"JAYALAH PALLAWA..!!""HIDUP RAMAYANA..!! JAYALAH KLIKAMUKA..!!"Gemuruh teriakkan serta sorak sorai seluruh pasukkan sekutu Pallawa, seketika membahana lantang memecah langit. Usai sang Maharaja memberikan kata-kata penyemangat pada pasukkan Pallawa.Tak sedikit dari anggota pasukkan Pallawa yang meneteskan air mata, dalam rasa keharuan bercampur tekad membara.Sungguh seruan sang Maharaja tadi demikian menembus relung-relung hati dan jiwa seluruh pasukkan Pallawa. Sehingga membangkitkan semangat membara dan menggedor jiwa kepahlawanan, dalam dada setiap anggota pasukkan yang mendengarnya.Kini tiada lagi rasa takut akan kematian di dada seluruh pasukkan Pallawa. Karena yang ada hanya semangat juang pertahankan kejayaan dan kedaulatan tlatah Pallawa, demi generasi penerus mereka. *** Akhirnya 3(tiga) area jebakkan telah berhasil dilalui oleh pasukkan pemberontak. Ada sekitar seribu lebih anggota pasukkan pemberontak, yang menjadi korban jebakkan yang dipasang oleh Pasukkan Penghamb
"Hiaahh..!!" Spraattzzhk..!!!Tak tahan melihat serangan pasukkannya selalu digagalkan oleh para pendekar Pallawa. Eyang Gentaloka berseru keras, seraya hantamkan kepalan tangan kanannya ke arah sosok Panji.Selarik cahaya hitam pekat berselimut cahaya keemasan melesat cepat ke arah Panji, yang kala itu tengah melesat kembali menuju pagar gerbang kotaraja bersama Larasati dan Jaya.Ya, aji 'Pukulan Gelap Ngampar' telah dilepaskan oleh sepuh sesat itu."Awas Panji..!!" Slaph! Slaph! seru Eyang Pandunatha memperingatkan Panji. Hampir bersamaan Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa segera melesat cepat seraya siapkan pukulan ampuh mereka."Hiaahh.!" Spraattzh..!!Eyang Pandunatha lepaskan Pukulan Bentrok Dewa dan Iblisnya, secepat kilat dua bola energi berwarna hitam pekat dan putih berkilau melesat dari kedua kepalannya, hendak memapasi dua larik pukulan Eyang Gentaloka."Hiaahh..!!" Blaattzzhk..!!Seruan keras Eyang Cakradewa diiringi dengan melesatnya dua larik cahaya perak menyilauka
"Kujang Kencana.!!" Eyang Bardasena memanggil senjata pamungkasnya 'Kujang Kencana', pusaka yang lama sekali tak pernah digunakannya untuk bertarung.Scraatzh..!! Jlegarrshk..!Gelegar suara halilintar keemasan serta pecahnya power pukulan Eyang Bardasena menggeletar dahsyat, bagai membelah langitPerlahan naungan awan gelap di atas area kotaraja Pallawa buyar dan berubah menjadi cahaya terang keemasan. Melesat turun dengan cepat sebuah senjata berbentuk Kujang. Sebuah Kujang yang pancarkan kilatan cahaya keemasan bukan main terangnya, hingga sanggup mengubah awan gelap menjadi awan berwarna cerah keemasan. Itulah Kujang Kencana!Taph..!Kujang Kencana kini tergenggam di tangan Eyang Bardasena. Seketika sosok Eyang Bardasena lenyap terselubungi cahaya keemasan, yang memancar terang menyilaukan dari Kujang Kencana itu. Dahsyat!"Ku-kujang Kencana..?! Be-bedebah kau Bardasena..!!" sentak gugup Eyang Dharmala gentar, saat mengetahui wujud dari senjata pamungkas Eyang Bardasena.Ya, Eyan
"Ahh..! Ak-akhirnya a-aku me-menemukanmu Nariti sa..yang. Hkssh!" dengan suara lemah dan terbata, Eyang Bardasena menyapa wanita yang selalu ada dalam hati dan kenangannya itu. Lalu dia pun jatuh tak sadarkan diri setelahnya."Kangmas..!" seru cemas wanita sepuh itu, yang ternyata adalah Nyi Nariti.Segera Nyi Nariti melesat turun ke sebuah dataran berumput, lalu dia merebahkan sosok Eyang Bardasena. Sosok yang sejak dulu selalu dikaguminya, sampai sebuah kejadian memisahkan mereka.Ya, rupanya pernah ada 'kisah rahasia' di antara dua sepuh itu, pada masa muda mereka dulu. Sungguh sebuah kejutan yang tak terduga!*** Sementara di dimensi silam.Suasana pagi hari itu sungguh nampak berbeda di sekitar istana Kashimpa. Nampak alun-alun kerajaan Kashimpa yang berada tak jauh dari istana kerajaan telah ramai dan penuh sesak, dengan seluruh prajurit kerajaan Kashimpa.Ya, karena hari itu adalah hari pemberangkatan 4 ribu prajurit khusus, yang akan menuju ke Tlatah Pallawa, Pasukkan yang ak
