Share

PENDEKAR PEWARIS SISTEM
PENDEKAR PEWARIS SISTEM
Author: Faisalicious

BAB 1

Author: Faisalicious
last update Last Updated: 2024-12-27 03:10:14

Bab 1: Kebangkitan di Lembah Babi

Gang sempit itu pengap, dipenuhi aroma keringat, asap rokok, dan lumpur basah. Lampu jalan redup berkedip lemas, menciptakan bayangan samar di malam yang pekat. Kenta terjatuh, tubuhnya penuh lebam dan luka. Napasnya tersengal-sengal, sementara dunia di sekelilingnya berputar seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.

Beberapa pria berdiri mengepungnya, tatapan mereka tajam penuh kebencian, seperti pemburu yang menemukan mangsa tak berdaya. Tawa dingin mereka menggema di malam kelam, menusuk hati. Salah satu dari mereka maju, tendangannya menghantam kepala Kenta dengan brutal. Darah hangat mengalir dari bibirnya yang pecah.

“Uangnya mana? Beri sekarang, atau kau mati di sini!” suara pria itu pendek dan menusuk.

Kenta mencoba menegakkan kepala, tapi pandangannya kabur. Tubuhnya gemetar, seperti lentera kecil yang nyaris padam. "Maaf... aku tidak punya apa-apa lagi," suaranya serak, hampir tenggelam dalam tawa para pria itu. "Tolong... jangan bunuh aku."

Pukulan lain menghantam wajahnya, membuat dunia terasa semakin gelap. Tangannya meraba seolah mencoba menemukan sesuatu, mencari pegangan, tetapi salah seorang preman itu langsung menginjaknya dengan keras. Kesadaran Kenta mulai pudar, tubuhnya menggigil dalam diam yang menakutkan.

Dalam sisa-sisa kekuatannya, sebuah kalimat lirih meluncur dari bibirnya. “Aku lelah... Aku hanya ingin hidup seperti orang normal, sekali saja.”

Dalam sekejap, ingatan masa kecil Kenta saat kedua orang tuanya masih hidup melintas, tawa ibunya saat mengajarinya membuat layangan, tangan kecilnya yang dulu kuat mengangkat hasil tangkapan pertama dari sungai, dan suara ayahnya yang selalu berkata, “Kita tidak boleh menyerah, apapun yang terjadi.” Sekarang, ia hanya seorang pecundang yang terbaring di lumpur. Tapi... jika ada sedikit kesempatan untuk mengubah segalanya...

Lalu, itu terjadi. Di ambang kegelapan, suara mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya, dingin dan tanpa emosi.

“Sistem diaktifkan. Pilih sekarang: Mati sebagai pecundang atau hidup penuh bahaya sebagai Tuan Muda dari desa yang hancur. Perjuangan tanpa akhir menanti.”

Sebuah hitungan mundur mulai berputar dalam pikirannya: 5... 4... 3....

Di dasar keputusasaan, nyala kecil di dalam diri Kenta menyala kembali, keinginan untuk bertahan, untuk membuktikan bahwa dirinya bukan pecundang. Dengan suara lemah, ia berbisik, “Aku memilih hidup. Aku akan bertahan.”

“Pilihan dikonfirmasi. Sistem dimuat…” Suara mekanis itu hilang. Dunia terasa runtuh, lalu sunyi.

Beberapa saat kemudian kegelapan sebelumnya mulai pudar, rasa dingin yang tajam menyeruak menembus kulit, memaksa Kenta membuka matanya perlahan. Kenta duduk perlahan, punggungnya bersandar pada dinding. Pandangannya mulai menjelajahi ruangan sempit itu. Batu-batu besar yang menjadi dindingnya dihiasi ukiran aneh yang tampak kuno. Di tengah ruangan terdapat altar kecil, dikelilingi lilin yang hampir habis, mangkuk berisi abu, dan patung-patung usang yang menyeramkan.

Perasaan asing terus membuncah. Ia memukul pelipisnya dengan ringan, mencoba memastikan ia tidak bermimpi. “Ini... ini gila! Aku… Aku dimana!” Kenta meracau, suaranya penuh rasa tidak percaya.

Plak! Sebuah pukulan ringan menghantam belakang kepalanya. "Dasar bodoh! Apa otakmu terguncang setelah dihajar bandit?" Suara berat itu muncul bersamaan dengan pukulan di belakang kepalanya.

 “Aduh! Apa-apaan ini?!” protes Kenta, mengusap kepalanya yang terasa nyeri.

