"Bedebah keji! Eyang Gentaloka dan pasukkannya telah bergerak di luar dugaan kita! Wilayah Prahasta kini di bawah kendalinya!" seru sang Mahapatih Sanggatama, saat menerima laporan penaklukkan wilayah Prahasta itu dari telik sandinya.Sang Mahapatih segera memberitahukan kabar buruk itu, pada para pimpinan pasukkan kerajaan Pallawa di markas besar sekte Pallawa. Dan kehebohan pun terjadi, pertemuan besar segera di gelar di markas pasukkan Pallawa."Sungguh pintar mereka mencari celah dari kelengahan kita! Ini adalah pelajaran sangat mahal bagi pasukkan Pallawa!" sentak Eyang Pandunatha, dengan wajah muram dan kelam membesi.Dia merasa sedih dan juga marah bukan main, mendengar kekejian perlakuan pasukkan pemberontak yang tak memberi hati sedikitpun bagi pasukkan Pallawa."Benar! Pembantaian tanpa ampun terhadap pasukkan kita yang telah menyerah. Ditambah lagi pembunuhan atas seluruh keluarga Adipati Bimaseta, itu sungguh perbuatan yang biadab!Padahal pasukkan mereka yang menyerah pun
"Kejar mereka..!!" seru lantang Eyang Bardasena."HUAAHHH....!!!" teriak seluruh pasukkan khusus dan pasukkan tambahan seraya serentak meluruk cepat, mengejar pasukkan pemberontak yang melarikan diri dari istana kadipaten itu.Dan sesuatu di luar dugaan Eyang Gentaloka pun terjadi. Ke 2 ribu pasukkan yang di persiapkannya itu memang rata-rata memiliki ilmu meringankan tubuh, dan mampu bergerak cepat di medan perang.Eyang Gentaloka mengira pasukkan yang akan dikerahkan kerajaan Pallawa untuk menyerang ke Prahasta, adalah pasukkan biasa saja.Eyang Gentaloka rupanya lupa berpikir, jika banyak tokoh-tokoh sepuh juga di kerajaan Pallawa yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Dan celakanya Eyang Bardasena adalah tokoh tercepat di pasukkan Pallawa, yang memimpin pasukkan penyerangan saat itu.D itambah lagi para pendekar utama seperti Panji, Larasati, Jaya, Ranti, serta yang lainnya juga berada dalam pasukkan itu. Maka mengejar bahkan mendahului 2 ribu pasukkan pemberontak it
"Me-mereka akan menyerang kerajaan Pallawa be-besok pagi..!" seru gugup tawanan itu, membeberkan rencana pihak pemberontak."HAHHH..!!" seru terkejut Eyang Bardasena dan sebagian pendekar utama dalam pasukkan Pallawa. Mereka benar-benar tak mengira, jika kekuatan penuh pasukkan pemberontak akan menyerang dari arah Grandala."Berapa jumlah Pasukkan Terkutuk sebenarnya?!" sentak Eyang Bardasena lagi. Wajahnya nampak agak tegang diliputi kecemasan."Pa-pasukkan Terkutuk itu berjumlah sekitar 5 ribu anggota, Tuan Panglima," sahut tawanan itu lagi."Ahh! Total jumlah pasukkan mereka berjumlah sekitar 30 ribu pasukkan!" seru Eyang Bardasena terkejut.Ya, Eyang Bardasena sungguh tak menyangka, jika pasukkan kerajaan Pallawa yang hanya berjumlah sekitar 18 ribu pasukkan, harus melawan pasukkan pemberontak yang berjumlah 30 ribu pasukkan itu.Plaghk! Plaghh..! Glk, glk, glk!Eyang Bardasena cepat menampar dua tawanan itu hingga keduanya jatuh tak sadarkan diri. Dan dia pun langsung tenggak ar
"Cukup..!! Kita kembali ke markas dan beristirahat sejenak!" seru senopati Pratanca. Setelah Pasukkan Penghambat selesai membuat sebuah jebakkan besar di pinggiran kotaraja Pallawa.Ya, mereka baru saja menanam ribuan paku di sepanjang pinggiran kotaraja, pada sebuah jalur yang harus dilalui oleh pasukkan pemberontak jika hendak masuk ke kotaraja Pallawa.Seluruh pasukkan penghambat segera bergerak mundur kembali ke markas. Misi mereka malam itu berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti.'Bagus! Cepat dan terlatih sekali cara kerja mereka', bathin Eyang Bardasena, memuji pergerakkan Pasukkan Penghambat. Lalu dia pun melesat lenyap ke arah markas pasukkan Pallawa.*** Pasukkan utama pemberontak yang dipimpin Arya tiba di kadipaten Grandala, tak lama setelah pasukkan penjaga Pallawa serta keluarga Adipati Mahatra meninggalkan kadipaten.Sebuah keberuntungan yang tak disengaja.!Hingga dengan mudahnya pasukkan pemberontak masuk dan menduduki wilayah Grandala, tanpa hambatan sama seka
