"Hhh..!" Jalu hentikan ajian Pukulan Pasir Semestanya seraya menghela nafasnya. Seketika badai pasir emas itu pun lenyap tanpa bekas. Lalu Jalu pun terapkan pernafasan Bathara Bayu sejenak di angkasa.Slaph!Kini Jalu melesat ke arah pertarungan Eyang Waranaya dan Arya yang hampir mencapai puncaknya.Nampak Eyang Waranaya tengah bersiap menerapkan ajian pamungkas yang baru disempurnakannya, aji 'Lebur Pati'. Sebagai tanda serangan itu adalah serangan hidup matinya melawan Arya, yang masih tampak segar bugar.Rupanya mereka berdua sudah enggan bermain saling lesatkan pukulan jarak jauh, dan memutuskan untuk beradu pukulan secara langsung.Ya, disamping pada dasarnya power Arya memang lebih tinggi, faktor usia juga mempengaruhi stamina Eyang Waranaya. Namun tak nampak kecemasan atau kegentaran sedikitpun di wajah Eyang Waranaya saat itu."Eyang sepuh! Mohon biarkan Jalu yang menghadapinya!" seru Jalu seraya memberi hormat pada Eyang Waranaya.Ya, Jalu merasakan power Eyang Waranaya yang
Splaashp..!Sosok Jalu pun masuk ke dalam bola besar yang memancarkan cahaya emas kemilau itu. Nampak kilatan-kilatan halilintar emas berkeredepan disekeliling bola besar emas itu.Braallgh..!! Splaazzhk..!!! Wuunngggzzt..!!Melesat dari dalam bumi sebuah cahaya merah berbentuk pedang yang tak lain adalah Pedang Bumi. Sementara dari ketinggian meluncur cepat bak meteor jatuh, sebuah cahaya putih kristal berkilau aneka warna berbentuk pedang, Pedang Langit!Dua pedang pusaka yang datang dari arah berlawanan itu akhirnya berbenturan, dalam sebuah ledakkan dahsyat di ruang hampa semesta.KHRAA - BLAAAZZTTTHHHSSKK..!!!Angkasa bagaikan meledak pecah dalam ratusan pancaran cahaya yang teramat menyilaukan. Seketika seluruh pusaran awan hitam yang menaungi kotaraja Pallawa pun tersibak. Kini langit berubah menjadi warna terang keemasan. Nampak badai halilintar bercahaya emas yang saling bergesekkan dengan halilintar hitam.Sebuah gabungan pedang yang teramat dahsyat berkilau telah mewujud..!
SPLAASSPPH..! BLEEGAARRSSKKH..!!!Sebuah bola api emas berkobar yang sangat besar seketika muncul, dan menelan sosok Arya ke dalamnya. Otomatis dua tebasan keemasan yang dilepaskan Jalu menghantam deras kobaran bola api emas itu. Angkasa kembali pecah bergetar dahsyat, gelombang energi semesta menebar ke segala arah."AAarrgkkKkhssh..!!!!" Bahkan orang-orang yang berada di bumi berseru keras kesakitan, mereka merasakan tekanan yang begitu kuat dari hempasan power yang pecah di atas langit itu.Brukhh! Brrughk! ... Brughk!!Maka berjatuhanlah ratusan anggota pasukkan pemberontak maupun Pallawa, yang tak kuat menahan hempasan tekanan energi berhawa panas tersebut."Haahh..?! Siapa kau..?!" seru lantang Jalu terkejut bukan main, merasakan power yang tak terukur datang menyelamatkan Arya dari titik kematiannya.Walau sesungguhnya Jalu sudah bisa meraba, siapa sosok yang turut campur dalam duelnya dengan Arya itu. 'HAHAHAAA..! JALU..! BELUM SAATNYA KAU MENEPUK DADA SEKARANG! TUNGGULAH BE
Slaapph..!! Slaaphh..! BLAPH..! Sang Ksatria Dewa Abadi langsung menangkap masuk lesatan pukulan cahaya emasnya kedalam bola emas aji Selimut Tapak Khayangannya. Dan dia juga memasukkan lesatan sinar hitam berkilap milik Penguasa Kegelapan ke dalam bola cahaya emas satunya.Lalu kedua bola cahaya emas itu pun lenyap seketika tanpa bekas, bagaikan tak pernah terlihat ada di angkasa. Sirna bersama Sang Ksatria Dewa Abadi! Sementara Jalu sudahi pemulihannya, tubuhnya kini terasa lebih baik walau belum sepenuhnya pulih. "Hiaahh..!" Byaarrsshp..!! Jalu berseru seraya tarik semua ajian dan Pedang Semestanya. Terdengar suara buyarnya Perisai Dewa Emas, disertai dengan melesat keluar dan lenyapnya Pedang Semesta dari sosok Jalu. Langit pun berangsur-angsur kembali cerah walau masih nampak kemerahan, karena senja telah datang dan malam hendak menjelang. "HEI..! PASUKKAN PEMBERONTAK..! MENYERAHLAH..! SEMUA PIMPINAN KALIAN TELAH TIADA KINI..! LETAKKAN SENJATA KALIAN SEMUA!!" seru lantang
