Share

PART 02

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 10:12:50

      Setelah berkata demikian, si bocah membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan tempat itu. Mendadak suara cekikikan yang bernada mengejek mengurunkan langkahnya.

      Si bocah segera menoleh ke arah datang suara cekikikan itu. Lihainya pula, begitu si bocah menengok, suara cekikikan itu berhenti. Si bocah mengamati setiap detail rimba dengan seksama yang disertai sikap waspada. Tetapi bayangan pun orang yang tertawa itu tak ada.

     "Kikikikikiki...."

     "Hmm...??"

      Sontak si bocah menoleh ke belakang, dari mana suara cekikikan itu berpindah. Namun lagi-lagi suara cekikan itu berhenti mendadak. Si bocah benar-benar merasa dipermainkan oleh manusia misterius itu. Manusia itu bukan hanya mengeluarkan cekikikan ejekan saja, melainkan suara cekikikan dikirimkan dengan kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi, yang efeknya mampu menisik hingga ke dalam otak si bocah. Andaikata si bocah bukanlah seorang yang tidak memiliki ilmu kedigdayaan apa-apa, maka bisa dipastikan pembuluh-pembuluh darah dan jaringan saraf di otaknya sudah pecah dan putus akibat efek dari suara cekikikan yang mematikan itu.

      "Hmmm! Sekali lagi aku harus berkata, bahwa kau benar-benar manusia pengecut dungu yang pernah kukenal!" berucap si bocah dengan suara datar sambil menahan rasa dongkol di hati.

      "Haii haik haik haik haik...Dasar bocah bodoh! Memangnya kapan kaupernah mengenal manusia lain selain gurumu yang berkulit putih, berhidung pesek, dan bermata sipit itu, he! Haiii haik haik haik haik...!"

      "Ah, buset...!" ucap si bocah kaget, dan serta-merta berbalik arah pandang lagi. Suara tertawa, yang disertai kata-kata yang berisi ejekan, itu telah berpindah lagi ke arahnya yang semula. Namun wujud orang itu lagi-lagi tidak tampak. Benar-benar seperti sesosok siluman.

      "Hai, manusia aneh! Tampakkan dirimu!" membentak si bocah sembari berkacak kedua belah pinggangnya. "Siapakah kau sebenarnya? Darimana kautau tentang Ato-ku, heh...!"

     "Haiiii...haik haik haik...Jelas aku mengenalnya, bocah. Siapa yang tak kenal dengan Hongli, seorang pendekar besar yang di negeri asalnya punya nama besar dengan julukan Wu Ying Jianke  alias Pendekar Tanpa Bayangan? Bahkan siapa dirimu, riwayat hidupmu, dan mengapa kau diberi nama La Mudu, semuanya aku tau...! Haiiii haik haik haik..."

      Lagi-lagi si bocah, alias La Mudu, dibuat lebih kaget luar biasa. Bukan hanya karena suara manusia misterius telah berpindah lagi dari arah belakangnya, tetapi karena manusia itu mengenal sang gurunya dan dirinya! Ketika ia membalikan tubuhnya, manusia misterius itu telah berdiri tegap, tak jauh dengan tempat ia berdiri. Akan tetapi si bocah alias La Mudu tidak mampu melihat dengan jelas sama sekali akan sosok dan wajahnya, karena orang itu telah melindungi seluruh tubuhnya dengan cahaya putih yang menyilaukan mata.

      La Mudu benar-benar dibuat heran sekaligus terpukau terhadap manusia misterius di hadapannya. Di kepalanya mendengung seribu tanya, tentang siapakah gerakan dia? Selama ia hidup dan dibesarkan di Rimba Sorowua, tak pernah ia bertemu dengan manusia lain, kecuali dengan Ato Hongli. Setiap waktu ia hanya bercengkerama dengan laik-laki tua yang dipanggilnya dengan Ato kakek) itu. Artinya, hanya beliaulah yang tau nama dan dirinya. Tentu saja, La Mudu tidak habis pikir, mengapa manusia misterius yang berdiri di hadapannya dengan berselimut cahaya putih mengetahui dengan pasti nama Ato dan dirinya. Siapakah gerangan dia? Apakah dia adalah Ato yang sedang menyamar dan hendak 'bermain-main' dengannya? Tetapi, jika mendengar suaranya, jelas itu bukan suara dari orang yang sangat dikenal oleh La Mudu. Namun La Mudu  bisa memastikan, jika manusia misterius di depannya adalah seorang laki-laki tua. Mungkin seumuran dengan Ato.