Kenta mendongak dengan kaget. Seorang pria tua berjubah kelabu berdiri di sana, wajahnya penuh kerutan namun matanya tajam seperti elang. Tanpa ragu, pria itu melangkah mendekat dan menjewer kuping Kenta.

“Bangun! Jangan berpura-pura bodoh!” hardiknya. “Kau pikir siapa dirimu? Kau adalah Tuan Muda dari Lembah Babi! Garis keturunan terakhir dari pemimpin desa ini.”

Kenta melongo, bingung mendengar kata-kata pria itu. "Apa... aku?"

"Jangan banyak protes! Desa ini hancur. Kau tidak punya waktu untuk bersantai!"

Saat kakek tua itu berbicara, sebuah papan informasi muncul di depan mata Kenta. Di layar itu, muncul tulisan :

“Memuat Data Target: Hakka. Status: Penasehat Bijaksana, Pemburu Kelas Langka, Pengguna Sihir Api.”

Kenta bangun dengan langkah yang sedikit berat, mengikuti Hakka yang berjalan menuju latar depan dari aula keluarga. Keduanya berdiri di sebuah pelataran kecil yang cukup strategis karena aula keluarga yang lokasinya berada di ketinggian 50 kaki diatas lembah. Darisitu jalan desa dan puluhan rumah warga dapat terlihat dalam sekali sapuan mata.

Hakka mendengus, memandangi lembah dengan tatapan berat. “Aku tidak tahu apakah kepalamu yang keras itu akan berguna sekarang, tapi dengarkan ini baik-baik. Desa ini... sudah di ambang kehancuran.”

Kenta mendengarkan dengan bingung, mencoba memproses apa yang dikatakan pria tua itu. "Apa maksudmu? Seberapa buruk kondisinya?" tanyanya perlahan.

“Seberapa buruk?” Hakka mendongak ke arah Kenta, wajahnya penuh keletihan. “Lihat sendiri, anak muda. Sungai itu... dulunya menghidupi desa ini. Sawah-sawah seharusnya hijau dan penuh hasil panen. Tapi sekarang? Semua mati. Tidak ada yang tersisa.”

Kenta memandang lembah yang gelap di bawah mereka. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya bayangan sunyi dan beberapa rumah yang hampir runtuh. “Kenapa sampai seperti ini?” bisiknya.

Hakka menghela napas panjang, suaranya bergetar dengan kemarahan yang ditahan. “Gagal panen. Tahun demi tahun. Sekarang kelaparan menjadi musuh terbesar kami. Dan ketika orang-orang kelaparan, mereka menjadi seperti binatang.” Ia menatap Kenta tajam. “Anak-anak dijual untuk sepotong roti. Perempuan-perempuan dipaksa menjadi budak demi biji-bijian. Kau pikir itu tidak buruk?”

Kenta bergidik, tidak mampu berkata apa-apa. Ia merasa seperti seorang penonton yang dipaksa menyaksikan tragedi yang terlalu besar untuk dipahami. Jelas, pria tua ini tidak tahu bahwa Kenta yang asli sudah tiada, digantikan oleh jiwa asing dengan tubuh yang sama. Namun, meskipun keras, ada ketulusan dalam mata Hakka yang membuat Kenta merasa dihargai walau ia tahu itu ditujukan kepada pemilik tubuh sebelumnya.

“Jika kau ingin hidup bebas, lupakan saja. Mulai sekarang, aku akan memastikan kau menjadi pemimpin sejati!”

Namun, sebelum Kenta bisa bertanya lebih lanjut, sesuatu yang aneh terjadi. Suara mekanis terdengar di dalam pikirannya, dingin dan asing.

"Sistem dimulai…"

Kenta tersentak. Apa itu?! Ia melirik ke sekitar, berharap menemukan asal suara, namun ruangan itu kosong kecuali dirinya dan Hakka.

"Hadiah kebangkitan telah diberikan kepada pemain. Skill Random Copier : Mulai mengacak kemampuan target."

Mata Kenta membelalak. Apa ini? Sebuah permainan? Ia mencoba memproses apa yang terjadi, namun sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, layar holografik muncul di pikirannya. Sebuah papan berputar dengan kecepatan tinggi, memancarkan cahaya-cahaya cerah. Papan itu melambat, membuat jantung Kenta berdebar kencang. Akhirnya, jarum berhenti pada tulisan bercahaya emas:

"Kloning skill berhasil : Anda telah membuka Skill Mantra Api: Kelas Langka."

