampakkan ciri sebagai seorang wanita sama sekali.

Jiena berusaha menutupi semua itu dengan baik, sehingga keluarganya tidak ada yang tahu. Pernah sekali dia memeriksakan diri ke dokter. Ternyata Jiena mengidap penyakit langka, Polycystic ovary syndrome (PCOS). Tubuhnya memproduksi hormon laki-laki (androgen) secara berlebihan.

Semua pertumbuhan aneh itu terus berlanjut hingga dia lulus dari SMA. Jiena memutuskan untuk berkuliah jauh dari rumahnya agar bisa tinggal sendiri. Gejala aneh lainnya kembali muncul. Dia sering bermimpi melakukan sesuatu, tapi bukan dia yang menggerakkan tubuhnya. Seperti ada orang lain yang melakukannya. Setelah berusaha melawan, dia sadar ternyata semua itu bukanlah mimpi. Ada kepribadian lain yang menguasai tubuhnya. Saat melihat ke cermin, penampilanya benar-benar seperti seorang pria. Jiena terperangkap dalam waktu yang lama di dalam tubuhnya sendiri.

Yujie—kepribadian lain dari diri Jiena. Selalu berusaha menguasai tubuhnya. Mereka hanya bisa bertukar tempat jika Yujie tertidur. Dapai dia tersadar, tubuhnya benar-benar telah berubah total. Tak tampak lagi tanda-tanda wanita di dirinya, kecuali dengan siklus menstruasi, itu pun tidak normal. Yujie telah mengubah dirinya. Bahkan saat dia mendapat pekerjaan. Orang-orang tak akan tau jika dia adalah seorang wanita jika tidak menggunakan kartu identitas.

Jiena kembali bertarung dengan dirinya. Dia menatap cermin dan berbicara dengan dirinya sendiri.

“Sialan! Sampai kapan kamu terus di sini? Aku perempuan, aku mau normal seperti yang lainnya!” Teriak Jiena dengan napas terengah-engah, mata berair dan tangan mengepal.

“Hahaha, normal? Sejak kapan hidup lo bisa normal? Selagi orang tua lo … emm bukan, orang tua kita tak pernah peduli satu sama lain, lo nggak akan pernah hidup normal! Hahaha ...!” Tawa Yujie terdengar sangat menjengkelkan.

Memang hanya pantulan dirinya saja yang terlihat di cermin. Namun, suara Yujie terdengar sangat jelas di telinga Jiena. Seolah sekarang mereka memang sedang berhadapan. Saling bertatapan, sangat dekat, hingga rasanya seakan bisa disentuh dan melakukan pertarungan fisik. Seolah dalam penglihatan Jiena saat ini, dia sedang menggenggam kerah Yujie, dan dengan seluruh kekuatannya, melancarkan serangan.

“Diam …! Pergi kamu, pergi!”

Seketika suara pecahan kaca bergema di ruangan itu. Di kamar apartemen yang telah ditempatinya selama tiga tahun terakhir. Di tempat tinggalnya yang lama, Jiena sangat merasa tidak nyaman dengan omongan orang-orang atas dirinya. Sebab itu Jiena mencari tempat tinggal yang penghuninya berinteraksi lebih sedikit.

Yujie adalah musuh terbesarnya selama ini. Jiena tak pernah diberi kesempatan untuk mengobati kelainannya. Yujie selalu muncul tanpa diinginkan. Rencananya untuk menemui dokter pun selalu digagalkan.

Buku-buku jari Jiena mengeluarkan darah segar. Mengalir dari pangkal hingga ujung jarinya. Bahu naik turun mengatur napas yang kian sesak. Kemarahan dilampiaskan hingga membuat tangan yang mengepal itu sobek di tiga titik.

“Haaahh ... Hahh ....”

“Kau kelelahan saudariku? Hahaha ... jangan terlalu berusaha, pada akhirnya gue-lah pemenangnya.”

Tubuh Jiena yang benar-benar terlihat seperti pria, ambruk. Dia luruh ke lantai keramik yang dipenuhi pecahan kaca. Benar, dia lelah, sangat lelah. Menghadapi dirinya sendiri yang tak pernah bisa normal. Menghadapi Yujie yang dengan brutal menguasainya. Wanita malang itu hanya bisa tertunduk dalam lelahnya.