      "Hai orang tua, siapakah dirimu sebenarnya? Dan apa tujuanmu mengganggu perjalananku?" bertanya La Mudu dengan suara tegas, pongah, sambil berdiri berkacak pinggang.

      Ditanya demikian, laki-laki misterius di hadapannya malah menjawabnya dengan tertawa mirip ringkihan kuda. Lagi-lagi bukan suara tertawa biasa. Lalu kemudian berkata, "Jika pun aku memberitahumu tentang siapa diriku, tetap juga percuma, Mudu. Karena kau tidak pernah mengenal siapa pun di dunia ini, selain Ato sipitmu itu. Hmm, tujuanku tentu tak lain adalah menginginkan nyawamu, sebelum aku mencabut nyawa Ato-mu yang berwajah mirip punggung ketam yang direbus itu! Haiiiii...haik haik haik haik..."

      "Huaa ha ha ha ha ha ha ha...," La Mudu tak kalah mengeluarkan tawanya. Sebuah tawa pongah, tapi juga mengandung kekuatan tenaga dalam yang tinggi. Lalu kemudian berkata, "Di samping aneh, pengecut, dan payah, ternyata kau juga adalah orang tua yang suka bermimpi! Jika kau memang memiliki ilmu lebih tinggi dari aku, lebih-lebih ilmu Ato-ku, mana mungkin kau menyembunyikan diri dari cahaya silap mata seperti itu. Atau kausangat malu karena mungkin wajahmu terlalu buruk untuk dipamerkan kepadaku? Huaaaa…ha ha ha ha ha...!"

      "Jaga mulutmu! Dasar bocah kurang ajar!" Tampaknya si manusia misterius terpancing amarahnya oleh kata-kata La Mudu.

      "Anak kecil seperti saya hanya hormat terhadap orang tua yang santun, tapi sama sekali tidak terhadap orang tua aneh, pengecut, usil, dan bermulut besar sepertimu, wahai kakek misterius...!" sahut La Mudu dengan memperlihatkan kepongahannya. Tak sedikit pun tersirat ketakutan sedikit pun di wajahnya.

      Kemarahan si manusia misterius pun tak terbendung lagi demi disentil demikian pedas oleh La Mudu. "Bocah yang benar-benar tak tahu adab! Aku harus segera mencabut nyawamu, bocah!!

       Habis berucap demikian, si manusia misterius pun mengeluarkan suara melengking tinggi yang mengandung kekuatan tenaga dalam tingkat tinggi, bersamaan dengan berputarnya tubuhnya. Mulanya putaran tubuhnya pelan, namun semakin lama semakin kencang laksana garing. Dan putaran tubuh itu seakan-akan menarik angin dari segala penjuru, yang kemudian berkumpul dan membentuk angin dahsyat laksana puting beliung. Saking kencangnya hempasan angin ciptaan itu, menjadikan rontok berhamburannya dedaunan dari pohon-pohon besar di sekitar itu. Nampaknya si manusia misterius benar-benar ingin menghancurkan tubuh La Mudu dengan kekuatan yang sangat besar.

      Halnya La Mudu, menyaksikan peragaan ilmu tingkat tinggi dari si manusia misterius di depannya, agak menganga juga mulutnya karena takjub. Namun rasa panik atau keder tak sedikit pun tergambar di wajahnya.

      "Orang ini benar-benar memiliki kesaktian yang sangat tinggi! Hmm, aku tidak boleh bertindak ceroboh!" membatin La Mudu.

      Pada saat manusia misterius mendorong kedua tapak tangannya ke depan yang disertai lengkingan tinggi, gulungan angin yang sangat panas menderu dengan dahsyat ke arahnya, La Mudu yang telah siaga dengan serangan yang sangat mematikan itu, segera menyentakkan kaki kanannya ke bumi dan menyingkir di tempat itu sembari melepaskan serangan balasan berupa cahaya biru, yang kekuatannya setingkat dengan kekuatan serangan lawan.

