Share

PENDEKAR PEWARIS SISTEM
PENDEKAR PEWARIS SISTEM
Author: Faisalicious

BAB 1

Author: Faisalicious
last update Last Updated: 2024-12-27 03:10:14

Bab 1: Kebangkitan di Lembah Babi

Gang sempit itu pengap, dipenuhi aroma keringat, asap rokok, dan lumpur basah. Lampu jalan redup berkedip lemas, menciptakan bayangan samar di malam yang pekat. Kenta terjatuh, tubuhnya penuh lebam dan luka. Napasnya tersengal-sengal, sementara dunia di sekelilingnya berputar seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

Beberapa pria berdiri mengepungnya, tatapan mereka tajam penuh kebencian, seperti pemburu yang menemukan mangsa tak berdaya. Tawa dingin mereka menggema di malam kelam, menusuk hati. Salah satu dari mereka maju, tendangannya menghantam kepala Kenta dengan brutal. Darah hangat mengalir dari bibirnya yang pecah.

“Uangnya mana? Beri sekarang, atau kau mati di sini!” suara pria itu pendek dan menusuk.

Kenta mencoba menegakkan kepala, tapi pandangannya kabur. Tubuhnya gemetar, seperti lentera kecil yang nyaris padam. "Maaf... aku tidak punya apa-apa lagi," suaranya serak, hampir tenggelam dalam tawa para pria itu. "Tolong... jangan bunuh aku."

Pukulan lain menghantam wajahnya, membuat dunia terasa semakin gelap. Tangannya meraba seolah mencoba menemukan sesuatu, mencari pegangan, tetapi salah seorang preman itu langsung menginjaknya dengan keras. Kesadaran Kenta mulai pudar, tubuhnya menggigil dalam diam yang menakutkan.

Dalam sisa-sisa kekuatannya, sebuah kalimat lirih meluncur dari bibirnya. “Aku lelah... Aku hanya ingin hidup seperti orang normal, sekali saja.”

Dalam sekejap, ingatan masa kecil Kenta saat kedua orang tuanya masih hidup melintas, tawa ibunya saat mengajarinya membuat layangan, tangan kecilnya yang dulu kuat mengangkat hasil tangkapan pertama dari sungai, dan suara ayahnya yang selalu berkata, “Kita tidak boleh menyerah, apapun yang terjadi.” Sekarang, ia hanya seorang pecundang yang terbaring di lumpur. Tapi... jika ada sedikit kesempatan untuk mengubah segalanya...

Lalu, itu terjadi. Di ambang kegelapan, suara mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya, dingin dan tanpa emosi.

“Sistem diaktifkan. Pilih sekarang: Mati sebagai pecundang atau hidup penuh bahaya sebagai Tuan Muda dari desa yang hancur. Perjuangan tanpa akhir menanti.”

Sebuah hitungan mundur mulai berputar dalam pikirannya: 5... 4... 3....

Di dasar keputusasaan, nyala kecil di dalam diri Kenta menyala kembali, keinginan untuk bertahan, untuk membuktikan bahwa dirinya bukan pecundang. Dengan suara lemah, ia berbisik, “Aku memilih hidup. Aku akan bertahan.”

“Pilihan dikonfirmasi. Sistem dimuat…” Suara mekanis itu hilang. Dunia terasa runtuh, lalu sunyi.

Beberapa saat kemudian kegelapan sebelumnya mulai pudar, rasa dingin yang tajam menyeruak menembus kulit, memaksa Kenta membuka matanya perlahan. Kenta duduk perlahan, punggungnya bersandar pada dinding. Pandangannya mulai menjelajahi ruangan sempit itu. Batu-batu besar yang menjadi dindingnya dihiasi ukiran aneh yang tampak kuno. Di tengah ruangan terdapat altar kecil, dikelilingi lilin yang hampir habis, mangkuk berisi abu, dan patung-patung usang yang menyeramkan.

Perasaan asing terus membuncah. Ia memukul pelipisnya dengan ringan, mencoba memastikan ia tidak bermimpi. “Ini... ini gila! Aku… Aku dimana!” Kenta meracau, suaranya penuh rasa tidak percaya.

Plak! Sebuah pukulan ringan menghantam belakang kepalanya. "Dasar bodoh! Apa otakmu terguncang setelah dihajar bandit?" Suara berat itu muncul bersamaan dengan pukulan di belakang kepalanya.