Jiena menangis meratapi nasibnya, sementara Yujie tertawa bahagia di dalam dirinya. Hal itu membuat Jiena semakin marah.

“Diam! Diam kamu!” Air mata tak berhenti mengalir. Membasahi wajahnya yang maskulin.

“Hahaha, maafkan aku saudariku. Sebaiknya kamu beristirahat sekarang.”

Beristirahat yang Yujie maksud adalah, Jiena harus kembali lagi terperangkap dalam tubuhnya sendiri. Lalu dia akan melihat apa pun yang Yujie lakukan. Jiena hanya bisa berteriak tanpa ada seorang pun yang bisa mendengarkan.

“Tidak! Tidak, to–tolong jangan lakukan lagi!” Jiena merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. "Aaaarrggg … tolong jangan!" Rambutnya diremas, berteriak, meronta dan menengadahkan kepalanya.

Percuma saja, dia menolak seperti apa pun. Si pencuri tubuh itu tetap akan menang. Dalam sekejap, mereka akhirnya bertukar tempat. Yujie memperlihatkan wajah bengisnya pada pecahan kaca di lantai. Senyum kemenangan dia perlihatkan, seolah mengejek wanita lemah yang kini telah terperangkap untuk kesekian kalinya.

Jiwa seorang pria telah muncul, kini berdiri dengan gagah, mengangkat kepalan tangan yang masih berlumuran darah. Menatap nanar penuh kemenangan.

“Ciihhh ... ternyata, lo kuat juga. Nggak sia-sia gue sering bertarung selama ini. Sekarang lo juga bisa menjadi kuat, kan?” Wajah bengis itu tersenyum sinis, menarik sudut bibir kirinya. Sisa air mata yang masih ada, diusapnya dengan kasar.

Jiena menangis dan terus menangis, setiap kali dia tak mampu untuk melawan. Tangisan semu yang hanya dirinya dan Yujie saja bisa mendengar.

Yujie yang ada dalam diri Jiena adalah seorang yang liar. Suka melakukan hal seperti clubbing, minuman keras, judi, menjadi seorang berandalan. Yujie adalah pria yang suka berfoya-foya, brutal dan suka terlibat dengan dunia gelap. Semua adalah kesenangan bagi Yujie. Setelah berdiam cukup lama, malam ini, Yujie kembali bebas menikmati dunianya.

Penampilan seorang Jiena yang biasa biasa saja kini berubah menjadi sangat fashionable. Kaos hitam polos, celana jeans biru tua sobek di lutut, serta jaket kulit keluaran terbaru. Sepatu hitam yang keren semakin menambah pesona layaknya pria sejati. Rambut yang sedikit panjang telah tertata rapi dan penuh gaya. Yujie terlihat bak model pria di atas catwalk. Tingginya yang 170 centimeter, terlihat sangat keren dengan gaya yang trendi. Ditambah lagi dengan wajah perpaduan Korea-Indonesia, membuat Yujie semakin gagah dengan penampilannya.

Hanya dengan cara memeriksa apa yang ada di dalam pakaiannya saja agar bisa mengetahui jenis kelamin seorang Jiena saat ini.

***

Club' malam adalah tujuan pertama yang selalu ingin Yujie datangi. Hingar bingar suara musik yang sangat dia sukai, membawanya ke dalam kedamaian. Di sanalah tempat favorit Yujie, sarang dari kehidupan bebas yang membuatnya mengenal surga dunia. Di sanalah dia bisa membebaskan dirinya. Minuman keras salah satu teman sejatinya.

"Wahh … Bos Yu hari ini datang?" sambut Bob—bartender dari balik meja bar.

Nama Yujie sudah tak asing lagi bagi penikmat malam di bar tersebut. Dia yang terkenal dengan kesadisan serta ketangguhan dalam bertarung, diajak menjadi anggota geng mafia. Namun, ia menolak karena ingin bebas. Tetapi, masih ada beberapa orang yang selalu setia mengikutinya.