"Ahh..!!" seruan takjub dan kagum terdengar, dari semua orang yang berada di ruangan dalem istana Pallawa itu.Ya, Eyang Bardasena, Eyang Cakradewa, Eyang Pandunatha, serta para pendekar utama dan seluruh jajaran petinggi kerajaan tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.Saat mereka semu melihat sang permaisuri, dua selir, serta putri Lestari, telah memakai baju ringkas yang biasa dipakai para prajurit kerajaan untuk berperang. Sungguh gagah..!"Semuanya..! Janganlah gentar dan berkecil hati, jika jumlah pasukkan musuh jauh lebih besar dibanding pasukkan kita. Tak sedikit sejarah leluhurku mengisahkan tentang kemenangan pasukkan yang kecil dari pasukkan yang besar! Tiada yang tak mungkin, jika para Dewa telah berkehendak!" seru sang Maharaja Wucitra Samaradewa penuh semangat."SIAP..!! Gusti Prabu..!!" seru serentak semua yang hadir di ruang dalem istana itu, dengan menunduk hormat pada sang Maharaja mereka.Ya, hati semua yang hadir dalam pertemuan itu bagai terbakar oleh semang
"JAYALAH PALLAWA..!!""HIDUP RAMAYANA..!! JAYALAH KLIKAMUKA..!!"Gemuruh teriakkan serta sorak sorai seluruh pasukkan sekutu Pallawa, seketika membahana lantang memecah langit. Usai sang Maharaja memberikan kata-kata penyemangat pada pasukkan Pallawa.Tak sedikit dari anggota pasukkan Pallawa yang meneteskan air mata, dalam rasa keharuan bercampur tekad membara.Sungguh seruan sang Maharaja tadi demikian menembus relung-relung hati dan jiwa seluruh pasukkan Pallawa. Sehingga membangkitkan semangat membara dan menggedor jiwa kepahlawanan, dalam dada setiap anggota pasukkan yang mendengarnya.Kini tiada lagi rasa takut akan kematian di dada seluruh pasukkan Pallawa. Karena yang ada hanya semangat juang pertahankan kejayaan dan kedaulatan tlatah Pallawa, demi generasi penerus mereka. *** Akhirnya 3(tiga) area jebakkan telah berhasil dilalui oleh pasukkan pemberontak. Ada sekitar seribu lebih anggota pasukkan pemberontak, yang menjadi korban jebakkan yang dipasang oleh Pasukkan Penghamb
"Hiaahh..!!" Spraattzzhk..!!!Tak tahan melihat serangan pasukkannya selalu digagalkan oleh para pendekar Pallawa. Eyang Gentaloka berseru keras, seraya hantamkan kepalan tangan kanannya ke arah sosok Panji.Selarik cahaya hitam pekat berselimut cahaya keemasan melesat cepat ke arah Panji, yang kala itu tengah melesat kembali menuju pagar gerbang kotaraja bersama Larasati dan Jaya.Ya, aji 'Pukulan Gelap Ngampar' telah dilepaskan oleh sepuh sesat itu."Awas Panji..!!" Slaph! Slaph! seru Eyang Pandunatha memperingatkan Panji. Hampir bersamaan Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa segera melesat cepat seraya siapkan pukulan ampuh mereka."Hiaahh.!" Spraattzh..!!Eyang Pandunatha lepaskan Pukulan Bentrok Dewa dan Iblisnya, secepat kilat dua bola energi berwarna hitam pekat dan putih berkilau melesat dari kedua kepalannya, hendak memapasi dua larik pukulan Eyang Gentaloka."Hiaahh..!!" Blaattzzhk..!!Seruan keras Eyang Cakradewa diiringi dengan melesatnya dua larik cahaya perak menyilauka
"Kujang Kencana.!!" Eyang Bardasena memanggil senjata pamungkasnya 'Kujang Kencana', pusaka yang lama sekali tak pernah digunakannya untuk bertarung.Scraatzh..!! Jlegarrshk..!Gelegar suara halilintar keemasan serta pecahnya power pukulan Eyang Bardasena menggeletar dahsyat, bagai membelah langitPerlahan naungan awan gelap di atas area kotaraja Pallawa buyar dan berubah menjadi cahaya terang keemasan. Melesat turun dengan cepat sebuah senjata berbentuk Kujang. Sebuah Kujang yang pancarkan kilatan cahaya keemasan bukan main terangnya, hingga sanggup mengubah awan gelap menjadi awan berwarna cerah keemasan. Itulah Kujang Kencana!Taph..!Kujang Kencana kini tergenggam di tangan Eyang Bardasena. Seketika sosok Eyang Bardasena lenyap terselubungi cahaya keemasan, yang memancar terang menyilaukan dari Kujang Kencana itu. Dahsyat!"Ku-kujang Kencana..?! Be-bedebah kau Bardasena..!!" sentak gugup Eyang Dharmala gentar, saat mengetahui wujud dari senjata pamungkas Eyang Bardasena.Ya, Eyan