 “Aduh! Apa-apaan ini?!” protes Kenta, mengusap kepalanya yang terasa nyeri.

Kenta mendongak dengan kaget. Seorang pria tua berjubah kelabu berdiri di sana, wajahnya penuh kerutan namun matanya tajam seperti elang. Tanpa ragu, pria itu melangkah mendekat dan menjewer kuping Kenta.

“Bangun! Jangan berpura-pura bodoh!” hardiknya. “Kau pikir siapa dirimu? Kau adalah Tuan Muda dari Lembah Babi! Garis keturunan terakhir dari pemimpin desa ini.”

Kenta melongo, bingung mendengar kata-kata pria itu. "Apa... aku?"

"Jangan banyak protes! Desa ini hancur. Kau tidak punya waktu untuk bersantai!"

Saat kakek tua itu berbicara, sebuah papan informasi muncul di depan mata Kenta. Di layar itu, muncul tulisan :

“Memuat Data Target: Hakka. Status: Penasehat Bijaksana, Pemburu Kelas Langka, Pengguna Sihir Api.”

Kenta bangun dengan langkah yang sedikit berat, mengikuti Hakka yang berjalan menuju latar depan dari aula keluarga. Keduanya berdiri di sebuah pelataran kecil yang cukup strategis karena aula keluarga yang lokasinya berada di ketinggian 50 kaki diatas lembah. Darisitu jalan desa dan puluhan rumah warga dapat terlihat dalam sekali sapuan mata.

Hakka mendengus, memandangi lembah dengan tatapan berat. “Aku tidak tahu apakah kepalamu yang keras itu akan berguna sekarang, tapi dengarkan ini baik-baik. Desa ini... sudah di ambang kehancuran.”

Kenta mendengarkan dengan bingung, mencoba memproses apa yang dikatakan pria tua itu. "Apa maksudmu? Seberapa buruk kondisinya?" tanyanya perlahan.

“Seberapa buruk?” Hakka mendongak ke arah Kenta, wajahnya penuh keletihan. “Lihat sendiri, anak muda. Sungai itu... dulunya menghidupi desa ini. Sawah-sawah seharusnya hijau dan penuh hasil panen. Tapi sekarang? Semua mati. Tidak ada yang tersisa.”

Kenta memandang lembah yang gelap di bawah mereka. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya bayangan sunyi dan beberapa rumah yang hampir runtuh. “Kenapa sampai seperti ini?” bisiknya.

Hakka menghela napas panjang, suaranya bergetar dengan kemarahan yang ditahan. “Gagal panen. Tahun demi tahun. Sekarang kelaparan menjadi musuh terbesar kami. Dan ketika orang-orang kelaparan, mereka menjadi seperti binatang.” Ia menatap Kenta tajam. “Anak-anak dijual untuk sepotong roti. Perempuan-perempuan dipaksa menjadi budak demi biji-bijian. Kau pikir itu tidak buruk?”

Kenta bergidik, tidak mampu berkata apa-apa. Ia merasa seperti seorang penonton yang dipaksa menyaksikan tragedi yang terlalu besar untuk dipahami. Jelas, pria tua ini tidak tahu bahwa Kenta yang asli sudah tiada, digantikan oleh jiwa asing dengan tubuh yang sama. Namun, meskipun keras, ada ketulusan dalam mata Hakka yang membuat Kenta merasa dihargai walau ia tahu itu ditujukan kepada pemilik tubuh sebelumnya.

“Jika kau ingin hidup bebas, lupakan saja. Mulai sekarang, aku akan memastikan kau menjadi pemimpin sejati!”

Namun, sebelum Kenta bisa bertanya lebih lanjut, sesuatu yang aneh terjadi. Suara mekanis terdengar di dalam pikirannya, dingin dan asing.

"Sistem dimulai…"

Kenta tersentak. Apa itu?! Ia melirik ke sekitar, berharap menemukan asal suara, namun ruangan itu kosong kecuali dirinya dan Hakka.

"Hadiah kebangkitan telah diberikan kepada pemain. Skill Random Copier : Mulai mengacak kemampuan target."

