"Kejar mereka..!!" seru lantang Eyang Bardasena."HUAAHHH....!!!" teriak seluruh pasukkan khusus dan pasukkan tambahan seraya serentak meluruk cepat, mengejar pasukkan pemberontak yang melarikan diri dari istana kadipaten itu.Dan sesuatu di luar dugaan Eyang Gentaloka pun terjadi. Ke 2 ribu pasukkan yang di persiapkannya itu memang rata-rata memiliki ilmu meringankan tubuh, dan mampu bergerak cepat di medan perang.Eyang Gentaloka mengira pasukkan yang akan dikerahkan kerajaan Pallawa untuk menyerang ke Prahasta, adalah pasukkan biasa saja.Eyang Gentaloka rupanya lupa berpikir, jika banyak tokoh-tokoh sepuh juga di kerajaan Pallawa yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Dan celakanya Eyang Bardasena adalah tokoh tercepat di pasukkan Pallawa, yang memimpin pasukkan penyerangan saat itu.D itambah lagi para pendekar utama seperti Panji, Larasati, Jaya, Ranti, serta yang lainnya juga berada dalam pasukkan itu. Maka mengejar bahkan mendahului 2 ribu pasukkan pemberontak it
"Me-mereka akan menyerang kerajaan Pallawa be-besok pagi..!" seru gugup tawanan itu, membeberkan rencana pihak pemberontak."HAHHH..!!" seru terkejut Eyang Bardasena dan sebagian pendekar utama dalam pasukkan Pallawa. Mereka benar-benar tak mengira, jika kekuatan penuh pasukkan pemberontak akan menyerang dari arah Grandala."Berapa jumlah Pasukkan Terkutuk sebenarnya?!" sentak Eyang Bardasena lagi. Wajahnya nampak agak tegang diliputi kecemasan."Pa-pasukkan Terkutuk itu berjumlah sekitar 5 ribu anggota, Tuan Panglima," sahut tawanan itu lagi."Ahh! Total jumlah pasukkan mereka berjumlah sekitar 30 ribu pasukkan!" seru Eyang Bardasena terkejut.Ya, Eyang Bardasena sungguh tak menyangka, jika pasukkan kerajaan Pallawa yang hanya berjumlah sekitar 18 ribu pasukkan, harus melawan pasukkan pemberontak yang berjumlah 30 ribu pasukkan itu.Plaghk! Plaghh..! Glk, glk, glk!Eyang Bardasena cepat menampar dua tawanan itu hingga keduanya jatuh tak sadarkan diri. Dan dia pun langsung tenggak ar
"Cukup..!! Kita kembali ke markas dan beristirahat sejenak!" seru senopati Pratanca. Setelah Pasukkan Penghambat selesai membuat sebuah jebakkan besar di pinggiran kotaraja Pallawa.Ya, mereka baru saja menanam ribuan paku di sepanjang pinggiran kotaraja, pada sebuah jalur yang harus dilalui oleh pasukkan pemberontak jika hendak masuk ke kotaraja Pallawa.Seluruh pasukkan penghambat segera bergerak mundur kembali ke markas. Misi mereka malam itu berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti.'Bagus! Cepat dan terlatih sekali cara kerja mereka', bathin Eyang Bardasena, memuji pergerakkan Pasukkan Penghambat. Lalu dia pun melesat lenyap ke arah markas pasukkan Pallawa.*** Pasukkan utama pemberontak yang dipimpin Arya tiba di kadipaten Grandala, tak lama setelah pasukkan penjaga Pallawa serta keluarga Adipati Mahatra meninggalkan kadipaten.Sebuah keberuntungan yang tak disengaja.!Hingga dengan mudahnya pasukkan pemberontak masuk dan menduduki wilayah Grandala, tanpa hambatan sama seka
"Ahh..!!" seruan takjub dan kagum terdengar, dari semua orang yang berada di ruangan dalem istana Pallawa itu.Ya, Eyang Bardasena, Eyang Cakradewa, Eyang Pandunatha, serta para pendekar utama dan seluruh jajaran petinggi kerajaan tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.Saat mereka semu melihat sang permaisuri, dua selir, serta putri Lestari, telah memakai baju ringkas yang biasa dipakai para prajurit kerajaan untuk berperang. Sungguh gagah..!"Semuanya..! Janganlah gentar dan berkecil hati, jika jumlah pasukkan musuh jauh lebih besar dibanding pasukkan kita. Tak sedikit sejarah leluhurku mengisahkan tentang kemenangan pasukkan yang kecil dari pasukkan yang besar! Tiada yang tak mungkin, jika para Dewa telah berkehendak!" seru sang Maharaja Wucitra Samaradewa penuh semangat."SIAP..!! Gusti Prabu..!!" seru serentak semua yang hadir di ruang dalem istana itu, dengan menunduk hormat pada sang Maharaja mereka.Ya, hati semua yang hadir dalam pertemuan itu bagai terbakar oleh semang
