"Me-mereka akan menyerang kerajaan Pallawa be-besok pagi..!" seru gugup tawanan itu, membeberkan rencana pihak pemberontak."HAHHH..!!" seru terkejut Eyang Bardasena dan sebagian pendekar utama dalam pasukkan Pallawa. Mereka benar-benar tak mengira, jika kekuatan penuh pasukkan pemberontak akan menyerang dari arah Grandala."Berapa jumlah Pasukkan Terkutuk sebenarnya?!" sentak Eyang Bardasena lagi. Wajahnya nampak agak tegang diliputi kecemasan."Pa-pasukkan Terkutuk itu berjumlah sekitar 5 ribu anggota, Tuan Panglima," sahut tawanan itu lagi."Ahh! Total jumlah pasukkan mereka berjumlah sekitar 30 ribu pasukkan!" seru Eyang Bardasena terkejut.Ya, Eyang Bardasena sungguh tak menyangka, jika pasukkan kerajaan Pallawa yang hanya berjumlah sekitar 18 ribu pasukkan, harus melawan pasukkan pemberontak yang berjumlah 30 ribu pasukkan itu.Plaghk! Plaghh..! Glk, glk, glk!Eyang Bardasena cepat menampar dua tawanan itu hingga keduanya jatuh tak sadarkan diri. Dan dia pun langsung tenggak ar
"Cukup..!! Kita kembali ke markas dan beristirahat sejenak!" seru senopati Pratanca. Setelah Pasukkan Penghambat selesai membuat sebuah jebakkan besar di pinggiran kotaraja Pallawa.Ya, mereka baru saja menanam ribuan paku di sepanjang pinggiran kotaraja, pada sebuah jalur yang harus dilalui oleh pasukkan pemberontak jika hendak masuk ke kotaraja Pallawa.Seluruh pasukkan penghambat segera bergerak mundur kembali ke markas. Misi mereka malam itu berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti.'Bagus! Cepat dan terlatih sekali cara kerja mereka', bathin Eyang Bardasena, memuji pergerakkan Pasukkan Penghambat. Lalu dia pun melesat lenyap ke arah markas pasukkan Pallawa.*** Pasukkan utama pemberontak yang dipimpin Arya tiba di kadipaten Grandala, tak lama setelah pasukkan penjaga Pallawa serta keluarga Adipati Mahatra meninggalkan kadipaten.Sebuah keberuntungan yang tak disengaja.!Hingga dengan mudahnya pasukkan pemberontak masuk dan menduduki wilayah Grandala, tanpa hambatan sama seka
"Ahh..!!" seruan takjub dan kagum terdengar, dari semua orang yang berada di ruangan dalem istana Pallawa itu.Ya, Eyang Bardasena, Eyang Cakradewa, Eyang Pandunatha, serta para pendekar utama dan seluruh jajaran petinggi kerajaan tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.Saat mereka semu melihat sang permaisuri, dua selir, serta putri Lestari, telah memakai baju ringkas yang biasa dipakai para prajurit kerajaan untuk berperang. Sungguh gagah..!"Semuanya..! Janganlah gentar dan berkecil hati, jika jumlah pasukkan musuh jauh lebih besar dibanding pasukkan kita. Tak sedikit sejarah leluhurku mengisahkan tentang kemenangan pasukkan yang kecil dari pasukkan yang besar! Tiada yang tak mungkin, jika para Dewa telah berkehendak!" seru sang Maharaja Wucitra Samaradewa penuh semangat."SIAP..!! Gusti Prabu..!!" seru serentak semua yang hadir di ruang dalem istana itu, dengan menunduk hormat pada sang Maharaja mereka.Ya, hati semua yang hadir dalam pertemuan itu bagai terbakar oleh semang
"JAYALAH PALLAWA..!!""HIDUP RAMAYANA..!! JAYALAH KLIKAMUKA..!!"Gemuruh teriakkan serta sorak sorai seluruh pasukkan sekutu Pallawa, seketika membahana lantang memecah langit. Usai sang Maharaja memberikan kata-kata penyemangat pada pasukkan Pallawa.Tak sedikit dari anggota pasukkan Pallawa yang meneteskan air mata, dalam rasa keharuan bercampur tekad membara.Sungguh seruan sang Maharaja tadi demikian menembus relung-relung hati dan jiwa seluruh pasukkan Pallawa. Sehingga membangkitkan semangat membara dan menggedor jiwa kepahlawanan, dalam dada setiap anggota pasukkan yang mendengarnya.Kini tiada lagi rasa takut akan kematian di dada seluruh pasukkan Pallawa. Karena yang ada hanya semangat juang pertahankan kejayaan dan kedaulatan tlatah Pallawa, demi generasi penerus mereka. *** Akhirnya 3(tiga) area jebakkan telah berhasil dilalui oleh pasukkan pemberontak. Ada sekitar seribu lebih anggota pasukkan pemberontak, yang menjadi korban jebakkan yang dipasang oleh Pasukkan Penghamb