        Bummm...!!

        Puncak Sorowua bergetar laksana dilanda gempa. Akibat gelombang angin dari ledakan itu, menjadikan pepohonan di sekitar itu seketika berguguran daunnya.

        Saat keadaan kembali tenang, manusia misterius, dari balik cahaya putih yang melindunginya, wajahnya celingukan, mengamati dengan seksama keadaan di sekelilingnya.

      "Ke mana si bocah nakal itu? " gumamnya. "Dia benar-benar telah menyerap dengan baik semua ilmu yang aku ajarkan. Bocah yang benar-benar luar biasa...! Tak percuma aku membesarkan dan mengangkatnya sebagai murid. Kau akan menjadi seorang pendekar besar, Mudu. Kau akan menggantikan diriku. Dan dengan tanganmu sendiri, kau akan menghacurkan riwayat para manusia iblis yang telah membunuh keluargamu dengan biadab!"

      "Cissshh..."

       Manusia misterius, yang sesungguhnya adalah Dato Hongli, tiba-tiba merasakan kepala dan punggungnya basah oleh siraman air yang hangat. Saat kepalanya diusap lalu menciumnya, maka merahlah wajahnya. Dengan serta merta ia mendongak ke atas. Di atas sebuah cabang pohon, tampak La Muda baru saja memasukkan kembali "burung"-nya ke balik celananya sambil cekikikan.

         "Bocah kurang ajar! Orang tua dikencingi...!" geram sekali Dato Hongli. Dan tanpa membuang-buang waktu, satu larik cahaya biru yang disertai angin yang sangat panas ia kiblatkan ke atas.

       Prakkkk...!!

       Batang pohon bagian atas, tepat di mana La Mudu tadi bertengger, patah dan hancur. Namun sebelum cahaya barusan mencapai sasaran, La Mudu telah lebih dulu bergerak menghindar, dan tiba-tiba telah bertengger di cabang pohon yang berada di belakang Dato Hongli, dan kembali mengeluarkan cekikikan yang mengejek.

                                              

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nadia Priskila
Waw bagus sekali ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 03

    Saat Dato Hongli menoleh, dan langsung mengirimkan pukulan kembali. Tetapi baru saja pukulan berupa gumpalan cahaya panas sebesar kepala manusia itu dikiblatkan ke atas, La Mudu telah lebih dahulu mengirimkan serangannya berupa gumpalan cahaya panas yg sama. Duearrrr.....!! Satu ledakan yang cukup dahsyat pun terjadi di depan Dato Hongli. Dan Tak ayal, tubuh orang tua yang masih terus menyelimuti dirinya dengan cahay putih kemilau itu pun terpental ke belakang dan jatuh membanting pantat di atas reranting kering yang menumpuk. Dato Hongli merasakan sakit di bagian pinggangnya, sehingga mau tak mau harus meringis juga. Ia hendak mencoba mengatur kembali nafasnya dengan menyalurkan tenaga murni ke seluruh jaringan tubuhnya. Namun belum lagi ia melakukannya, tiba-tiba telinganya menangkap suara decakan seperti suara c

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 04

    MARI KITA kembali dulu ke enam belas tahun yang silam... Desa Tanaru adalah sebuah desa yang cukup padat, berada di pesisir timur Pulau Sumbawa, yang letaknya berhadapan langsung dengan Pulau Sangiang. Sumber mata pencaharian warganya adalah berlaut. Namun mereka juga bercocok tanam dan beternak kerbau, kuda, dan kambing. Lahan sabana dan persawahan yang luas dan subur yang berada di belakang perkampungan, mendukung setiap usaha yang mereka lakukan. Maka tidaklah heran, jika desa Tanaru merupakan salah satu desa yang sangat makmur di negeri Babuju kala itu. Dan teknologi penangkapan ikan untuk ukuran saat itu pun cukup maju di desa ini, sehingga menghasilkan penangkapan yang berlimpah, lalu disuplay di pasar-pasar di kota raja. Ya, kedamaian dan kemakmuran benar-benar terkaruniakan kepada segenap warga desa Tanaru. Kondisi tersebut juga tak lepas dari sifat kepemimpinan galara (kepala desa) mereka, Jara Tawera alias Ompu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 05

