"Ahh..! Ak-akhirnya a-aku me-menemukanmu Nariti sa..yang. Hkssh!" dengan suara lemah dan terbata, Eyang Bardasena menyapa wanita yang selalu ada dalam hati dan kenangannya itu. Lalu dia pun jatuh tak sadarkan diri setelahnya."Kangmas..!" seru cemas wanita sepuh itu, yang ternyata adalah Nyi Nariti.Segera Nyi Nariti melesat turun ke sebuah dataran berumput, lalu dia merebahkan sosok Eyang Bardasena. Sosok yang sejak dulu selalu dikaguminya, sampai sebuah kejadian memisahkan mereka.Ya, rupanya pernah ada 'kisah rahasia' di antara dua sepuh itu, pada masa muda mereka dulu. Sungguh sebuah kejutan yang tak terduga!*** Sementara di dimensi silam.Suasana pagi hari itu sungguh nampak berbeda di sekitar istana Kashimpa. Nampak alun-alun kerajaan Kashimpa yang berada tak jauh dari istana kerajaan telah ramai dan penuh sesak, dengan seluruh prajurit kerajaan Kashimpa.Ya, karena hari itu adalah hari pemberangkatan 4 ribu prajurit khusus, yang akan menuju ke Tlatah Pallawa, Pasukkan yang ak
Slaphh..! Jalu anggukkan kepalanya pada sang Maharaja dan sang Permaisuri, lalu sosoknya melesat bagai lenyap saking cepatnya. Dan dalam sekejap mata saja, Jalu sudah berada di ketinggian langit Tlatah Kashimpa.Byaarrsh..!!Ledakkan power Jalu seketika terjadi di ketinggian angkasa, awan di atas langit wilayah Kashimpa pun langsung berubah bercahaya keemasan."Pedang Semesta..!! Hiiaahhh..!!"Jalu berseru lantang dalam posisi melayang di angkasa, memanggil pusaka pamungkas Pedang Semestanya. Kaki Jalu menghentak ke arah bumi, sementara tangannya meninju ke arah langit. Cahaya keemasan meluncur deras ke atas dan ke bawah dari hentakkan kaki dan kepalan tinju Jalu.Spraatzhh..!! Wuunngzzt..!Dari ketinggian langit tak terhingga. Meluncur turun dengan cepatnya sebuah titik kemilau terang sekali berwarna putih, biaskan aneka warna menembus batas atmosfir. Seketika langit berubah warna menjadi cahaya cemerlang aneka warna, layaknya kemilau intan.Ya, itulah 'Pedang Langit' yang terbentuk
Spraatzhhh..!!! KHRA - BLARGHHSK...!!Dengan suara dentuman menggelegar yang bukan olah-olah dahsyatnya, istana kegelapan yang melayang itu terbelah menjadi dua bagian. Lalu dua bagian istana yang terbelah itu pun ambyar meledak, dan luluh lantak berkeping bak serpihan kerikil kecil. Ya, Istana Kegelapan kini hanyalah tinggal puing-puing kecil yang melayang di dimensi Kegelapan itu. Inilah tebasan dahsyat luar biasa..!Nampak sosok bayangan hitam keemasan melesat keluar, dari istana kegelapan yang telah terbelah itu.Ya, rupanya Eyang Swungrana berhasil menyelamatkan diri dari ledakkan kehancuran istana kegelapan itu.'Hmm. Dia berhasil selamat!' seru geram bathin Jalu. Tiba-tiba muncul sebuah bola cahaya emas berukuran sangat besar, api hitam berkobar berkeredepan mengelilingi bola cahaya emas itu. 'Hmm! Sang Penguasa Kegelapan muncul..!' batin Jalu bergetar. Namun dia tentu saja tak gentar, hanya saja Jalu lebih mementingkan keselamatan Kirana saat itu. "Ayo Kirana! Kita tinggalk
Seth..! Taph..!Tanpa buang waktu lagi Jalu menyambar pusaka Pedang Matahari dalam genggaman sang Maharaja Wucitra Samaradewa. Lalu...Crash..! Crashk..! ... Craaksh..!!Lalu dengan gerakan cepat bukan main dan tanpa ragu, Jalu ayun, tebas, dan tusukkan, Pedang Matahari ke seluruh sosok pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja.Sedemikian cepatnya gerakkan Jalu, hingga hanya nampak bagaikan lintasan cahaya putih keemasan, yang tengah mengitari pasukkan pengepung pemberontak itu. Dan akibatnya juga bukan olah-olah mengerikkannya! Karena bukan hanya ratusan, tetapi ribuan lebih kepala para pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja telah tertebas!Kepala mereka semua nampak seperti berada ditempatnya, namun sesungguhnya leher mereka semua telah terpapas buntung oleh Pedang Matahari di tangan Jalu.Craph..! ... Craghs..!!Kecuali pada seratus lebih Pasukkan Terkutuk yang matanya putih semua, pada mereka Jalu memberikan tusukkan tepat di jantungnya.Sel