"Kangmas Bardasena, makanlah bubur ini agak banyak ya," ucap Nyi Nariti, seraya tersenyum lembut."Terimakasih Nariti. Maaf aku selalu saja merepotkanmu selama ini," ucap Eyang Bardasena lirih. Luka dalamnya memang masih membutuhkan waktu agak lama, untuk pulih seperti sediakala.Ya, sejak kemarin Nyi Nariti terus menerus mengalirkan hawa murni yang dimilikinya, untuk menyelamatkan lelaki sepuh yang pernah masuk dalam kehidupannya itu.Satu abad yang lalu, Nariti Puspadewi adalah seorang putri pertama dari Raja Prahasta. Jauh sebelum kerajaan Prahasta dilebur menjadi sebuah wilayah kadipaten. Hubungan kasihnya yang terjalin dengan seorang pendekar muda bernama Bardasena, mendapat tentangan keras dari sang ayahandanya, Prabu Narendra.Hingga akhirnya demi kebahagiaan sang kekasihnya, Bardasena pun meninggalkan Prahasta. Bardasena langsung menyebrangi lautan dan memutuskan untuk tinggal di Tlatah Klikamuka.Dan di Tlatah Klikamuka itulah dia bertemu dengan Begawan Sopala, yang adalah se
Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama.Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Rajawali Emas."Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.Crash! Crasshk!“Arrgghssk!” bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Rajawali Emas.Dua penjaga ruang pusaka itu pun tewas tanpa kata, seorang di antaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.Slaphs!Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Rajawali Emas itu.Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari soso
Craasshk!Kelebatan cahaya merah secepat kilat menebas leher Raganatha, yang kala itu hanya bisa terpaku dengan mata terbelalak ngeri.Blukh! Gludug, gludugh!Kepala Raganatha seketika terlepas mencelat dari lehernya. Darah muncrat dari batang leher Raganatha, sebelum akhirnya tubuh itu ambruk dengan kepala menggelinding di lantai ruangan.Ya, Raganatha! Pengkhianat sekte Rajawali Emas, yang ternyata adalah adik kandung dari Ki Somanatha telah tewas dengan cara mengenaskan."Hahahaaa! Dengan ini sekte Elang Merah akan menguasai wilayah Larantuka di Tlatah Pallawa ini!Habislah kau Sekte Rajawali Emas! Mampuslah kau Bilowo Djati!" seru keras Eyang Prana Wisesa seraya tergelak puas.Ya, bisanya Eyang Prana Wisesa menjebol ruang penyimpanan pusaka sekte Rajawali Emas, tak lain adalah berkat keterangan si pengkhianat Raganatha.Bahkan Raganatha juga mengatakan pada Prana Wisesa, bahwa sudah setengah tahun lamanya ayahnya Eyang Bilowo Djati berada di ruang khusus laku leluhur sekte Rajawal
"Hahh! Ka-kalian brengsek!" seru marah dan terkejut Jalu bukan main, dia langsung memaki dan mendekati kawanan remaja itu. Dilihatnya dengan marah dan sedih bangkai kelima ekor ayamnya yang telah mati, dengan leher remuk dihantam lesatan 5 buah batu kerikil. Jalu bergegas menghampiri keempat remaja yang nampak masih tergelak mengejeknya, kendati mereka melihat kemarahan di wajah Jalu. "Hahahaa! Kau mau apa ke sini?! Apa mau kami buat lehermu seperti kelima ayammu itu, hahh?!" seru tergelak seorang remaja diantara kawanan itu, seraya mengintimidasi Jalu. Plakkh! Secepat kilat Jalu menampar keras anak yang berkata mengancamnya itu. “Akhssh!” remaja yang bernama Arya itu tertampar telak seraya mengaduh kesakitan. Karena dia merasa terlalu yakin, jika Jalu tak mungkin bernyali menamparnya. "Sialan! Kau berani menamparku anak gembel! Hiahh!” seru marah Arya memaki, tendangan putarnya langsung melesat cepat ke arah kepala Jalu. Daghhk! Gludug, gludukh! Jalu yang memang telah siaga b