    Saat matahari pagi telah menerangi jagat, kondisi bekas Desa Tanaru demikian mengenaskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Dan kondisi mayat-mayat itu nyaris serupa, yaitu gosong bersama pemukiman mereka yang sudah menjadi abu. Kepulan dan sisa-sisa api masih terlihat menyala di sana sini. Dan, entah dari arah mana datangnya, tiba-tiba sesosok manusia yang berusia cukup lanjut, berkulit putih, bermata sipit, jenggot dan kumis panjang memutih laksana sutera, seputih rambutnya yang tergelung dan diikat dengan semacam pita putih yang cukup lebar dan panjang, telah berdiri di tengah-tengah bekas perkampungan itu. "Haiya...! Benar-benar manusia biadab La Afi Sangia! Aku benar-benar merasa berdosa telah memaafkannya dulu! Biadab keparat!" bergumam laki-laki tua berjubah putih yang tak lain adalah Dato Hongli itu geram, menggeleng-geleng pelan sembari mengusap-usap janggutn

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 06

    Seorang laki-laki setengah baya yang diikuti oleh seorang wanita setengah baya memasuki kamar dan mendekati Jenderal Hongli. Tampaknya mereka adalah pasangan suami isteri pemilik rumah. "Syukurlah, Tuan sudah siuman," ucap si laki-laki dengan ramahnya. "Saya di mana? Maaf, Tuan berdua siapa?" bertanya Hongli, tentu dibantu dalam bentuk bahasa isyarat. Ia kebingungan. Bingung dengan keberadaan dirinya, lebih-lebih terhadap sepasang suami-istri dengan bahasanya yang sangat asing baginya. Namun karena dibantu dengan isyarat berupa gerakan-gerakan tangan, ia bisa menangkap dan membalas ucapan mereka. Ia berusaha bangun untuk sekedar menyandarkan tubuhnya di pada sandaran tempat tidur. Tapi kondisinya begitu lemah. Ia merasakan tulang-tulang di seluruh tubuhnya seolah-olah telah remuk. "Baiknya Tuan jangan banyak bergerak dulu, " ucap laki-laki itu lagi, sambil memberi isyarat pula, se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 07

    Malam hari, Hongli mengajak La Gunta untuk cerita-cerita di pinggir pantai. Bulan purnama menerangi jagat malam, memantulkan cahaya keperakan ke permukaan lautan. Api unggun dibuat untuk sekedar menghangatkan tubuh dari terpaan udara pantai. "Bagaimana perkembangan penggemblenganmu, Gunta?" "Yeah lumayanlah, Tuan. Cukuplah untuk sekedar membela diri, " sahut La Gunta seraya sekali-sekali memasukkan potongan-potongan kayu yang dikumpulkannya di sekitar pantai ke dalam api unggun. "Sekitar tiga purnama lagi kami sudah siap untuk digabungkan dalam barisan tamtama kerajaan, Tuan." "Guru gembleng kalian pendekar dari mana?" La Gunta mengambil tempat duduk agak di samping Hongli "Beliau pendekar khusus dari asi juga, Tuan. Namanya Dato Kandili. Beliau adalah pendekar terbaik dalam Kerajaan Tambora." (Asi = istana). "Hmmm.." Hongli mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 08

    Mungkin pendekar penguji utama merasa belum saatnya untuk melawan dengan senjata sejenis. Setiap tebasan kedua parang di arahkan ke bagian-bagian tubuhnya yang mematikan, maka dengan cepat pendekar penguji menghindari sembari mengiblatkan pukulan dan tendangan dengan kecepatan tinggi. Beberapa pukulan dan tendangannya pun telak dan keras mengenai tubuh pendekar berparang kembar hingga terlempar beberapa tombak ke belakang dan terduduk. Namun, dengan semangat kejawaraan sejati, pendekar bertubuh ceking itu segera mengumpulkan kembali tenaga dalamnya, dan kembali melakukan penyerangan dengan gerakan jurusnya yang lebih lihai dan dahsyat lagi. Namun, mungkin karena tak ingin memperpanjang waktu, pendekar uji utama pun menyambut serangan itu dengan mengarahkan kedua kepalanya ke depan. Pancingannya kena. Saat pendekar berparang kembar mengarahkan tebasan kepada kedua pergelangan tangan pendekar utama, dengan cepat pendekar penguji menarik