Mata Kenta membelalak. Apa ini? Sebuah permainan? Ia mencoba memproses apa yang terjadi, namun sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, layar holografik muncul di pikirannya. Sebuah papan berputar dengan kecepatan tinggi, memancarkan cahaya-cahaya cerah. Papan itu melambat, membuat jantung Kenta berdebar kencang. Akhirnya, jarum berhenti pada tulisan bercahaya emas:

"Kloning skill berhasil : Anda telah membuka Skill Mantra Api: Kelas Langka."

 “Kenapa kau bengong?” bentak Hakka. “Hanya melihat wajah tuaku ini sudah cukup membuatmu terpana?”

“Tidak, tidak! Aku hanya... mencoba memahami sesuatu,” elak Kenta, gugup. Dalam pikirannya, ia mendengar suara dingin sistem:

Kenta membeku. Sihir? Apa ini nyata? Tubuhnya merasakan aliran energi hangat, seolah kekuatan yang baru ditemukan itu mulai mengalir melalui nadinya. Ia mengalihkan pandangannya ke Hakka, satu-satunya orang di ruangan itu.

Kenta mengerutkan dahi, tatapannya penuh kebingungan. “Jadi… aku bisa menyalin kekuatan orang lain?” bisiknya pelan, hampir tak percaya. Ia memandang tangannya, seolah mencari tanda-tanda dari kekuatan baru itu.

Sebuah pikiran terlintas di benaknya, membuat napasnya tertahan. “Tapi… bagaimana kalau kekuatannya tidak berguna? Atau malah merugikan?” Ia teringat pada layar berputar tadi, betapa acaknya sistem itu. “Ini seperti undian... Aku tidak bisa selalu berharap dapat sesuatu yang bagus.”

Kenta menggeleng, mencoba menenangkan pikirannya. “Kalau begitu, aku harus berhati-hati. Jangan sampai salah memilih target. Kalau tidak…” Ia menelan ludah, merasa sedikit gugup. “Salah langkah sedikit saja, mungkin aku akan menyesal seumur hidup.”

Ia mengepalkan tangannya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Tapi kalau aku bisa memilih dengan cerdas, ini... ini bisa menjadi keunggulanku. Aku harus memanfaatkannya.”

 “Kek,” panggil Kenta ragu. “Kau bisa menggunakan sihir?”

Hakka terlihat terkejut, namun senyumnya tak memudar. "Sedikit, aku bisa mempraktikkan beberapa mantra api. Aku ingat pernah mengajarimu, tapi kau kabur kehutan untuk mencari biji eg dan mencuri madu di sarang lebah!”

Kenta terdiam sejenak, memandangi tangan kosongnya yang gemetar menyadari dia memiliki kemampuan sihir api yang ia dapat dari Hakka. Pikirannya berkecamuk, apa yang bisa ia lakukan di dunia asing ini? Seolah ada lubang menganga di dadanya, membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.

Hakka, melirik sekilas ke arah Kenta. “Kau kenapa? Bengong seperti ikan mati. Kau bahkan lebih lemah dari anak-anak di sini,” gerutunya.

Kenta menggertakkan gigi. “Aku... Aku ingin belajar bertarung.”

Hakka menatapnya dengan alis terangkat. “Oh? Tiba-tiba saja ingin menjadi pahlawan, ya?”

“Bukan itu!” Kenta menggeleng cepat, lalu menatap mata Hakka dengan kesungguhan. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di sini. Tapi kalau aku tidak punya kekuatan, aku tidak akan bertahan. Ajari aku. Apa saja.”

Pria tua itu terdiam, menatap Kenta lekat-lekat, seolah menimbang permintaannya. Akhirnya, ia mendengus pelan. “Hm, setidaknya kau sadar dirimu lemah. Itu awal yang bagus.”

“Jadi, kau mau mengajariku?” tanya Kenta, penuh harap.

Hakka tersenyum tipis, sebuah senyum yang tak sepenuhnya ramah. “Tentu saja. Tapi jangan harap aku akan mudah padamu. Ayahmu dulu juga keras kepala, dan aku yang membentuknya. Sekarang giliranmu.”

Sebelum Kenta sempat merespons, suara dingin tiba-tiba bergema di dalam pikirannya:

“Player terverifikasi. Memicu misi pertama: Perburuan babi hutan. Kelas Normal.”