"Keparat kau Jalu..! Aku akan adu nyawa denganmu..!" seru murka Eyang Gentaloka, seraya melihat pergelangan tangan kirinya yang putus. Dendamnya pun kembali bergolak pada Jalu.Desshhk..!!Jalu tendang bola bulat berisi pukulan Halilintar Neraka itu ke arah kerumunan pasukkan pemberontak, yang tengah berdesakkan hendak masuk di pintu gerbang kotaraja Pallawa.Bola besar keemasan itu pun melayang deras ke arah kerumunan pasukkan pemberontak itu. Dan...Staaghk.! Scraatzhk..!!Dengan sebuah jentikkan 'Jari Halilintar'nya, melesat seberkas kilatan petir emas dari jari Jalu. Lesatan petir emas itu tepat menghantam bola keemasan berisi Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka, yang saat itu tepat berada di tengah-tengah pasukkan pemberontak yang sedang menyerbu masuk.KHRA - BLAAARRRGGKHHSS..!!Pintu gerbang kotaraja ambyar dan runtuh, sementara ratusan pasukkan pemberontak juga tewas seketika terkena ledakkan power Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka. Hal yang terjadi b
"Hhh..!" Jalu hentikan ajian Pukulan Pasir Semestanya seraya menghela nafasnya. Seketika badai pasir emas itu pun lenyap tanpa bekas. Lalu Jalu pun terapkan pernafasan Bathara Bayu sejenak di angkasa.Slaph!Kini Jalu melesat ke arah pertarungan Eyang Waranaya dan Arya yang hampir mencapai puncaknya.Nampak Eyang Waranaya tengah bersiap menerapkan ajian pamungkas yang baru disempurnakannya, aji 'Lebur Pati'. Sebagai tanda serangan itu adalah serangan hidup matinya melawan Arya, yang masih tampak segar bugar.Rupanya mereka berdua sudah enggan bermain saling lesatkan pukulan jarak jauh, dan memutuskan untuk beradu pukulan secara langsung.Ya, disamping pada dasarnya power Arya memang lebih tinggi, faktor usia juga mempengaruhi stamina Eyang Waranaya. Namun tak nampak kecemasan atau kegentaran sedikitpun di wajah Eyang Waranaya saat itu."Eyang sepuh! Mohon biarkan Jalu yang menghadapinya!" seru Jalu seraya memberi hormat pada Eyang Waranaya.Ya, Jalu merasakan power Eyang Waranaya yang
Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama.Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Rajawali Emas."Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.Crash! Crasshk!“Arrgghssk!” bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Rajawali Emas.Dua penjaga ruang pusaka itu pun tewas tanpa kata, seorang di antaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.Slaphs!Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Rajawali Emas itu.Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari soso
Craasshk!Kelebatan cahaya merah secepat kilat menebas leher Raganatha, yang kala itu hanya bisa terpaku dengan mata terbelalak ngeri.Blukh! Gludug, gludugh!Kepala Raganatha seketika terlepas mencelat dari lehernya. Darah muncrat dari batang leher Raganatha, sebelum akhirnya tubuh itu ambruk dengan kepala menggelinding di lantai ruangan.Ya, Raganatha! Pengkhianat sekte Rajawali Emas, yang ternyata adalah adik kandung dari Ki Somanatha telah tewas dengan cara mengenaskan."Hahahaaa! Dengan ini sekte Elang Merah akan menguasai wilayah Larantuka di Tlatah Pallawa ini!Habislah kau Sekte Rajawali Emas! Mampuslah kau Bilowo Djati!" seru keras Eyang Prana Wisesa seraya tergelak puas.Ya, bisanya Eyang Prana Wisesa menjebol ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas, tak lain adalah berkat keterangan si pengkhianat Raganatha.Bahkan Raganatha juga mengatakan pada Prana Wisesa, bahwa sudah setengah tahun lamanya ayahnya Eyang Bilowo Djati berada di ruang khusus laku leluhur sekte Rajawal