 “Kenapa kau bengong?” bentak Hakka. “Hanya melihat wajah tuaku ini sudah cukup membuatmu terpana?”

“Tidak, tidak! Aku hanya... mencoba memahami sesuatu,” elak Kenta, gugup. Dalam pikirannya, ia mendengar suara dingin sistem:

Kenta membeku. Sihir? Apa ini nyata? Tubuhnya merasakan aliran energi hangat, seolah kekuatan yang baru ditemukan itu mulai mengalir melalui nadinya. Ia mengalihkan pandangannya ke Hakka, satu-satunya orang di ruangan itu.

Kenta mengerutkan dahi, tatapannya penuh kebingungan. “Jadi… aku bisa menyalin kekuatan orang lain?” bisiknya pelan, hampir tak percaya. Ia memandang tangannya, seolah mencari tanda-tanda dari kekuatan baru itu.

Sebuah pikiran terlintas di benaknya, membuat napasnya tertahan. “Tapi… bagaimana kalau kekuatannya tidak berguna? Atau malah merugikan?” Ia teringat pada layar berputar tadi, betapa acaknya sistem itu. “Ini seperti undian... Aku tidak bisa selalu berharap dapat sesuatu yang bagus.”

Kenta menggeleng, mencoba menenangkan pikirannya. “Kalau begitu, aku harus berhati-hati. Jangan sampai salah memilih target. Kalau tidak…” Ia menelan ludah, merasa sedikit gugup. “Salah langkah sedikit saja, mungkin aku akan menyesal seumur hidup.”

Ia mengepalkan tangannya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Tapi kalau aku bisa memilih dengan cerdas, ini... ini bisa menjadi keunggulanku. Aku harus memanfaatkannya.”

 “Kek,” panggil Kenta ragu. “Kau bisa menggunakan sihir?”

Hakka terlihat terkejut, namun senyumnya tak memudar. "Sedikit, aku bisa mempraktikkan beberapa mantra api. Aku ingat pernah mengajarimu, tapi kau kabur kehutan untuk mencari biji eg dan mencuri madu di sarang lebah!”

Kenta terdiam sejenak, memandangi tangan kosongnya yang gemetar menyadari dia memiliki kemampuan sihir api yang ia dapat dari Hakka. Pikirannya berkecamuk, apa yang bisa ia lakukan di dunia asing ini? Seolah ada lubang menganga di dadanya, membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.

Hakka, melirik sekilas ke arah Kenta. “Kau kenapa? Bengong seperti ikan mati. Kau bahkan lebih lemah dari anak-anak di sini,” gerutunya.

Kenta menggertakkan gigi. “Aku... Aku ingin belajar bertarung.”

Hakka menatapnya dengan alis terangkat. “Oh? Tiba-tiba saja ingin menjadi pahlawan, ya?”

“Bukan itu!” Kenta menggeleng cepat, lalu menatap mata Hakka dengan kesungguhan. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di sini. Tapi kalau aku tidak punya kekuatan, aku tidak akan bertahan. Ajari aku. Apa saja.”

Pria tua itu terdiam, menatap Kenta lekat-lekat, seolah menimbang permintaannya. Akhirnya, ia mendengus pelan. “Hm, setidaknya kau sadar dirimu lemah. Itu awal yang bagus.”

“Jadi, kau mau mengajariku?” tanya Kenta, penuh harap.

Hakka tersenyum tipis, sebuah senyum yang tak sepenuhnya ramah. “Tentu saja. Tapi jangan harap aku akan mudah padamu. Ayahmu dulu juga keras kepala, dan aku yang membentuknya. Sekarang giliranmu.”

Sebelum Kenta sempat merespons, suara dingin tiba-tiba bergema di dalam pikirannya:

“Player terverifikasi. Memicu misi pertama: Perburuan babi hutan. Kelas Normal.”

Kenta tersentak, melihat sekeliling, tetapi tak ada siapa pun selain dirinya dan Hakka. Ia menelan ludah. "Perburuan... babi hutan?" gumamnya nyaris tak terdengar.

Hakka, yang tampaknya tidak menyadari apapun, menepuk bahu Kenta dengan kasar. “Bagus. Besok kita mulai. Dan sebagai ujian pertamamu, kau akan ikut berburu. Jangan berharap ini akan mudah.”

Kenta menatap pria tua itu, lalu mengangguk pelan. “Aku akan lakukan yang terbaik.”

