Seth..! Taph..!Tanpa buang waktu lagi Jalu menyambar pusaka Pedang Matahari dalam genggaman sang Maharaja Wucitra Samaradewa. Lalu...Crash..! Crashk..! ... Craaksh..!!Lalu dengan gerakan cepat bukan main dan tanpa ragu, Jalu ayun, tebas, dan tusukkan, Pedang Matahari ke seluruh sosok pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja.Sedemikian cepatnya gerakkan Jalu, hingga hanya nampak bagaikan lintasan cahaya putih keemasan, yang tengah mengitari pasukkan pengepung pemberontak itu. Dan akibatnya juga bukan olah-olah mengerikkannya! Karena bukan hanya ratusan, tetapi ribuan lebih kepala para pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja telah tertebas!Kepala mereka semua nampak seperti berada ditempatnya, namun sesungguhnya leher mereka semua telah terpapas buntung oleh Pedang Matahari di tangan Jalu.Craph..! ... Craghs..!!Kecuali pada seratus lebih Pasukkan Terkutuk yang matanya putih semua, pada mereka Jalu memberikan tusukkan tepat di jantungnya.Sel
"Keparat kau Jalu..! Aku akan adu nyawa denganmu..!" seru murka Eyang Gentaloka, seraya melihat pergelangan tangan kirinya yang putus. Dendamnya pun kembali bergolak pada Jalu.Desshhk..!!Jalu tendang bola bulat berisi pukulan Halilintar Neraka itu ke arah kerumunan pasukkan pemberontak, yang tengah berdesakkan hendak masuk di pintu gerbang kotaraja Pallawa.Bola besar keemasan itu pun melayang deras ke arah kerumunan pasukkan pemberontak itu. Dan...Staaghk.! Scraatzhk..!!Dengan sebuah jentikkan 'Jari Halilintar'nya, melesat seberkas kilatan petir emas dari jari Jalu. Lesatan petir emas itu tepat menghantam bola keemasan berisi Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka, yang saat itu tepat berada di tengah-tengah pasukkan pemberontak yang sedang menyerbu masuk.KHRA - BLAAARRRGGKHHSS..!!Pintu gerbang kotaraja ambyar dan runtuh, sementara ratusan pasukkan pemberontak juga tewas seketika terkena ledakkan power Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka. Hal yang terjadi b
"Hhh..!" Jalu hentikan ajian Pukulan Pasir Semestanya seraya menghela nafasnya. Seketika badai pasir emas itu pun lenyap tanpa bekas. Lalu Jalu pun terapkan pernafasan Bathara Bayu sejenak di angkasa.Slaph!Kini Jalu melesat ke arah pertarungan Eyang Waranaya dan Arya yang hampir mencapai puncaknya.Nampak Eyang Waranaya tengah bersiap menerapkan ajian pamungkas yang baru disempurnakannya, aji 'Lebur Pati'. Sebagai tanda serangan itu adalah serangan hidup matinya melawan Arya, yang masih tampak segar bugar.Rupanya mereka berdua sudah enggan bermain saling lesatkan pukulan jarak jauh, dan memutuskan untuk beradu pukulan secara langsung.Ya, disamping pada dasarnya power Arya memang lebih tinggi, faktor usia juga mempengaruhi stamina Eyang Waranaya. Namun tak nampak kecemasan atau kegentaran sedikitpun di wajah Eyang Waranaya saat itu."Eyang sepuh! Mohon biarkan Jalu yang menghadapinya!" seru Jalu seraya memberi hormat pada Eyang Waranaya.Ya, Jalu merasakan power Eyang Waranaya yang
Splaashp..!Sosok Jalu pun masuk ke dalam bola besar yang memancarkan cahaya emas kemilau itu. Nampak kilatan-kilatan halilintar emas berkeredepan disekeliling bola besar emas itu.Braallgh..!! Splaazzhk..!!! Wuunngggzzt..!!Melesat dari dalam bumi sebuah cahaya merah berbentuk pedang yang tak lain adalah Pedang Bumi. Sementara dari ketinggian meluncur cepat bak meteor jatuh, sebuah cahaya putih kristal berkilau aneka warna berbentuk pedang, Pedang Langit!Dua pedang pusaka yang datang dari arah berlawanan itu akhirnya berbenturan, dalam sebuah ledakkan dahsyat di ruang hampa semesta.KHRAA - BLAAAZZTTTHHHSSKK..!!!Angkasa bagaikan meledak pecah dalam ratusan pancaran cahaya yang teramat menyilaukan. Seketika seluruh pusaran awan hitam yang menaungi kotaraja Pallawa pun tersibak. Kini langit berubah menjadi warna terang keemasan. Nampak badai halilintar bercahaya emas yang saling bergesekkan dengan halilintar hitam.Sebuah gabungan pedang yang teramat dahsyat berkilau telah mewujud..!