"Beri aku segelas wiski!" perintah Yujie setelah duduk di kursi depan meja bar.

"Siap, Bro." Bob segera mengambilkan pesanan, dengan mata yang tetap awas memperhatikan sekitar.

Ekor mata Yujie beredar ke setiap sudut bar itu. "Ada barang baru?" tanyanya kemudian.

Bob meletakkan wiski pesanan di hadapan Yujie. "Di sana. Sudah dua hari ini selalu datang, masih kosong," ucapnya menunjuk salah satu meja bundar di arah jam sepuluh.

Yujie melihat ke arah tunjuk Bob. Seorang wanita berpakaian sangat minim, duduk sendirian. "Kenapa?"

"Dia terlalu pemilih, semua pria ditolak."

Tatapan matanya tak lepas dari wanita itu. Yujie berpikir untuk melakukan suatu permainan. Sudut bibir kirinya terangkat. "It's time to me."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Keren mak, buatlah yg sadis2 ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENGUASA RAGA   2. Kelicikan Yujie

    Permainan, kata yang disebut Yujie saat ingin mendapat kesenangan. Matanya masih menatap rakus pada sosok wanita di sana. Menelisik tiap jengkal tubuh langsing itu. Seolah matanya bisa menilai apa yang dia lihat walau dari jauh.Seraya meneguk minumannya, Yujie memikirkan hal yang akan dia lakukan. "Pria seperti apa yang dia mau?" Paras wanita itu cukup cantik, wajar jika dia berselera tinggi. "Cihh, sombong!""Kurang tau, wanita itu terlalu rumit," jawab Bob.Sudut bibir kiri Yujie terangkat. Permainan baru akan segera ia mulai. "Menarik, dia akan jadi milikku malam ini. Berikan aku seperti biasa."Bob mengangguk, lalu tersenyum kecil. Pria itu sangat tau apa yang akan Yujie lakukan. Lalu Bob menyerahkan botol kecil yang berisi bubuk putih.Setelah meminum seteguk, kaki Yujie mulai melangkah, menghampiri wanita itu. Tak ketinggalan, dia membawa gelas wiski miliknya. Wanita pemilih tidak ayal sebuah pajangan berdebu di sudut ruangan, itu yang ada dalam pikiran Yujie. Bermodal polesan

  • PENGUASA RAGA   3. Tidak punya hati

    Yujie membiarkan rintihan wanita itu. Dia masih berdiri dengan bersedekap. Terus memandangi, menikmati kesakitan Marta atas perbuatannya. Pemandangan yang sangat menyenangkan bagi Yujie. Marta terlihat sangat menderita, tubuhnya seperti sudah tidak bisa dikendalikan. Tali yang mengikat pergelangan tangan, mulai menggores kulit cantiknya. Hingga waktunya sudah tiba, Yujie melangkahkan kaki ke arah pintu. "It's time," gumamnya. "Lakukan tugasmu!" Perintah Yujie pada seorang pria yang telah menunggu di depan pintu."Baik, Bos.""Namanya Marta, dia ingin dipanggil ketika dipuaskan," ucap Yujie dingin.Pria yang baru saja masuk kedalam kamar itu pun tersenyum. Tentu saja itu hal yang paling dia inginkan. "Apa alasannya kali ini, Bos?" tanya Pria itu.Yujie selalu punya alasan yang berbeda setiap kali memutuskan untuk mencari mangsa. Banyak pria di bar ini yang akan dia beri kesempatan untuk bersenang-senang. "Wanita itu pemilih, aku hanya muak dengannya.""Anda selalu nakal seperti biasa

