Sementara Jalu juga melesat tinggi ke angkasa mencoba mengejar Kirana di atas ketinggian.Namun tetap saja Jalu tak bisa melihat sosok Kirana. Karena memang pepohonan di sekitar wilayah itu cukup tinggi dan lebat.Teringat akan misinya nanti malam, akhirnya Jalu hentikan pengejarannya. Jalu langsung hinggap di atas sebuah pohon yang cukup rindang untuk beristirahat. *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Pallawa, yang terletak di tengah-tengah 5 wilayah kadipaten Tlatah Pallawa.Nampak sang Maharaja Wucitra Samaradewa tengah mengadakan pertemuan di istana dalem kerajaan dengan segenap jajaran pejabat kerajaannya."Bagaimana pendapatmu Ki Cakranala? Haruskah kita mengirim utusan ke semua poro sepuh dunia persilatan di tlatah Pallawa, yang menentang tindak semena-mena dari sekte Elang Harimau?Tindakkan sekte Elang Harimau itu benar-benar sudah sangat meresahkan persatuan, dan mengancam kedamaian di Tlatah Pallawa ini!" ujar marah sang Maharaja, bertanya pada penasehat sepuh kera
"Jangan pernah meremehkan kesaktian sekte kalian sendiri! Itu semua karena kalian kurang giat berlatih! Cepat kalian pergi ke ruang latihan!" seru Ki Lambar Manik marah dan sebal pada ketiga muridnya itu."B-baik Guru Besar!" sahut mereka bertiga, seraya membalikkan badan dan melangkah cepat ke ruang latihan di belakang markas sekte itu.Sementara Ki Lambar Manik dan ketiga muridnya sejak tadi tak menyadari, jika ada sepasang mata mencorong yang mengamati mereka dari atas sebuah pohon, yang berada di samping luar markas sekte mereka.Ya, itulah sosok Jalu yang malam itu menutup sebagian wajahnya dengan kain hitam, sekaligus menggelung rambutnya hingga nampak pendek tertutup kain.'Sebaiknya aku bergerak sekarang. Selagi dia duduk seorang diri di teras itu', bathin Jalu.Slaph! Taph!"Selamat malam Lambar Manik!" ucap tegas Jalu, setelah dia mendarat di teras dekat Ki Lambar Manik duduk."Hahh! Siapa kau?!" seru kaget Ki Lambar Manik, seraya menunjuk Jalu dan berdiri dari kursinya. Dia
"Hmm, baiklah! Pedang Bumi..!!" Jalu akhirnya sampai pada batas kesabarannya, dia pun berseru memanggil pusakanya seraya hantamkan kakinya ke bumi. Daambh!! Bumi di area markas sekte Awan Hitam bergetar dan berguncang dahsyat bagai di ayun gempa. Sraaghk..! Braalghk..! Wuunngzzt..! Lalu tanah di bawah Jalu berpijak retak dan ambyar berhamburan, saat sebuah pedang merah menyala melesat keluar dari kedalaman bumi. Slaph! Taph! Jalu melesat cepat mengejar Pednag Bumi yang berdengung getarkan udara dan telinga itu. Dan dia pun langsung menggenggam gagang pedang bercahaya merah, yang berbentuk kepala seekor naga tersebut. "Hahh! Gempaa..!!" "Edaann..!" Seruan-seruan panik ketakutan para anggota sekte Awan Hitam menggeletar bersahutan di markas sekte Awan Hitam malam itu. Brukh! Brukh! ... Brughk!!" Puluhan anggota sekte yang mengepung arena pertarungan juga nampak berjatuhan, akibat guncangan dan ayunan keras bumi di bawah mereka. Dan semua anggota yang masih berada di dalam
Slaph!Kirana akhirnya melesat mengikuti sosok itu dari kejauhan, dia segera kerahkan segenap kecepatan ilmu meringankan tubuh 'Arung Badai'nya. Karena sosok di depannya juga melesat dengan kecepatan yang luar biasa. 'Gila! Ilmu meringankan tubuhnya berada di atasku!' seru terkejut batin Kirana. Dengan bersusah payah, akhirnya Kirana berhasil memperpendek jaraknya dengan sosok di depannya itu.Namun rupanya hal itu dikarenakan sosok di depannya itu memang mengurangi kecepatan lesatannya. Sosok itu pun akhirnya melesat turun ke sebuah rumah tua, yang nampaknya sudah lama tak di huni.Kirana langsung melesat ke sebuah pohon cukup besar yang terdapat di samping rumah itu.Krsskk!Suara gemerisik dedaunan yang bergesekan dengan sosok Kirana rupanya menarik perhatian sosok itu. Segera sosok itu menoleh ke arah pohon besar itu, dan mengamati pohon tersebut.Beruntung Kirana langsung bergerak cepat bersembunyi di balik batang pohon itu, sehingga tubuhnya tertutup oleh batang pohon besar it