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 09

    Pertarungan antara kedua pendekar adisakti itu pun berlangsung dahsyat. Pergerakan keduanya pun demikian cepatnya, sehingga sulit diikuti oleh pandangan mata awam.Namun sebagai seorang pendekar dengan julukan besar di negerinya, Hongli bisa melihat kemampuan lawannya. Dalam jurus-jurus awal, ia sengaja bertahan dulu terhadap serangan-serangan gencar lawannya dengan gerakan supercepat dan sengaja membuat bingung lawannya. Namun saat itu ia ingat dengan peraturan tarung itu, bahwa ia akan menghadapi pertarungan-pertarungan beberapa tingkat lagi dengan jumlah lawan yang bertingkat pula, yang tentu akan membutuhkan tenaga lebih. Jadi dia harus menghemat tenaga. Maka setelah lebih dari sepuluh jurusmenghindar ia peragakan, Hongli pun memperagakan jurus serangan yang sangat cepat, sehingga membuat serangan lawannya menemui udara kosong. Sampai pada suatu momen yang tepat, yang dibarengi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 10

    Paduka Sangaji tersenyum bahagia menyambut calon pemangku panglima angkatan perang kerajaannya. Beliau merentangkan kedua tangannya lalu memeluk tubuh Hongli dengan penuh keyakinan. Sang Jenateke (putra mahkota), yang duduk setengah berbaring di sebuah kursi kebesarannya karena masih sakit di sebelah kursi kebesaran ayahnya, menyambutnya dengan senyuman mengembang sambil mengangkat jempolnya kepada calon penggantinya sementara sebelum merentangkan kedua tangannya. Hongli membungkukkan badanya dan memeluk tubuh sang Jenateka. Mungkin karena terlalu erat pelukan itu dan Hongli tak mengerti di bagian tubuh mana Sang Jenateke terluka, sehingga menjadikan sang pewaris tahta Kerajaan Tambora itu terdengar menjerit tertahan. "Oh, maafkan hamba, Yang Mulia Raja Muda," berucap Hongli terkejut dan merasa bersalah. "Tidak apa-apa...." "Hongli. Nama hamba Hon

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07

Bab terbaru

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 151

    Melihat keadaan perkembangan Tanaru yang demikian pesat dengan kekayaan dan pendapatannya yang demikian tinggi dan ditambah dengan pelabuhan lautnya yang makin ramai itu, maka Raja Mbojo pun menetapkan Tanaru sebagai pusat pemerintahan untuk wilayah timur Kerajaan Mbojo, dan La Mudu diangkat langsung sebagai Galara Na’e (setingkat gubernur zaman sekarang). Akibat kepemimpinan Galara Na’e Mudu sangat dimuliakan oleh rakyat Mbojo di wilayahnya, menjadikan Tanaru mengalami perkembangan yang makin pesat. Sejak diresmikan sebagai pusat pemerintahan di wilayah kerajaan bagian timur, Tanaru benar-benar telah menjelma sebagai sebuah bandar yang sangat ramai. Pelabuhan Wadu Mbolo yang merupakan pelabuhan terakhir dan persinggahan, pun makin ramai, dan menjadikannya sebagai pintu utama masuknya rejeki dan pendapatan bagi Bandar Tanaru. Kapal-kapal dagang besar antarnegeri pun makin banyak yang keluar masuk di pel