"JAYALAH PALLAWA..!!""HIDUP RAMAYANA..!! JAYALAH KLIKAMUKA..!!"Gemuruh teriakkan serta sorak sorai seluruh pasukkan sekutu Pallawa, seketika membahana lantang memecah langit. Usai sang Maharaja memberikan kata-kata penyemangat pada pasukkan Pallawa.Tak sedikit dari anggota pasukkan Pallawa yang meneteskan air mata, dalam rasa keharuan bercampur tekad membara.Sungguh seruan sang Maharaja tadi demikian menembus relung-relung hati dan jiwa seluruh pasukkan Pallawa. Sehingga membangkitkan semangat membara dan menggedor jiwa kepahlawanan, dalam dada setiap anggota pasukkan yang mendengarnya.Kini tiada lagi rasa takut akan kematian di dada seluruh pasukkan Pallawa. Karena yang ada hanya semangat juang pertahankan kejayaan dan kedaulatan tlatah Pallawa, demi generasi penerus mereka. *** Akhirnya 3(tiga) area jebakkan telah berhasil dilalui oleh pasukkan pemberontak. Ada sekitar seribu lebih anggota pasukkan pemberontak, yang menjadi korban jebakkan yang dipasang oleh Pasukkan Penghamb
"Hiaahh..!!" Spraattzzhk..!!!Tak tahan melihat serangan pasukkannya selalu digagalkan oleh para pendekar Pallawa. Eyang Gentaloka berseru keras, seraya hantamkan kepalan tangan kanannya ke arah sosok Panji.Selarik cahaya hitam pekat berselimut cahaya keemasan melesat cepat ke arah Panji, yang kala itu tengah melesat kembali menuju pagar gerbang kotaraja bersama Larasati dan Jaya.Ya, aji 'Pukulan Gelap Ngampar' telah dilepaskan oleh sepuh sesat itu."Awas Panji..!!" Slaph! Slaph! seru Eyang Pandunatha memperingatkan Panji. Hampir bersamaan Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa segera melesat cepat seraya siapkan pukulan ampuh mereka."Hiaahh.!" Spraattzh..!!Eyang Pandunatha lepaskan Pukulan Bentrok Dewa dan Iblisnya, secepat kilat dua bola energi berwarna hitam pekat dan putih berkilau melesat dari kedua kepalannya, hendak memapasi dua larik pukulan Eyang Gentaloka."Hiaahh..!!" Blaattzzhk..!!Seruan keras Eyang Cakradewa diiringi dengan melesatnya dua larik cahaya perak menyilauka
"Kujang Kencana.!!" Eyang Bardasena memanggil senjata pamungkasnya 'Kujang Kencana', pusaka yang lama sekali tak pernah digunakannya untuk bertarung.Scraatzh..!! Jlegarrshk..!Gelegar suara halilintar keemasan serta pecahnya power pukulan Eyang Bardasena menggeletar dahsyat, bagai membelah langitPerlahan naungan awan gelap di atas area kotaraja Pallawa buyar dan berubah menjadi cahaya terang keemasan. Melesat turun dengan cepat sebuah senjata berbentuk Kujang. Sebuah Kujang yang pancarkan kilatan cahaya keemasan bukan main terangnya, hingga sanggup mengubah awan gelap menjadi awan berwarna cerah keemasan. Itulah Kujang Kencana!Taph..!Kujang Kencana kini tergenggam di tangan Eyang Bardasena. Seketika sosok Eyang Bardasena lenyap terselubungi cahaya keemasan, yang memancar terang menyilaukan dari Kujang Kencana itu. Dahsyat!"Ku-kujang Kencana..?! Be-bedebah kau Bardasena..!!" sentak gugup Eyang Dharmala gentar, saat mengetahui wujud dari senjata pamungkas Eyang Bardasena.Ya, Eyan
"Ahh..! Ak-akhirnya a-aku me-menemukanmu Nariti sa..yang. Hkssh!" dengan suara lemah dan terbata, Eyang Bardasena menyapa wanita yang selalu ada dalam hati dan kenangannya itu. Lalu dia pun jatuh tak sadarkan diri setelahnya."Kangmas..!" seru cemas wanita sepuh itu, yang ternyata adalah Nyi Nariti.Segera Nyi Nariti melesat turun ke sebuah dataran berumput, lalu dia merebahkan sosok Eyang Bardasena. Sosok yang sejak dulu selalu dikaguminya, sampai sebuah kejadian memisahkan mereka.Ya, rupanya pernah ada 'kisah rahasia' di antara dua sepuh itu, pada masa muda mereka dulu. Sungguh sebuah kejutan yang tak terduga!*** Sementara di dimensi silam.Suasana pagi hari itu sungguh nampak berbeda di sekitar istana Kashimpa. Nampak alun-alun kerajaan Kashimpa yang berada tak jauh dari istana kerajaan telah ramai dan penuh sesak, dengan seluruh prajurit kerajaan Kashimpa.Ya, karena hari itu adalah hari pemberangkatan 4 ribu prajurit khusus, yang akan menuju ke Tlatah Pallawa, Pasukkan yang ak
"Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T
BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh
Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg
Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke
"HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***
"Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se
"MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya
HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama
"Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun