Dan yang membuat semuanya heran adalah, tak ada saksi mata yang jelas melihat sosok pembantai di sekte Naga Terbang.Satu-satunya saksi yang sempat melihat sosok pembantai itu, hanyalah istri muda Ki Arga Bayu yang bernama Lasmi.Itu pun dia tak jelas melihatnya, dia hanya mengatakan melihat punggung sang pembantai yang berambut panjang.Dan memang Lasmi inilah yang berteriak minta tolong, sebelum Jalu melesat lenyap dari halaman markas sekte Naga Terbang.Demikianlah, akhirnya misteri tentang siapa pembantai di sekte Naga Terbang malam itu pun tak terungkap. Hingga akhirnya jasad puluhan korban kesadisan pembantai itu di makamkan.Sungguh suatu tragedi yang cukup menghebohkan di wilayah Larantuka! ***Sementara itu telah 2(dua) tahun lebih lamanya Arya berlatih di bawah gemblengan langsung dari Eyang sepuh Gentaloka.Hampir sebagian besar ilmu serta ajian dahsyat milik Eyang sepuh Gentaloka yang telah di warisi dan dikuasai Arya dengan sempurna.Hal yang sangat rahasia telah terjadi
"Hahahaaa! Bagus Arya! Sekarang sudah saatnya kau mulai mempelajari ajian pamungkas 'Samudera Neraka Bergolak' yang eyang miliki," puji Eyang sepuh Gentaloka terbahak senang, melihat Arya telah sempurna menguasai Pukulan Halilintar Neraka yang di ajarkannya."Terimakasih Eyang Guru, semua ini berkat kemurahan hati Eyang Guru pada Arya," sahut Arya seraya menghormat pada Eyang Gentaloka dengan luwesnya.Sungguh seorang 'penjilat' sejati!Ya, sesungguhnya di hati Arya selalu berbisik, bahwa tiada seorang pun manusia yang benar-benar pantas dipujinya, selain dirinya sendiri.Dia menganggap semua pencapaian yang di raihnya adalah berkat kecerdasan dan bakat dirinya belaka.Adapun soal dia bisa menjadi murid Eyang sepuh Gentaloka, menurutnya itu murni karena Eyang Gentaloka yang memintanya menjadi muridnya, bukan dia!Demikianlah kesombongan, keangkuhan, dan keculasan, yang sebenarnya menjadi watak asli dari pemuda bernama Arya yang berusia 20 tahunan itu.Sebuah watak yang selama ini di '
"Hahahaa! Sudah pasti statusku lebih tinggi darimu wanita codet! Aku Danu Anggoro! Putra ketua sekte Awan Hitam Ki Lambar Manik!Aku bayar semua pesananmu, tapi cepatlah kau keluar dari sini wanita codet!" sentak Danu Anggoro seraya terbahak sombong. Dia rupanya adalah putra Ki Lambar Manik."Kurang ajar kau!" Seth! Kirana berseru keras seraya melesat ke arah Danu, dia merasa marah sekali dan ingin menghajar pemuda pesolek itu. Namun ...Taph!Cepat Jalu menahan Kirana dengan menangkap pergelangan tangannya."Hei! Sajiwo! Apa-apaan kau?!" seru Kirana yang menjadi jengkel pada pemuda yang baru di kenalnya itu. Dia menatap tajam pada Sajiwo yang tersenyum padanya."Hei! A-apa yang hendak kau lakukan wanita codet?! Para senior! Hajar wanita codet itu!" Danu tersentak kaget dan menjadi marah, saat mengetahui Kirana yang hendak menyerangnya.Cepat dia berseru memanggil para senior sektenya, yang rupanya berada di luar warung makan itu mengawal tuan muda mereka."Tenanglah Nona. Biarlah aku
Sementara Jalu juga melesat tinggi ke angkasa mencoba mengejar Kirana di atas ketinggian.Namun tetap saja Jalu tak bisa melihat sosok Kirana. Karena memang pepohonan di sekitar wilayah itu cukup tinggi dan lebat.Teringat akan misinya nanti malam, akhirnya Jalu hentikan pengejarannya. Jalu langsung hinggap di atas sebuah pohon yang cukup rindang untuk beristirahat. *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Pallawa, yang terletak di tengah-tengah 5 wilayah kadipaten Tlatah Pallawa.Nampak sang Maharaja Wucitra Samaradewa tengah mengadakan pertemuan di istana dalem kerajaan dengan segenap jajaran pejabat kerajaannya."Bagaimana pendapatmu Ki Cakranala? Haruskah kita mengirim utusan ke semua poro sepuh dunia persilatan di tlatah Pallawa, yang menentang tindak semena-mena dari sekte Elang Harimau?Tindakkan sekte Elang Harimau itu benar-benar sudah sangat meresahkan persatuan, dan mengancam kedamaian di Tlatah Pallawa ini!" ujar marah sang Maharaja, bertanya pada penasehat sepuh kera
"Jangan pernah meremehkan kesaktian sekte kalian sendiri! Itu semua karena kalian kurang giat berlatih! Cepat kalian pergi ke ruang latihan!" seru Ki Lambar Manik marah dan sebal pada ketiga muridnya itu."B-baik Guru Besar!" sahut mereka bertiga, seraya membalikkan badan dan melangkah cepat ke ruang latihan di belakang markas sekte itu.Sementara Ki Lambar Manik dan ketiga muridnya sejak tadi tak menyadari, jika ada sepasang mata mencorong yang mengamati mereka dari atas sebuah pohon, yang berada di samping luar markas sekte mereka.Ya, itulah sosok Jalu yang malam itu menutup sebagian wajahnya dengan kain hitam, sekaligus menggelung rambutnya hingga nampak pendek tertutup kain.'Sebaiknya aku bergerak sekarang. Selagi dia duduk seorang diri di teras itu', bathin Jalu.Slaph! Taph!"Selamat malam Lambar Manik!" ucap tegas Jalu, setelah dia mendarat di teras dekat Ki Lambar Manik duduk."Hahh! Siapa kau?!" seru kaget Ki Lambar Manik, seraya menunjuk Jalu dan berdiri dari kursinya. Dia
"Hmm, baiklah! Pedang Bumi..!!" Jalu akhirnya sampai pada batas kesabarannya, dia pun berseru memanggil pusakanya seraya hantamkan kakinya ke bumi. Daambh!! Bumi di area markas sekte Awan Hitam bergetar dan berguncang dahsyat bagai di ayun gempa. Sraaghk..! Braalghk..! Wuunngzzt..! Lalu tanah di bawah Jalu berpijak retak dan ambyar berhamburan, saat sebuah pedang merah menyala melesat keluar dari kedalaman bumi. Slaph! Taph! Jalu melesat cepat mengejar Pednag Bumi yang berdengung getarkan udara dan telinga itu. Dan dia pun langsung menggenggam gagang pedang bercahaya merah, yang berbentuk kepala seekor naga tersebut. "Hahh! Gempaa..!!" "Edaann..!" Seruan-seruan panik ketakutan para anggota sekte Awan Hitam menggeletar bersahutan di markas sekte Awan Hitam malam itu. Brukh! Brukh! ... Brughk!!" Puluhan anggota sekte yang mengepung arena pertarungan juga nampak berjatuhan, akibat guncangan dan ayunan keras bumi di bawah mereka. Dan semua anggota yang masih berada di dalam
Slaph!Kirana akhirnya melesat mengikuti sosok itu dari kejauhan, dia segera kerahkan segenap kecepatan ilmu meringankan tubuh 'Arung Badai'nya. Karena sosok di depannya juga melesat dengan kecepatan yang luar biasa. 'Gila! Ilmu meringankan tubuhnya berada di atasku!' seru terkejut batin Kirana. Dengan bersusah payah, akhirnya Kirana berhasil memperpendek jaraknya dengan sosok di depannya itu.Namun rupanya hal itu dikarenakan sosok di depannya itu memang mengurangi kecepatan lesatannya. Sosok itu pun akhirnya melesat turun ke sebuah rumah tua, yang nampaknya sudah lama tak di huni.Kirana langsung melesat ke sebuah pohon cukup besar yang terdapat di samping rumah itu.Krsskk!Suara gemerisik dedaunan yang bergesekan dengan sosok Kirana rupanya menarik perhatian sosok itu. Segera sosok itu menoleh ke arah pohon besar itu, dan mengamati pohon tersebut.Beruntung Kirana langsung bergerak cepat bersembunyi di balik batang pohon itu, sehingga tubuhnya tertutup oleh batang pohon besar it
"Salah! Rumah ini adalah rumahku, dan akulah pewaris dari rumah ini! Wajar jika aku menanyakan maksudmu masuk ke dalam rumah ini!" sentak marah wanita jelita itu, yang ternyata adalah Larasati adanya."Aahh! Maaf Kak, aku tidak tahu. Baiklah aku akan pergi dari sini," sahut Kirana terkejut. Dia tak menyangka bahwa wanita di hadapannya itu adalah pemilik rumah kosong itu."Sudahlah Laras, biarkan saja wanita ini pergi," ucap Panji seraya memegang lembut lengan Larasati, untuk meredakan emosi kekasihnya itu."Baiklah, silahkan kau pergi dari sini," ucap Larasati akhirnya, walau wajahnya nampak masih agak kesal."Heii! Tunggu dulu!" seru Larasati lagi dengan nada marah meninggi."Ada apa kak?!" seru Kirana, kini dia juga mulai merasa kesal pada wanita yang di panggil Laras oleh pemuda di sebelahnya itu."Kaukah yang membuat gundukkan tanah di bawah kaki makam kedua orangtuaku itu?!" seru Larasati dengan pandangan tajam ke arah Kirana.Kini kecurigaannya terhadap wanita tak di kenal itu m