Kenta tersentak, melihat sekeliling, tetapi tak ada siapa pun selain dirinya dan Hakka. Ia menelan ludah. "Perburuan... babi hutan?" gumamnya nyaris tak terdengar.

Hakka, yang tampaknya tidak menyadari apapun, menepuk bahu Kenta dengan kasar. “Bagus. Besok kita mulai. Dan sebagai ujian pertamamu, kau akan ikut berburu. Jangan berharap ini akan mudah.”

Kenta menatap pria tua itu, lalu mengangguk pelan. “Aku akan lakukan yang terbaik.”

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 2

    Bab 2 : Berburu Babi HutanMatahari pagi baru saja muncul di langit timur ketika Kenta terbangun oleh suara keras yang memekakkan telinga.“Bangun, bocah! Kalau kau terus tidur seperti ini, kita takkan pernah memulai!” seru Hakka sambil mengetuk pintu kamar Kenta dengan tongkat kayunya.Kenta membuka matanya dengan berat, kepalanya masih terasa pening. Malam sebelumnya terasa seperti mimpi buruk, terutama interaksinya dengan Hakka. Namun, suara kasar pria tua itu adalah bukti nyata bahwa dia tak bermimpi."Baik, baik! Aku bangun!" balas Kenta, mencoba bangkit dari tempat tidur dengan malas.Namun, Hakka sudah membuka pintu tanpa menunggu izin. “Lihat dirimu, seperti pangeran manja yang tersesat di pondok petani! Cepat siap-siap. Kita akan pergi ke hutan sebelum matahari terlalu tinggi,” perintahnya sambil melipat tangan, ekspresinya penuh ketidaksabaran.Kenta mendesah panjang, menyadari bahwa tidak ada gunanya membantah. “Kenapa kau begitu bersemangat membawaku ke hutan?” gumamnya, l

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 3

    Bab 3 : Sistem yang TerbangunKenta mengatur napasnya dalam-dalam, mencoba mengatasi kelelahan yang masih terasa setelah pertarungan sengit melawan babi hutan. Tubuhnya yang lelah bersandar pada salah satu pilar aula keluarga, sementara pandangannya sesekali melirik ke arah Hakka yang sedang memeriksa tumpukan daging babi hasil buruan mereka."Atur napasmu, dan coba evaluasi apa yang kau pelajari di hutan tadi," kata Hakka tanpa menoleh. Nada suaranya tegas namun tidak setajam biasanya. "Aku akan ke dapur untuk menyerahkan daging ini kepada tukang masak. Kalau kita beruntung, malam ini kita makan sup daging babi." Ia mengangkat bungkusan daging dan melangkah pergi tanpa menunggu jawaban Kenta.Kenta hanya mengangguk pelan. Setelah Hakka keluar dari aula, ia duduk bersila, mencoba menenangkan pikirannya. Di saat itulah, sesuatu yang penting terlintas di benaknya.“Bukankah aku mendapatkan hadiah dari misi sebelumnya?” gumamnya. Ia memejamkan mata, mencoba memusatkan perhatian.Tiba-tib

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 4

    BAB 4 : SayembaraKenta mengangguk dengan penuh keyakinan, meskipun hatinya berdegup keras. Dia menatap peta di tangannya dengan serius, seolah-olah peta itu adalah kunci terakhir untuk menyelamatkan desa. “Kita adakan sayembara,” katanya, suaranya tegas. “Kita kumpulkan orang-orang yang memiliki kemampuan dari desa ini.”Hakka, yang berdiri di sisinya, memandangnya dengan tatapan tajam sebelum tersenyum tipis. “Rencanamu lumayan juga bocah, tapi biar bagaimanapun dirimu harus waspada, Bocah. Desa ini sedang di ambang kehancuran. Orang-orangnya tidak mudah percaya. Luka mereka dalam, seperti jurang yang sulit dijembatani.”Tanpa membuang waktu, keduanya berjalan menuju pusat desa, di mana sebuah batu besar yang biasa digunakan untuk pengumuman penting berdiri megah di tengah alun-alun. Setiap langkah terasa berat bagi Kenta, karena dia tahu tanggung jawab yang menanti. Ketika mereka tiba, sebuah kerumunan kecil telah berkumpul. Wajah-wajah kusam itu mencerminkan kelelahan, kemarahan y