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 150

    Tugas pertama yang diberikan oleh Baginda Raja kepada Lalu Galising memperbesar dan memperkuat lagi angkatan perang kerajaan. Atas perintah dan petunjuk dari sang Baginda Raja, Lalu Museng selaku pelaksana panglima perang lalu melakukan perekrutan anggota prajurit baru secara besar-besaran, baik untuk prajurit darat maupun prajurit laut. Dan atas petunjuk dari sang panglima utama, Lalu Galising merumbak seluruh kepemimpinan dari segala tingkatan angkatan perang dari pejabat yang kurang kinerjanya dengan perwira-perwira dan bintara-bintara yang cerdas dan sangat loyal. Ribuan tamtama dan bintara baru itu oleh Lalu Galising digembleng terlebih dahulu dengan ilmu kependekaran dalam taraf tertentu, sehingga prajurit-prajurit itu kelak akan menjadi prajurit yang sangat tangguh dan militan. Untuk mewujudkan kebijakannya itu, Lalu Galising mendatangkan ratusan pendekar jebolan Padepokan Tanaru yang merupakan saudara seperguruannya untuk me

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 149

    Sebuah prosesi pernikahan yang tergolong mewah dan besar dilangsungkan satu bulan kemudian setelah acara lamaran. Pestanya berlangsung selama dua hari berturut-turut dan digelar tak ubahnya sebuah perkawinan di kalangan putra-putri raja-raja. Itu bisa dimaklumi, karena soal biaya bagi La Mudu atau Tanaru secara umum tak menjadi masalah. Kebetulan juga Ang Bei dan Ming Mei, orang tuanya An Bao Yu, adalah salah seorang juragan kaya di Tanaru. Namun demikian, semua biaya perkawinan berikut pestanya itu sudah ditanggung sepenuhnya oleh pihak Uma Na’e (Galara Mudu). Dalam pesta walimah itu dipersembahkan berbagai hiburan dan pertunjukan dari dua bangsa, yaitu dari Bangsa Sinae (Tiongkok) maupun Bangsa Mbojo. Berpuluh-puluh ekor kerbau dan kambing dipotong untuk dinikmati oleh para tamu dari berbagai kalangan. Para tamu yang hadir dalam pesta walimah itu bukan

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 148

    Di kota kerajaan yang luas dan ramai itu, Lalu Galising, yang ditemani Lalu Rinde dan saudara-saudara seperguruannya, mengajak Ambayu untuk menikmati berbagai hiburan di lingkungan istana maupun di sekitar kota, atau berbelanja berbagai barang yang disukai oleh sang kekasih. Jika sewaktu-waktu pergi berburu rusa, terkadang Lalu Galising mengajak sang kekasih untuk ikut serta. Ambayu bukan gadis yang lemah. Dia juga adalah calon seorang pendekar yang memiliki kekuatan fisik jauh di atas yang dimiliki oleh gadis biasa umumnya. Ia juga sangat lihai dalam berburu. Dengan menggunakan kuda pacu tunggangannya, ia berkali-kali mampu memburu rusa liar dan membunuhnya dengan cara ditombak atau dipanah. Keberhasilannya itu selalu mendapat pujian dari sang kekasih, Lalu Galising, dan juga para murid-murid padepokan yang menyertai mereka. Setahun kemudian, atau 5 tahun genap L

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 147

    Keberhasilan muridnya, Lalu Galising, dalam memimpin dan menumpak gerombolan pemberontak di kerajaan seberang sangat membanggakan bagi La Mudu. Artinya, hasil didikannya secara khusus terhadap muridnya itu tak sia-sia, sudah sangat terlihat nyata hasilnya. Dan hal itu pun membuat kebanggan juga bagi segenap murid Padepokan Tanaru. Baik kakak-kakak seperguan maupun adik-adik seperguruannya, langsung memberikan ucapan selamat kepada Lalu Galising. Setelah mencapai usia 24 tahun, atau setelah 4 tahun ia menjadi murid Pendekar Tapak Dewa alias La Mudu, Lalu Galising telah tumbuh menjadi pemuda yang matang dan sempurna. Wajahnya makin tampan dengan bangun tubuhnya yang tinggi lagi kekar. Dan namanya pun makin terkenal di kalangan masyarakat Tanaru, lebih-lebih di kalangan seperguruannya di Padepokan Tanaru. Setiap ada permintaan bantuan dari kerajaan-kerajaan di Kepulauan Tenggara kepada pihak Ta