  • PENGUASA RAGA   4. CEO baru

    Hampir saja Jiena terjerembab, ditambah dengan kepalanya yang masih pusing, sehingga tubuhnya tidak stabil. Untung saja pria itu dengan sigap menangkap Jiena, tepat di pinggangnya. Walau pemandangan itu terlihat agak aneh, sampai membuat gadis apoteker menganga, tapi pinggul Jiena selamat dari benturan lantai. "Maaf, saya tidak sengaja," kata Jiena setelah berdiri seimbang. Dia mendongak, tapi tak melihat dengan jelas wajah pria itu. Jiena lupa menggunakan kacamata, dia menyipit."Nggak apa-apa? Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu. Sekelebatan dia merasa indra penciumannya terusik, nyaman.Jiena tak bisa melihat raut wajah pria itu, tapi dia yakin, pria itu bisa maklum. "Aku baik, terima kasih." Jiena menyingkirkan tangan pria itu dari pinggangnya tanpa ragu.Pria itu tersentak dan mundur selangkah. "Ah iya, maaf.""Iya, tidak masalah. Saya permisi." Tanpa berkata apa-apa lagi Jiena berlalu pergi. Tanpa dia tau, si pria tersenyum melihat kepergiannya. "Mas …." Gadis apoteker memang

  • PENGUASA RAGA   5. Penasaran

    Para karyawan tampak berbisik-bisik. Hal itu membuat Yudi memasang wajah sangar. Dia menarik napas panjang, menghentikan kebisingan."Perhatian semua!" Suara bariton Yudistira membuat semua terdiam."Huff … akhirnya tenang juga. Saya tau saya ganteng. Tidak perlu bicara di belakang saya. Bilang aja di depan saya. Saya paling suka orang yang jujur. Hahaha …." Ucapan sang bos baru, terdengar sangat percaya diri.Karyawan yang terdiam menganga seketika. Ternyata bos mereka sangat percaya diri. Sudah di level narsis tingkat tinggi sepertinya. Sebagian ada yang kagum. Mata mereka terlihat berbinar memandangi pesona si bos baru. Sebagian lagi ada yang merasa itu lucu. Sehingga tanpa sadar tersenyum geli. Ada juga yang diam tanpa ekspresi apapun, termasuk Jiena.Si bos malah senang melihat respon semua karyawan. Senyuman manis tak pernah pudar dari bibirnya yang kemerahan. Setelah menjeda sejenak, dia melanjutkan ucapannya."Selamat pagi karyawan semuanya," sapa pria berbadan tegap itu denga

  • PENGUASA RAGA   6. Lift

    "Jie, waktunya makan siang, yuk!"Tepukan pada bahu, membuat Jiena tersentak seketika. Tubuh dan pikiran terasa tidak pada tempatnya dari pagi tadi. Efek dari minuman keras yang Yujie konsumsi secara berlebihan. Obat penghilang pengar yang dia minum tadi pun, tidak banyak membantu. Jiena benar-benar tidak bisa fokus pada pekerjaan.Met menyadari itu, dia yang berdiri di sebelah Jiena mengamati lebih dekat. "Kamu kenapa, Jie? Sakit?" Kedua belah pipi Jiena ditangkupnya. "Muka lo pucet banget, Jie." Hal itu membuat Jiena sedikit gugup, lalu segera menepis kedua tangan Met. "Gue nggak apa-apa, cuma lelah aja. Lo pergi makan aja sana, gue mau pesan delivery aja," ucapnya seraya memalingkan wajah."Tapi lo pucet banget, sebaiknya lo ke klinik biar diperiksa dokter." Memet memberi saran."Nggak perlu, cuma pusing dikit aja. Abis makan nanti gue minum obat." Jiena berucap dengan wajah datar seperti biasa. Dia pikir juga hanya pusing sedikit tidak akan ada masalah."Lo yakin?" Jiena menjawab

  • PENGUASA RAGA   7. Bocah laki-laki

    “Bukakan pintunya, cepat!”Yudhistira yang mendapat perintah langsung membukan pintu ruang kantor sang atasan. Sekilas dia melirik wajah Haikal yang terlihat tenang, tapi sudah tampak gurat kecemasan semejak di lift. Wajar saja jika si asisten akan berpikir bahwa tindakan Haikal sangat berlebihan. Terlebih lagi hanya untuk karyawan yang baru hari ini dia kenal. Bos-nya itu bahkan melangkahkan kakinya dengan sangat cepat. Dengan kaki panjang itu tak akan butuh waktu lama untuk mencapai depan pintu ruangan kerjanya.“Aku akan membaringkannya.” Haikal menuju sofa hitam panjang berbahan kulit di ruangannya.Yudhistira gegas menata bantal duduk agar bisa digunakan Jiena untuk berbaring. “Sudah, Bos.” Dia memundurkan tubuh untuk memberi sang atasan ruang gerak.Tubuh Jiena dibaringkan secara perlahan. “Badannya kecil, tapi bugar,” gumam Haikal seraya melatakkan perlahan kepala wanita itu di bantal. Tanpa disadari dia telah terpesona dengan kulit putih Jiena yang sangat dekat di pandangannya

  • PENGUASA RAGA   Perhatian Haikal

    “Maaf, Pak ... saya makan sendiri saja.”Sedikit ragu wanita itu menolak, lalu mengulurkan tangan meminta sendok yang diarahkan padanya. Rasanya kurang pantas ketika dia menerima perlakuan sang atasan seperti ini. Terlebih lagi dia baru saja mengenal atasan barunya itu.“Kenapa? Keberatan saya suapin?”“Bukan gitu, Pak. Tapi ....”Dengan santainya Haikal bertanya, tanpa memahami secanggung apa Jiena saat ini. Entah apa yang membuat pria itu bersikap baik seperti ini. Semua terasa tidak biasa, bahkan jika sekretarisnya ada, juga akan merasa heran dengan sikapnya. Terutama bagi Jiena yang pastinya lebih binggung. Jelas wanita itu juga merasa sungkan, sampai dia berpikir ingin cepat-cepat keluar dari ruangan itu.“Se-sebaiknya saya kembali ke ruangan saya.”“Hmm ... oke, oke.” Haikal krmudian baru sadar akan penolakan wanita yang di matanya adalah seorang laki-laki. Pria itu pun mengalah dan meletakkan sendok di tangannya. Lalu berdiri dan berjalan ke mini dispenser mengambil air minum.

Bab terbaru

  • PENGUASA RAGA   Perhatian Haikal

    “Maaf, Pak ... saya makan sendiri saja.”Sedikit ragu wanita itu menolak, lalu mengulurkan tangan meminta sendok yang diarahkan padanya. Rasanya kurang pantas ketika dia menerima perlakuan sang atasan seperti ini. Terlebih lagi dia baru saja mengenal atasan barunya itu.“Kenapa? Keberatan saya suapin?”“Bukan gitu, Pak. Tapi ....”Dengan santainya Haikal bertanya, tanpa memahami secanggung apa Jiena saat ini. Entah apa yang membuat pria itu bersikap baik seperti ini. Semua terasa tidak biasa, bahkan jika sekretarisnya ada, juga akan merasa heran dengan sikapnya. Terutama bagi Jiena yang pastinya lebih binggung. Jelas wanita itu juga merasa sungkan, sampai dia berpikir ingin cepat-cepat keluar dari ruangan itu.“Se-sebaiknya saya kembali ke ruangan saya.”“Hmm ... oke, oke.” Haikal krmudian baru sadar akan penolakan wanita yang di matanya adalah seorang laki-laki. Pria itu pun mengalah dan meletakkan sendok di tangannya. Lalu berdiri dan berjalan ke mini dispenser mengambil air minum.

  • PENGUASA RAGA   7. Bocah laki-laki

    “Bukakan pintunya, cepat!”Yudhistira yang mendapat perintah langsung membukan pintu ruang kantor sang atasan. Sekilas dia melirik wajah Haikal yang terlihat tenang, tapi sudah tampak gurat kecemasan semejak di lift. Wajar saja jika si asisten akan berpikir bahwa tindakan Haikal sangat berlebihan. Terlebih lagi hanya untuk karyawan yang baru hari ini dia kenal. Bos-nya itu bahkan melangkahkan kakinya dengan sangat cepat. Dengan kaki panjang itu tak akan butuh waktu lama untuk mencapai depan pintu ruangan kerjanya.“Aku akan membaringkannya.” Haikal menuju sofa hitam panjang berbahan kulit di ruangannya.Yudhistira gegas menata bantal duduk agar bisa digunakan Jiena untuk berbaring. “Sudah, Bos.” Dia memundurkan tubuh untuk memberi sang atasan ruang gerak.Tubuh Jiena dibaringkan secara perlahan. “Badannya kecil, tapi bugar,” gumam Haikal seraya melatakkan perlahan kepala wanita itu di bantal. Tanpa disadari dia telah terpesona dengan kulit putih Jiena yang sangat dekat di pandangannya