"Salah! Rumah ini adalah rumahku, dan akulah pewaris dari rumah ini! Wajar jika aku menanyakan maksudmu masuk ke dalam rumah ini!" sentak marah wanita jelita itu, yang ternyata adalah Larasati adanya."Aahh! Maaf Kak, aku tidak tahu. Baiklah aku akan pergi dari sini," sahut Kirana terkejut. Dia tak menyangka bahwa wanita di hadapannya itu adalah pemilik rumah kosong itu."Sudahlah Laras, biarkan saja wanita ini pergi," ucap Panji seraya memegang lembut lengan Larasati, untuk meredakan emosi kekasihnya itu."Baiklah, silahkan kau pergi dari sini," ucap Larasati akhirnya, walau wajahnya nampak masih agak kesal."Heii! Tunggu dulu!" seru Larasati lagi dengan nada marah meninggi."Ada apa kak?!" seru Kirana, kini dia juga mulai merasa kesal pada wanita yang di panggil Laras oleh pemuda di sebelahnya itu."Kaukah yang membuat gundukkan tanah di bawah kaki makam kedua orangtuaku itu?!" seru Larasati dengan pandangan tajam ke arah Kirana.Kini kecurigaannya terhadap wanita tak di kenal itu m
"Ahh..! I-itu.. Ki Lambar Manik ketua sekte Awan Hitam..!" seru terkejut Kirana, seraya menunjuk kepala yang di pegang rambutnya oleh Panji.Ya, tentu saja Kirana mengenali wajah Ki Lambar Manik, karena orang itu dulu sering bertandang ke rumahnya menemui ayahnya."A-apa?! Ki..Ki Lambar Manik! Itu memang benar salah satu nama orang yang dulu membunuh Ayah dan Ibuku, Mas Panji!Jalu..! Terimakasih Adikku! Tsk... tsk ... tsk!" Larasati terkejut bukan main, mendengar nama Ki Lambar Manik disebut oleh Kirana.Karena Ki Lambar Manik memang salah satu dari pembunuh ayah ibunya, dan juga salah satu orang yang telah memperkosanya!"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN DISINI?!" sebuah suara lantang menggelegar terdengar. Hal yang mengagetkan ketiga orang yang tengah berada di belakang rumah kosong itu.Dan saat Kirana, Panji, dan Larasati menoleh ke arah suara yang berasal dari atap rumah itu. Maka dua orang yang paling terkejut adalah Kirana dan pemilik suara itu, yang tak lain adalah Jalu adanya."
"Brengsek! Benar-benar bedebah bangsat mereka itu! Tahu begitu akan kutambah siksaan bagi mereka sebelum menemui ajalnya!" desis Jalu dalam kemurkaannya, saat dia mendengar kisah perkosaan 3 orang pembunuh itu pada kakaknya."Sudahlah Jalu. Semuanya sudah terjadi, dan syukurlah Mas Panji mau mengerti dan memaklumi hal itu adalah kecelakaan belaka. Itulah yang membuat mbak bersedia menjadi kekasihnya," ucap Larasati menahan emosinya, jika dia teringat pada kejadian itu.Tak lama kemudian Kirana dan Panji pun kembali, dengan membawa jajanan pasar serta minuman yang di masukkan dalam tabung bambu.Dan mereka pun kini berbicara santai seputaran dunia persilatan pada saat itu. Sebuah pembicaraan yang cukup menambah wawasan Jalu, yang baru saja keluar dari Istana Pasir Bumi itu.Hanya Kirana yang banyak terdiam, dan hanya menjadi pendengar yang baik.Ya, tentu saja Kirana lebih banyak diam, karena Larasati dan Panji lebih sering mengangkat topik seputar sepak terjang kejahatan sekte Elang H
Seth! Byaarshk!Jalu tersentak sedemikian terkejutnya, saat mendengar dua nama yang harus di lenyapkannya dari bumi disebutkan oleh Kirana.Sosok Jalu sampai melesat agak jauh, dan tak sadar meledaklah 'power' dalam dirinya.Sementara Kirana, yang dasarnya sudah bersiap untuk kenyataan terburuk hanya diam terpaku di tempatnya. Dia terkejut melihat reaksi Jalu yang sangat di luar dugaannya.Nampak aura merah membara yang diselubungi cahaya putih kemilau melapisi sosok Jalu, yang kini melayang di atas permukaan tanah.Sepasang mata Jalu mencorong merah menyala menatap Kirana. Ngeri!"Kirana. Maafkan aku tak bisa menahan gejolak amarah ini. Ayahmu Ki Taksaka adalah orang yang telah memperkosa bibiku Ratri di dasar jurang Sirna Wujud, hingga dia terjebak di sana seumur hidupnya.Sedangkan Ki Braja Denta adalah orang yang telah membunuh Ayah dan Ibuku, dan membuatku terpisah dengan kakakku. Bagaimana menurutmu Kirana?!" tanya Jalu pada Kirana, setelah dia berkata dengan pelan namun tajam