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 146

    Sementara itu, perkembangan kawasan pemukiman di penghujung timur Pulau Sumbawa itu ramainya nyaris sama dengan ramainya ibu kota kerajaan. Terlebih dengan kesibukan yang terjadi di Pelabuhan Wadu Mbolo yang paling mendukung munculnya banyak saudagar-saudagar baru yang kuat. Kehidupan masyarakat di kawasan itu benar-benar aman dan tenteram, karena semua berada dalam kepatuhan pada pemimpin mereka, yaitu La Mudu alias kepala Desa Mudu alias pendekar Tapak Dewa. Tak ada satu pun penjahat atau kelompok penjahat mana pun di kawasan Kepulauan Tenggara yang berani coba-coba membuat kerisauan di kawasan itu. Baru mendengar nama sang pemimpin dari kawasan itu saja hati mereka sudah ciut lebih dahulu. Berani melakukan tindakan konyol di kawasan penghujung timur Pulau Sumbawa itu, sama halnya mereka melakukan tindakan bunuh diri. Sementara dari pihak Kompeni Belanda pun enggan untuk mengusik atau berurusan dengan Tanaru. Lagi pula, tak sediki

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 145

    Kepulangan La Mudu menjadi kebahagiaan bagi segenap rakyat Tanaru. Keberadaannya sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah mereka merupakan kekuatan tersendiri bagi mereka. Lebih-lebih yang merasakan kebahagiaannya itu adalah seisi Uma Na’e (Istana Sandaka), yaitu kedua istri dan anak-anak mereka, juga kedua pasang mertuanya. Indra Kelana (anak La Mudu dengan istrinya Meilin) dan Dewi Samudra (Anak La Mudu dengan istrinya Ming Wei) menyambut kehadiran ayah mereka dengan sangat riang gembira. Keduanya langsung menggelayut dalam gendongan di kedua sisi rusuk sang ayah. Lalu kedua bocah itu mendominasi cerita apa pun tentang mereka terhadap ayahnya, termasuk tentang ilmu beladiri yang mereka miliki makin tinggi serta hafalan Al Quran mereka yang sama-sama mencapai beberapa juz. “Luar biasa kedua anak-anak Ayah,” puji La Mudu sembari mencium pipi kedua buah hatinya. “Kalian harus terus belajar sama K

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 144

    Pendekar Tapak Dewa bersama seluruh warga Desa Sera Guar mengantarkan rombongan pasukan bhayangkara yang akan membawa seluruh anggota penyamun Dewa Lenge itu ke kota raja di batas desa. Ada kelegaan namun juga perasaan rihatin serta kecewa yang dalam di dada setiap orang saat itu. Lega karena gerombolan yang sangat meresahkan itu telah berhasil dibekuk, dan prihatin serta kecewa yang dalam karena kenyataan bahwa pemimpin gerombolan penyamun malam itu ternyata adalah pemimpin mereka sendiri, Lalu Lojang, orang yang sangat mereka percaya, hormati, dan kagumi selama ini. Namun demikian, mereka hanya berharap, semoga Baginda Raja tidak sampai menjatuhkan hukuman gantung kepada pemimpin mereka itu. Mereka yakin, Lalu Lojang hanya sedang tersesat dan terjerumus. Mereka sangat tahu, sebelum kemunculan gerombolan penyamun malam di bawah pimpinannya itu, sang kepala desa itu adalah orang yang sangat baik, pen

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 143

    Tentu saja mereka tak akan mendapatkan sahutan, karena rumah-rumah itu telah ditinggalkan oleh penghuninya. “Rumah ini kosong! Ke mana para penghuninya...!?” Rata-rata demikian pertanyaan spontan yang terlontar dari mulut para anggota gerombolan itu. Namun anehnya, saat mereka menyalakan obor di tangannya masing-masing, mereka menemukan butir-butir emas yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Dan tanpa ragu-ragu mereka mengambil butir-butir emas itu dan memasukkannya di kantong dalam pakaian mereka. “Bagaimana, apakah kalian keluar dari rumah-rumah warga dengan membawa hasil?” Itu yang bertanya adalah Gumang Lanang, ketika seluruh anggota gerombolan telah berkumpul kembali di sebuah tanah yang kosong dalam de

DMCA.com Protection Status