  • PENGUASA RAGA   6. Lift

    "Jie, waktunya makan siang, yuk!"Tepukan pada bahu, membuat Jiena tersentak seketika. Tubuh dan pikiran terasa tidak pada tempatnya dari pagi tadi. Efek dari minuman keras yang Yujie konsumsi secara berlebihan. Obat penghilang pengar yang dia minum tadi pun, tidak banyak membantu. Jiena benar-benar tidak bisa fokus pada pekerjaan.Met menyadari itu, dia yang berdiri di sebelah Jiena mengamati lebih dekat. "Kamu kenapa, Jie? Sakit?" Kedua belah pipi Jiena ditangkupnya. "Muka lo pucet banget, Jie." Hal itu membuat Jiena sedikit gugup, lalu segera menepis kedua tangan Met. "Gue nggak apa-apa, cuma lelah aja. Lo pergi makan aja sana, gue mau pesan delivery aja," ucapnya seraya memalingkan wajah."Tapi lo pucet banget, sebaiknya lo ke klinik biar diperiksa dokter." Memet memberi saran."Nggak perlu, cuma pusing dikit aja. Abis makan nanti gue minum obat." Jiena berucap dengan wajah datar seperti biasa. Dia pikir juga hanya pusing sedikit tidak akan ada masalah."Lo yakin?" Jiena menjawab

  • PENGUASA RAGA   5. Penasaran

    Para karyawan tampak berbisik-bisik. Hal itu membuat Yudi memasang wajah sangar. Dia menarik napas panjang, menghentikan kebisingan."Perhatian semua!" Suara bariton Yudistira membuat semua terdiam."Huff … akhirnya tenang juga. Saya tau saya ganteng. Tidak perlu bicara di belakang saya. Bilang aja di depan saya. Saya paling suka orang yang jujur. Hahaha …." Ucapan sang bos baru, terdengar sangat percaya diri.Karyawan yang terdiam menganga seketika. Ternyata bos mereka sangat percaya diri. Sudah di level narsis tingkat tinggi sepertinya. Sebagian ada yang kagum. Mata mereka terlihat berbinar memandangi pesona si bos baru. Sebagian lagi ada yang merasa itu lucu. Sehingga tanpa sadar tersenyum geli. Ada juga yang diam tanpa ekspresi apapun, termasuk Jiena.Si bos malah senang melihat respon semua karyawan. Senyuman manis tak pernah pudar dari bibirnya yang kemerahan. Setelah menjeda sejenak, dia melanjutkan ucapannya."Selamat pagi karyawan semuanya," sapa pria berbadan tegap itu denga

  • PENGUASA RAGA   4. CEO baru

    Hampir saja Jiena terjerembab, ditambah dengan kepalanya yang masih pusing, sehingga tubuhnya tidak stabil. Untung saja pria itu dengan sigap menangkap Jiena, tepat di pinggangnya. Walau pemandangan itu terlihat agak aneh, sampai membuat gadis apoteker menganga, tapi pinggul Jiena selamat dari benturan lantai. "Maaf, saya tidak sengaja," kata Jiena setelah berdiri seimbang. Dia mendongak, tapi tak melihat dengan jelas wajah pria itu. Jiena lupa menggunakan kacamata, dia menyipit."Nggak apa-apa? Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu. Sekelebatan dia merasa indra penciumannya terusik, nyaman.Jiena tak bisa melihat raut wajah pria itu, tapi dia yakin, pria itu bisa maklum. "Aku baik, terima kasih." Jiena menyingkirkan tangan pria itu dari pinggangnya tanpa ragu.Pria itu tersentak dan mundur selangkah. "Ah iya, maaf.""Iya, tidak masalah. Saya permisi." Tanpa berkata apa-apa lagi Jiena berlalu pergi. Tanpa dia tau, si pria tersenyum melihat kepergiannya. "Mas …." Gadis apoteker memang