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 5

    BAB 5. Penaklukan Goa HitamMalam itu, udara malam itu terasa begitu pekat. Kelompok kecil yang dipimpin oleh Kenta telah berkumpul dalam radius 50 meter dari dekat mulut Gua Hitam, bersembunyi di balik formasi batu besar yang setengah terkikis waktu. Dari tempat mereka, cahaya bulan yang suram hanya cukup untuk menyoroti siluet besar goblin raksasa yang mondar-mandir di depan pintu masuk goa. Di belakang goblin, goa itu tampak seperti rahang raksasa, gelap, dan penuh rahasia mengerikan.Kenta melirik peta tambang yang dipenuhi tanda posisi peledak, jalur mundur, dan rencana cadangan. Sekitar mereka, bebatuan dan pecahan pohon berserakan, seolah menjadi bukti pertempuran yang pernah terjadi di sini. “Kita tidak bisa membiarkan goblin itu keluar. Kalau dia menyerang desa, kita semua selesai,” katanya pelan namun tegas.Di depan mereka, goblin raksasa itu berdiri, tubuhnya setinggi tiga meter dengan kulit bersisik seperti batu bara. Matanya kuning menyala, bergerak liar, mencari sesuatu

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 6

    Bab 6: Apakah ini hadiah dari surga?Malam di desa Lembah Babi terasa berbeda. Cahaya api unggun yang biasanya redup kini memancarkan semangat baru di antara penduduk. Kemenangan melawan goblin raksasa di Goa Hitam telah memberikan harapan baru. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Kenta memandangi layar sistem yang berpendar di depannya dengan ekspresi serius."Bug?" pikirnya, membaca notifikasi terakhir. "Apa maksudnya hadiah dihitung ulang?"Tiba-tiba, layar holografik di depannya menampilkan daftar hadiah yang baru saja diperbarui:- Cetak biru rancangan bangunan pertahanan desa kelas 1: menara kayu pemantau, arena latihan, balai perkumpulan, bengkel besi, dan gudang alat tempur.- 50 kotak bubuk mesiu.- 10 kotak biji-bijian.- Puluhan armor dan pedang rusak.- Undian karakter kelas spesial."Undian?" Mata Kenta melebar. "Apa lagi ini?"Sebuah roda berwarna cerah muncul di layar, berputar dengan cepat. Jarum perlahan melambat, melewati berbagai nama hingga akhirnya berhenti pada satu

    Last Updated : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 7

    BAB 7 : Jenderal Batu yang angkuh.Saat sebagian besar warga masih sibuk menyortir temuan dari Goa Hitam, sebuah teriakan tiba-tiba memecah keheningan."Tuan muda! Ada seseorang yang mengacau di gerbang desa!" seorang pria berlari tergesa-gesa menuju Kenta yang baru saja keluar dari gua bersama kelompoknya.Kenta menegakkan tubuhnya, wajahnya sedikit menyeringai, seolah menduga apa yang sedang terjadi. "Apakah hadiah karakter spesialku telah tiba?" gumamnya, nyaris terdengar seperti bisikan penuh antusiasme.Namun, sebelum ia sempat melangkah, Kakek Ha mengetuk kepala Kenta dengan tongkat kayunya. "Hentikan khayalanmu, bocah! Pergi dan lihat apa yang terjadi!" hardiknya dengan nada tajam."Hehe... Baik, Kek," jawab Kenta sambil terkekeh kecil.Saat Kenta tiba di gerbang utama desa, pemandangan di depannya cukup mengejutkan. Seorang pria bertubuh besar dengan otot yang menonjol di bawah baju kulitnya berdiri dengan kaki terpentang lebar, seperti gunung yang tak tergoyahkan. Wajahnya pen