SPLAASSPPH..! BLEEGAARRSSKKH..!!!Sebuah bola api emas berkobar yang sangat besar seketika muncul, dan menelan sosok Arya ke dalamnya. Otomatis dua tebasan keemasan yang dilepaskan Jalu menghantam deras kobaran bola api emas itu. Angkasa kembali pecah bergetar dahsyat, gelombang energi semesta menebar ke segala arah."AAarrgkkKkhssh..!!!!" Bahkan orang-orang yang berada di bumi berseru keras kesakitan, mereka merasakan tekanan yang begitu kuat dari hempasan power yang pecah di atas langit itu.Brukhh! Brrughk! ... Brughk!!Maka berjatuhanlah ratusan anggota pasukkan pemberontak maupun Pallawa, yang tak kuat menahan hempasan tekanan energi berhawa panas tersebut."Haahh..?! Siapa kau..?!" seru lantang Jalu terkejut bukan main, merasakan power yang tak terukur datang menyelamatkan Arya dari titik kematiannya.Walau sesungguhnya Jalu sudah bisa meraba, siapa sosok yang turut campur dalam duelnya dengan Arya itu. 'HAHAHAAA..! JALU..! BELUM SAATNYA KAU MENEPUK DADA SEKARANG! TUNGGULAH BE
Slaapph..!! Slaaphh..! BLAPH..! Sang Ksatria Dewa Abadi langsung menangkap masuk lesatan pukulan cahaya emasnya kedalam bola emas aji Selimut Tapak Khayangannya. Dan dia juga memasukkan lesatan sinar hitam berkilap milik Penguasa Kegelapan ke dalam bola cahaya emas satunya.Lalu kedua bola cahaya emas itu pun lenyap seketika tanpa bekas, bagaikan tak pernah terlihat ada di angkasa. Sirna bersama Sang Ksatria Dewa Abadi! Sementara Jalu sudahi pemulihannya, tubuhnya kini terasa lebih baik walau belum sepenuhnya pulih. "Hiaahh..!" Byaarrsshp..!! Jalu berseru seraya tarik semua ajian dan Pedang Semestanya. Terdengar suara buyarnya Perisai Dewa Emas, disertai dengan melesat keluar dan lenyapnya Pedang Semesta dari sosok Jalu. Langit pun berangsur-angsur kembali cerah walau masih nampak kemerahan, karena senja telah datang dan malam hendak menjelang. "HEI..! PASUKKAN PEMBERONTAK..! MENYERAHLAH..! SEMUA PIMPINAN KALIAN TELAH TIADA KINI..! LETAKKAN SENJATA KALIAN SEMUA!!" seru lantang
"Kangmas Bardasena, makanlah bubur ini agak banyak ya," ucap Nyi Nariti, seraya tersenyum lembut."Terimakasih Nariti. Maaf aku selalu saja merepotkanmu selama ini," ucap Eyang Bardasena lirih. Luka dalamnya memang masih membutuhkan waktu agak lama, untuk pulih seperti sediakala.Ya, sejak kemarin Nyi Nariti terus menerus mengalirkan hawa murni yang dimilikinya, untuk menyelamatkan lelaki sepuh yang pernah masuk dalam kehidupannya itu.Satu abad yang lalu, Nariti Puspadewi adalah seorang putri pertama dari Raja Prahasta. Jauh sebelum kerajaan Prahasta dilebur menjadi sebuah wilayah kadipaten. Hubungan kasihnya yang terjalin dengan seorang pendekar muda bernama Bardasena, mendapat tentangan keras dari sang ayahandanya, Prabu Narendra.Hingga akhirnya demi kebahagiaan sang kekasihnya, Bardasena pun meninggalkan Prahasta. Bardasena langsung menyebrangi lautan dan memutuskan untuk tinggal di Tlatah Klikamuka.Dan di Tlatah Klikamuka itulah dia bertemu dengan Begawan Sopala, yang adalah se
Sesungguhnya suasana malam kala itu cukup indah dan hening dihiasi sinaran bulan purnama.Namun keheningan dan keindahan malam itu terkoyak, oleh sebuah suara teriakkan di markas sekte Rajawali Emas."Awas! Ada pencuri masuk ke ruang pusaka!!" teriak seorang anggota sekte kelas menengah, yang kebetulan berjaga di area markas bersama seorang anggota lainnya.Crash! Crasshk!“Arrgghssk!” bagai kilat berkelebat cahaya merah dari sebuah pedang, yang langsung menerbangkan dua buah kepala penjaga pintu di ruang pusaka sekte Rajawali Emas.Dua penjaga ruang pusaka itu pun tewas tanpa kata, seorang di antaranya adalah anggota sekte yang baru berteriak tadi.Slaphs!Cepat sekali sosok berpenutup kepala kain itu melesat melewati pagar markas sekte, lalu lenyap di kegelapan hutan yang mengelilingi sekte Rajawali Emas itu.Puluhan sosok berkelebatan keluar dengan cepat dari dalam markas sekte, mereka langsung menuju ke ruang penyimpanan pusaka dan sebagiannya melesat ke sekitar markas mencari soso