  • PENGUASA RAGA   3. Tidak punya hati

    Yujie membiarkan rintihan wanita itu. Dia masih berdiri dengan bersedekap. Terus memandangi, menikmati kesakitan Marta atas perbuatannya. Pemandangan yang sangat menyenangkan bagi Yujie. Marta terlihat sangat menderita, tubuhnya seperti sudah tidak bisa dikendalikan. Tali yang mengikat pergelangan tangan, mulai menggores kulit cantiknya. Hingga waktunya sudah tiba, Yujie melangkahkan kaki ke arah pintu. "It's time," gumamnya. "Lakukan tugasmu!" Perintah Yujie pada seorang pria yang telah menunggu di depan pintu."Baik, Bos.""Namanya Marta, dia ingin dipanggil ketika dipuaskan," ucap Yujie dingin.Pria yang baru saja masuk kedalam kamar itu pun tersenyum. Tentu saja itu hal yang paling dia inginkan. "Apa alasannya kali ini, Bos?" tanya Pria itu.Yujie selalu punya alasan yang berbeda setiap kali memutuskan untuk mencari mangsa. Banyak pria di bar ini yang akan dia beri kesempatan untuk bersenang-senang. "Wanita itu pemilih, aku hanya muak dengannya.""Anda selalu nakal seperti biasa

  • PENGUASA RAGA   2. Kelicikan Yujie

    Permainan, kata yang disebut Yujie saat ingin mendapat kesenangan. Matanya masih menatap rakus pada sosok wanita di sana. Menelisik tiap jengkal tubuh langsing itu. Seolah matanya bisa menilai apa yang dia lihat walau dari jauh.Seraya meneguk minumannya, Yujie memikirkan hal yang akan dia lakukan. "Pria seperti apa yang dia mau?" Paras wanita itu cukup cantik, wajar jika dia berselera tinggi. "Cihh, sombong!""Kurang tau, wanita itu terlalu rumit," jawab Bob.Sudut bibir kiri Yujie terangkat. Permainan baru akan segera ia mulai. "Menarik, dia akan jadi milikku malam ini. Berikan aku seperti biasa."Bob mengangguk, lalu tersenyum kecil. Pria itu sangat tau apa yang akan Yujie lakukan. Lalu Bob menyerahkan botol kecil yang berisi bubuk putih.Setelah meminum seteguk, kaki Yujie mulai melangkah, menghampiri wanita itu. Tak ketinggalan, dia membawa gelas wiski miliknya. Wanita pemilih tidak ayal sebuah pajangan berdebu di sudut ruangan, itu yang ada dalam pikiran Yujie. Bermodal polesan

  • PENGUASA RAGA   1. Terperangkap

    Jiena adalah seorang wanita 26 tahun yang memiliki krisis identitas dalam dirinya. Sejak menginjak usia remaja tubuh Jiena mulai terlihat gejala-gejala aneh. Dia mengalami masa pubertas untuk kedua jenis kelamin. Terkadang merasa feminin dan juga maskulin. Tumbuh bulu, menstruasi dan pertumbuhan payudara yang tidak normal. Seiring berjalannya waktu, leher Jiena mengeras, seperti memiliki jakun layaknya pria dewasa. Otot tubuhnya juga perlahan terlihat. Tak menampakkan ciri sebagai seorang wanita sama sekali. Jiena berusaha menutupi semua itu dengan baik, sehingga keluarganya tidak ada yang tahu. Pernah sekali dia memeriksakan diri ke dokter. Ternyata Jiena mengidap penyakit langka, Polycystic ovary syndrome (PCOS). Tubuhnya memproduksi hormon laki-laki (androgen) secara berlebihan.Semua pertumbuhan aneh itu terus berlanjut hingga dia lulus dari SMA. Jiena memutuskan untuk berkuliah jauh dari rumahnya agar bisa tinggal sendiri. Gejala aneh lainnya kembali muncul. Dia sering bermimpi

DMCA.com Protection Status