    Last Updated : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 8

    BAB 8 : Rencana PerangLedakan energi dari sihir api Kenta mengguncang udara. Meski tampak yakin, dalam hatinya Kenta menahan napas, mengawasi apa yang akan terjadi pada Rengga. Ketika ledakan itu mereda, debu mengepul, dan semua orang menahan napas, Rengga berdiri di tempatnya. Tubuhnya kokoh, namun luka bakar menggores lengannya. Ia menatap Kenta dengan tatapan yang bercampur antara kekesalan dan penghormatan.“Kau bocah…,” Rengga akhirnya berkata dengan suara berat. “Aku tidak pernah menyangka seseorang sepertimu bisa melukaiku.” Ia melirik luka di lengannya, lalu tertawa kecil. “Kau menang. Aku tunduk.”Para warga terpana, beberapa bahkan membelalak tak percaya. Bisikan pelan menyelimuti kerumunan, mencerminkan perasaan campur aduk antara rasa kagum dan kekhawatiran. "Dia benar-benar membuat Jenderal Batu tunduk..." bisik seorang wanita tua. Anak-anak kecil yang mengintip dari balik kaki ibu mereka mulai berlari mendekat, melihat Kenta dengan mata penuh rasa bangga, sementara beber

    Last Updated : 2025-01-12
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 9

    BAB 9 : Hari Datangnya Perang [Peringatan!]Organisasi Bandit Pembunuh dalam perjalanan ke Desa Lembah Babi. Perkiraan waktu kedatangan: 1-2 jam.Kenta menatap layar itu dengan serius. Namun, perhatian utamanya tertuju pada notifikasi tambahan yang muncul di bawahnya:[Analisis Perang]Kekuatan Bandit: 74% (Dominan) Kekuatan Desa Lembah Babi: 26% (Lemah) Kemungkinan Kemenangan: 38%.“38 persen,” gumam Kenta sambil menghela napas panjang. “Tapi ini bukan nol.”Dengan tekad yang diperbarui, Kenta menutup layar holografiknya. “Jika aku tidak bisa menaikkan angka itu dengan kekuatan, aku akan melakukannya dengan akal.”Desa Lembah Babi tenggelam dalam bayang-bayang kecemasan. Cahaya redup dari lentera bergetar di antara deretan rumah kayu, seperti jantung warga yang berdetak gelisah. Suara langkah kaki tergesa-gesa bergema, bercampur dengan dentang alat dan bisikan doa yang lirih. Di aula desa, suasana seperti bara api yang siap menyala, menunggu kabar terakhir tentang musuh yang mendekat,

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 77

    BAB 77 – AWAL TURNAMEN SERIBU BESARSuara gong besar menggema di seluruh arena utama. Ribuan peserta yang berkumpul di alun-alun pusat segera mengalihkan perhatian mereka ke podium, tempat Kakek Hakka dan para tetua Sekte Lembah Babi berdiri. Di samping mereka, kelima Jenderal Paviliun berjajar, masing-masing dengan ekspresi tenang, menatap para pendekar muda yang akan bertarung di turnamen ini.Suasana semakin memanas. Turnamen Seribu Besar bukanlah kompetisi biasa, ini adalah ajang bagi para pendekar muda dari seluruh benua untuk membuktikan diri. Sekte-sekte besar, klan-klan terhormat, bahkan pendekar independen turut hadir demi satu tujuan: kejayaan dan hadiah yang luar biasa.Di antara peserta, beberapa sosok mencuri perhatian. Mereka adalah nama-nama yang sudah dikenal sebagai jenius muda, orang-orang yang diprediksi akan masuk 10 besar turnamen ini.Di sudut arena, sekelompok pemuda dari berbagai sekte tengah berdiskusi dengan suara rendah.“Dengar-dengar, ‘Si Tangan Setan’ jug

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 76

    BAB 76 – PERKENALAN PARA JENDERALLangit siang membentang luas di atas arena utama Turnamen Seribu Besar, namun suasana di tanah jauh dari ketenangan. Puluhan ribu pasang mata dari berbagai sekte dan klan menatap lurus ke panggung utama, tempat para Jenderal Paviliun Sekte Lembah Babi berdiri dengan gagah.Para murid baru, pendekar independen, dan tetua-tetua dari berbagai belahan dunia menunggu dengan penuh antisipasi. Hari ini, sebelum turnamen benar-benar dimulai, para jenderal yang baru terpilih akan memperkenalkan diri dan menunjukkan teknik khas masing-masing paviliun.Di podium tertinggi, Kakek Hakka berdiri dengan tangan di belakang, matanya menyapu kerumunan di bawahnya. Dengan suara yang menggema, ia berbicara:“Hari ini, sebelum kita menyaksikan para jenius muda bertarung di turnamen ini, aku ingin memperkenalkan para pemimpin baru dari Sekte Lembah Babi.”Kerumunan mulai berbisik, beberapa tampak tidak sabar untuk melihat langsung kemampuan para jenderal yang akan memimpin