Slaphh..! Jalu anggukkan kepalanya pada sang Maharaja dan sang Permaisuri, lalu sosoknya melesat bagai lenyap saking cepatnya. Dan dalam sekejap mata saja, Jalu sudah berada di ketinggian langit Tlatah Kashimpa.Byaarrsh..!!Ledakkan power Jalu seketika terjadi di ketinggian angkasa, awan di atas langit wilayah Kashimpa pun langsung berubah bercahaya keemasan."Pedang Semesta..!! Hiiaahhh..!!"Jalu berseru lantang dalam posisi melayang di angkasa, memanggil pusaka pamungkas Pedang Semestanya. Kaki Jalu menghentak ke arah bumi, sementara tangannya meninju ke arah langit. Cahaya keemasan meluncur deras ke atas dan ke bawah dari hentakkan kaki dan kepalan tinju Jalu.Spraatzhh..!! Wuunngzzt..!Dari ketinggian langit tak terhingga. Meluncur turun dengan cepatnya sebuah titik kemilau terang sekali berwarna putih, biaskan aneka warna menembus batas atmosfir. Seketika langit berubah warna menjadi cahaya cemerlang aneka warna, layaknya kemilau intan.Ya, itulah 'Pedang Langit' yang terbentuk
Spraatzhhh..!!! KHRA - BLARGHHSK...!!Dengan suara dentuman menggelegar yang bukan olah-olah dahsyatnya, istana kegelapan yang melayang itu terbelah menjadi dua bagian. Lalu dua bagian istana yang terbelah itu pun ambyar meledak, dan luluh lantak berkeping bak serpihan kerikil kecil. Ya, Istana Kegelapan kini hanyalah tinggal puing-puing kecil yang melayang di dimensi Kegelapan itu. Inilah tebasan dahsyat luar biasa..!Nampak sosok bayangan hitam keemasan melesat keluar, dari istana kegelapan yang telah terbelah itu.Ya, rupanya Eyang Swungrana berhasil menyelamatkan diri dari ledakkan kehancuran istana kegelapan itu.'Hmm. Dia berhasil selamat!' seru geram bathin Jalu. Tiba-tiba muncul sebuah bola cahaya emas berukuran sangat besar, api hitam berkobar berkeredepan mengelilingi bola cahaya emas itu. 'Hmm! Sang Penguasa Kegelapan muncul..!' batin Jalu bergetar. Namun dia tentu saja tak gentar, hanya saja Jalu lebih mementingkan keselamatan Kirana saat itu. "Ayo Kirana! Kita tinggalk
Seth..! Taph..!Tanpa buang waktu lagi Jalu menyambar pusaka Pedang Matahari dalam genggaman sang Maharaja Wucitra Samaradewa. Lalu...Crash..! Crashk..! ... Craaksh..!!Lalu dengan gerakan cepat bukan main dan tanpa ragu, Jalu ayun, tebas, dan tusukkan, Pedang Matahari ke seluruh sosok pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja.Sedemikian cepatnya gerakkan Jalu, hingga hanya nampak bagaikan lintasan cahaya putih keemasan, yang tengah mengitari pasukkan pengepung pemberontak itu. Dan akibatnya juga bukan olah-olah mengerikkannya! Karena bukan hanya ratusan, tetapi ribuan lebih kepala para pasukkan pemberontak yang mengepung rombongan sang Maharaja telah tertebas!Kepala mereka semua nampak seperti berada ditempatnya, namun sesungguhnya leher mereka semua telah terpapas buntung oleh Pedang Matahari di tangan Jalu.Craph..! ... Craghs..!!Kecuali pada seratus lebih Pasukkan Terkutuk yang matanya putih semua, pada mereka Jalu memberikan tusukkan tepat di jantungnya.Sel
"Keparat kau Jalu..! Aku akan adu nyawa denganmu..!" seru murka Eyang Gentaloka, seraya melihat pergelangan tangan kirinya yang putus. Dendamnya pun kembali bergolak pada Jalu.Desshhk..!!Jalu tendang bola bulat berisi pukulan Halilintar Neraka itu ke arah kerumunan pasukkan pemberontak, yang tengah berdesakkan hendak masuk di pintu gerbang kotaraja Pallawa.Bola besar keemasan itu pun melayang deras ke arah kerumunan pasukkan pemberontak itu. Dan...Staaghk.! Scraatzhk..!!Dengan sebuah jentikkan 'Jari Halilintar'nya, melesat seberkas kilatan petir emas dari jari Jalu. Lesatan petir emas itu tepat menghantam bola keemasan berisi Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka, yang saat itu tepat berada di tengah-tengah pasukkan pemberontak yang sedang menyerbu masuk.KHRA - BLAAARRRGGKHHSS..!!Pintu gerbang kotaraja ambyar dan runtuh, sementara ratusan pasukkan pemberontak juga tewas seketika terkena ledakkan power Pukulan Halilintar Neraka milik Eyang Gentaloka. Hal yang terjadi b