"Hiaahh..!!" Spraattzzhk..!!!Tak tahan melihat serangan pasukkannya selalu digagalkan oleh para pendekar Pallawa. Eyang Gentaloka berseru keras, seraya hantamkan kepalan tangan kanannya ke arah sosok Panji.Selarik cahaya hitam pekat berselimut cahaya keemasan melesat cepat ke arah Panji, yang kala itu tengah melesat kembali menuju pagar gerbang kotaraja bersama Larasati dan Jaya.Ya, aji 'Pukulan Gelap Ngampar' telah dilepaskan oleh sepuh sesat itu."Awas Panji..!!" Slaph! Slaph! seru Eyang Pandunatha memperingatkan Panji. Hampir bersamaan Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa segera melesat cepat seraya siapkan pukulan ampuh mereka."Hiaahh.!" Spraattzh..!!Eyang Pandunatha lepaskan Pukulan Bentrok Dewa dan Iblisnya, secepat kilat dua bola energi berwarna hitam pekat dan putih berkilau melesat dari kedua kepalannya, hendak memapasi dua larik pukulan Eyang Gentaloka."Hiaahh..!!" Blaattzzhk..!!Seruan keras Eyang Cakradewa diiringi dengan melesatnya dua larik cahaya perak menyilauka
"Kujang Kencana.!!" Eyang Bardasena memanggil senjata pamungkasnya 'Kujang Kencana', pusaka yang lama sekali tak pernah digunakannya untuk bertarung.Scraatzh..!! Jlegarrshk..!Gelegar suara halilintar keemasan serta pecahnya power pukulan Eyang Bardasena menggeletar dahsyat, bagai membelah langitPerlahan naungan awan gelap di atas area kotaraja Pallawa buyar dan berubah menjadi cahaya terang keemasan. Melesat turun dengan cepat sebuah senjata berbentuk Kujang. Sebuah Kujang yang pancarkan kilatan cahaya keemasan bukan main terangnya, hingga sanggup mengubah awan gelap menjadi awan berwarna cerah keemasan. Itulah Kujang Kencana!Taph..!Kujang Kencana kini tergenggam di tangan Eyang Bardasena. Seketika sosok Eyang Bardasena lenyap terselubungi cahaya keemasan, yang memancar terang menyilaukan dari Kujang Kencana itu. Dahsyat!"Ku-kujang Kencana..?! Be-bedebah kau Bardasena..!!" sentak gugup Eyang Dharmala gentar, saat mengetahui wujud dari senjata pamungkas Eyang Bardasena.Ya, Eyan
"Ahh..! Ak-akhirnya a-aku me-menemukanmu Nariti sa..yang. Hkssh!" dengan suara lemah dan terbata, Eyang Bardasena menyapa wanita yang selalu ada dalam hati dan kenangannya itu. Lalu dia pun jatuh tak sadarkan diri setelahnya."Kangmas..!" seru cemas wanita sepuh itu, yang ternyata adalah Nyi Nariti.Segera Nyi Nariti melesat turun ke sebuah dataran berumput, lalu dia merebahkan sosok Eyang Bardasena. Sosok yang sejak dulu selalu dikaguminya, sampai sebuah kejadian memisahkan mereka.Ya, rupanya pernah ada 'kisah rahasia' di antara dua sepuh itu, pada masa muda mereka dulu. Sungguh sebuah kejutan yang tak terduga!*** Sementara di dimensi silam.Suasana pagi hari itu sungguh nampak berbeda di sekitar istana Kashimpa. Nampak alun-alun kerajaan Kashimpa yang berada tak jauh dari istana kerajaan telah ramai dan penuh sesak, dengan seluruh prajurit kerajaan Kashimpa.Ya, karena hari itu adalah hari pemberangkatan 4 ribu prajurit khusus, yang akan menuju ke Tlatah Pallawa, Pasukkan yang ak
Slaphh..! Jalu anggukkan kepalanya pada sang Maharaja dan sang Permaisuri, lalu sosoknya melesat bagai lenyap saking cepatnya. Dan dalam sekejap mata saja, Jalu sudah berada di ketinggian langit Tlatah Kashimpa.Byaarrsh..!!Ledakkan power Jalu seketika terjadi di ketinggian angkasa, awan di atas langit wilayah Kashimpa pun langsung berubah bercahaya keemasan."Pedang Semesta..!! Hiiaahhh..!!"Jalu berseru lantang dalam posisi melayang di angkasa, memanggil pusaka pamungkas Pedang Semestanya. Kaki Jalu menghentak ke arah bumi, sementara tangannya meninju ke arah langit. Cahaya keemasan meluncur deras ke atas dan ke bawah dari hentakkan kaki dan kepalan tinju Jalu.Spraatzhh..!! Wuunngzzt..!Dari ketinggian langit tak terhingga. Meluncur turun dengan cepatnya sebuah titik kemilau terang sekali berwarna putih, biaskan aneka warna menembus batas atmosfir. Seketika langit berubah warna menjadi cahaya cemerlang aneka warna, layaknya kemilau intan.Ya, itulah 'Pedang Langit' yang terbentuk