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 75

    BAB 75 – AWAL TURNAMEN SERIBU BESARPagi itu, langit cerah membentang luas di atas Sekte Lembah Babi, tetapi suasana di tanah terasa begitu padat dan bergemuruh. Di depan gerbang utama, ribuan orang dari berbagai sekte, klan, dan kelompok independen memadati pelataran, menunggu giliran untuk masuk ke area pendaftaran. Para peserta, tetua sekte, dan penonton dari seluruh penjuru benua berkumpul di tempat ini, semua dengan tujuan yang sama, menyaksikan dan berpartisipasi dalam Turnamen Seribu Besar, ajang yang akan menentukan generasi pendekar paling berbakat dalam beberapa dekade ke depan.Namun, di balik kemeriahan ini, ada satu hal yang menarik perhatian banyak orang: hadiah utama turnamen ini yang ditawarkan oleh Sekte Lembah Babi.- Satu tempat di antara lima paviliun utama sekte untuk pemenang pertama.- Teknik kultivasi tingkat tinggi dari arsip rahasia sekte bagi mereka yang masuk sepuluh besar.- Sumber daya langka, termasuk pil kultivasi dan senjata pusaka, bagi mereka yang ma

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 74

    BAB 74 – MENGUJI BATASLangit pagi di Sekte Lembah Babi masih diselimuti kabut tipis saat para Jenderal Paviliun yang baru terpilih mulai menjalani latihan intensif. Mereka hanya memiliki satu minggu untuk menguasai teknik kultivasi khas masing-masing paviliun sebelum demonstrasi besar di Turnamen Seribu Besar, ajang bergengsi yang akan menentukan murid-murid baru berbakat dari seluruh benua.Tidak ada waktu untuk bersantai. Ini bukan sekadar latihan biasa—ini adalah ujian untuk membuktikan bahwa mereka memang layak memimpin.Di aula utama sekte, para Jenderal Paviliun berdiri berbaris di hadapan Dewan Tetua. Mereka mendengarkan dengan saksama instruksi terakhir sebelum memulai latihan mereka."Dalam waktu seminggu, kalian harus bisa memahami dan menguasai teknik yang diberikan kepada kalian," ujar Kakek Hakka, sorot matanya penuh ketegasan. "Bukan hanya menggunakannya, tetapi mengajarkannya. Ingat, kalian adalah pemimpin, bukan sekadar petarung."Nenek Cio menambahkan dengan suara le

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 73

    BAB 73. Para Jenderal 5 PaviliunLangit mulai berubah jingga saat turnamen besar Sekte Lembah Babi akhirnya mencapai akhir. Debu yang beterbangan perlahan mereda, dan para murid yang menyaksikan pertarungan dari tribun masih dipenuhi semangat. Dari sekian banyak peserta, lima petarung terbaik telah muncul sebagai pemenang, siap menerima gelar Jenderal Paviliun dan memimpin generasi berikutnya.Kelima jenderal yang berhasil lolos ke puncak turnamen adalah:- Haru ; petarung cepat dan strategis yang menekankan akurasi serta kelicikan dalam bertarung.- Mei ; ahli dalam seni bertarung dengan berbagai jenis senjata, tangguh dan cerdas dalam membaca lawan.- Daichi ; pendekar kuat dengan serangan eksplosif, mengandalkan kekuatan fisik yang dominan.- Souta ; pengamat pertempuran yang mampu memanfaatkan celah sekecil apa pun untuk membalikkan keadaan.- Renji ; seorang petarung serba bisa dengan kemampuan adaptasi tinggi, menjadikannya lawan yang sulit diprediksi.Sementara itu, mereka akan

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 72

    BAB 72. Otot vs KelincahanLangit siang itu cerah tanpa awan, tetapi atmosfer di sekitar arena terasa tegang. Ribuan pasang mata menatap dua sosok yang berdiri di tengah panggung batu yang telah dipenuhi retakan-retakan lama. Bagi para murid Sekte Lembah Babi, pertarungan ini bukan sekadar duel biasa. Ini adalah awal dari seleksi lima jenderal paviliun, sebuah posisi yang hanya bisa diisi oleh mereka yang benar-benar pantas.Di tengah arena, Goro dan Haru berdiri berhadapan. Goro, seorang pria bertubuh raksasa dengan otot yang menggembung seperti batu pahat, menatap lawannya dengan percaya diri. Bekas luka panjang yang melintang di lengan kanannya menjadi bukti dari pertarungan-pertarungan brutal yang telah ia lalui. Di sisi lain, Haru terlihat lebih tenang. Tubuhnya lebih ramping dan lentur, sorot matanya tajam dan penuh perhitungan. Tidak ada ketegangan yang terlihat di tubuhnya, tidak ada ekspresi gentar. Yang ada hanyalah ketenangan yang seakan menunggu celah untuk menyerang. Di a

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 71

    Bab 71 – Arena Sayembara dan Penyebaran Nama SekteMatahari mulai meninggi, menyinari arena utama Sekte Lembah Babi yang kini dipenuhi ribuan pasang mata penuh antusiasme. Gema sorakan dan teriakan para murid serta penduduk bergemuruh, menanti pertarungan yang akan menentukan lima jenderal besar.Di tengah-tengah tribun, para tetua sekte duduk di tempat kehormatan, mengawasi arena dengan mata tajam. Mereka tahu, hari ini bukan sekadar pertandingan, hari ini akan menentukan arah masa depan sekte mereka.Kenta berdiri di atas panggung, memandang lautan manusia di hadapannya. Ia menarik napas panjang, lalu mengangkat tangannya."Diam!"Suara itu menggelegar, seketika meredam riuh rendah sorakan. Seluruh mata kini tertuju kepadanya. Kenta melanjutkan, "Sekte Lembah Babi bukan lagi sekadar desa kecil di ujung dunia. Kita telah berkembang menjadi kekuatan baru, dan hari ini akan menjadi bukti bahwa kita layak dihormati!"Sorakan membahana."Para pendekar terbaik sekte akan bertarung untuk

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 70

    BAB 70. Kelahiran Sekte Lembah BabiFajar menyingsing di cakrawala, menyelimuti tanah luas yang kini mulai diubah menjadi arena besar. Desa yang dulu terpencil ini telah berkembang begitu pesat hingga tak lagi pantas disebut desa.Hari ini, sejarah akan berubah. Kenta berdiri di atas bukit kecil, menatap hamparan lahan luas yang tengah dipersiapkan. Dulu, tempat ini hanya dataran kosong, tetapi dalam beberapa bulan terakhir, pembangunan besar-besaran telah dilakukan. Arena utama, tribun penonton, serta lima paviliun megah kini berdiri di berbagai penjuru wilayah. Di belakangnya, kelima tetua sekte berdiri dalam satu barisan.- Kakek Hakka, pria tua dengan janggut putih panjang, akan membimbing Paviliun Naga Langit, paviliun strategi dan kepemimpinan.- Nenek Cio, sosok bijak yang selama ini menangani masalah kesehatan dan peradaban, akan menaungi Paviliun Phoenix Merah, yang berfokus pada penyembuhan dan alkimia.- Rengga, sang petarung tak terkalahkan yang selalu berada di garis depa

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 69

    Bab 69 – Kepulangan dan Awal BaruKenta berdiri di puncak bukit kecil, memandang desa di kejauhan yang kini mulai terlihat di balik pepohonan. Cahaya obor dan lentera menerangi jalan-jalan utama, memberi kesan hangat di tengah dinginnya angin malam. Setelah perjalanan panjang dan pertarungan yang menguras tenaga, akhirnya mereka kembali.Di belakangnya, Asami berjalan dengan langkah ringan, sesekali melirik Kenta yang tampak diam sejak tadi. Sementara itu, Renji dan Hideo mengikuti dari belakang dengan ekspresi bercampur aduk, lega karena selamat, tetapi canggung karena mereka tak tahu bagaimana mereka akan diterima di desa ini.Ketika mereka semakin dekat dengan gerbang desa, beberapa penjaga yang berjaga di pos depan segera menyadari kedatangan mereka. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan bekas luka di pipi, melangkah maju dengan sorot mata terkejut."Kenta?!" serunya.Sorak-sorai kecil mulai terdengar dari para penjaga lainnya. Salah satu dari mereka segera be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status