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 2

    Bab 2 : Berburu Babi HutanMatahari pagi baru saja muncul di langit timur ketika Kenta terbangun oleh suara keras yang memekakkan telinga.“Bangun, bocah! Kalau kau terus tidur seperti ini, kita takkan pernah memulai!” seru Hakka sambil mengetuk pintu kamar Kenta dengan tongkat kayunya.Kenta membuka matanya dengan berat, kepalanya masih terasa pening. Malam sebelumnya terasa seperti mimpi buruk, terutama interaksinya dengan Hakka. Namun, suara kasar pria tua itu adalah bukti nyata bahwa dia tak bermimpi."Baik, baik! Aku bangun!" balas Kenta, mencoba bangkit dari tempat tidur dengan malas.Namun, Hakka sudah membuka pintu tanpa menunggu izin. “Lihat dirimu, seperti pangeran manja yang tersesat di pondok petani! Cepat siap-siap. Kita akan pergi ke hutan sebelum matahari terlalu tinggi,” perintahnya sambil melipat tangan, ekspresinya penuh ketidaksabaran.Kenta mendesah panjang, menyadari bahwa tidak ada gunanya membantah. “Kenapa kau begitu bersemangat membawaku ke hutan?” gumamnya, l

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 3

    Bab 3 : Sistem yang TerbangunKenta mengatur napasnya dalam-dalam, mencoba mengatasi kelelahan yang masih terasa setelah pertarungan sengit melawan babi hutan. Tubuhnya yang lelah bersandar pada salah satu pilar aula keluarga, sementara pandangannya sesekali melirik ke arah Hakka yang sedang memeriksa tumpukan daging babi hasil buruan mereka."Atur napasmu, dan coba evaluasi apa yang kau pelajari di hutan tadi," kata Hakka tanpa menoleh. Nada suaranya tegas namun tidak setajam biasanya. "Aku akan ke dapur untuk menyerahkan daging ini kepada tukang masak. Kalau kita beruntung, malam ini kita makan sup daging babi." Ia mengangkat bungkusan daging dan melangkah pergi tanpa menunggu jawaban Kenta.Kenta hanya mengangguk pelan. Setelah Hakka keluar dari aula, ia duduk bersila, mencoba menenangkan pikirannya. Di saat itulah, sesuatu yang penting terlintas di benaknya.“Bukankah aku mendapatkan hadiah dari misi sebelumnya?” gumamnya. Ia memejamkan mata, mencoba memusatkan perhatian.Tiba-tib

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 4

    BAB 4 : SayembaraKenta mengangguk dengan penuh keyakinan, meskipun hatinya berdegup keras. Dia menatap peta di tangannya dengan serius, seolah-olah peta itu adalah kunci terakhir untuk menyelamatkan desa. “Kita adakan sayembara,” katanya, suaranya tegas. “Kita kumpulkan orang-orang yang memiliki kemampuan dari desa ini.”Hakka, yang berdiri di sisinya, memandangnya dengan tatapan tajam sebelum tersenyum tipis. “Rencanamu lumayan juga bocah, tapi biar bagaimanapun dirimu harus waspada, Bocah. Desa ini sedang di ambang kehancuran. Orang-orangnya tidak mudah percaya. Luka mereka dalam, seperti jurang yang sulit dijembatani.”Tanpa membuang waktu, keduanya berjalan menuju pusat desa, di mana sebuah batu besar yang biasa digunakan untuk pengumuman penting berdiri megah di tengah alun-alun. Setiap langkah terasa berat bagi Kenta, karena dia tahu tanggung jawab yang menanti. Ketika mereka tiba, sebuah kerumunan kecil telah berkumpul. Wajah-wajah kusam itu mencerminkan kelelahan, kemarahan y

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 5

    BAB 5. Penaklukan Goa HitamMalam itu, udara malam itu terasa begitu pekat. Kelompok kecil yang dipimpin oleh Kenta telah berkumpul dalam radius 50 meter dari dekat mulut Gua Hitam, bersembunyi di balik formasi batu besar yang setengah terkikis waktu. Dari tempat mereka, cahaya bulan yang suram hanya cukup untuk menyoroti siluet besar goblin raksasa yang mondar-mandir di depan pintu masuk goa. Di belakang goblin, goa itu tampak seperti rahang raksasa, gelap, dan penuh rahasia mengerikan.Kenta melirik peta tambang yang dipenuhi tanda posisi peledak, jalur mundur, dan rencana cadangan. Sekitar mereka, bebatuan dan pecahan pohon berserakan, seolah menjadi bukti pertempuran yang pernah terjadi di sini. “Kita tidak bisa membiarkan goblin itu keluar. Kalau dia menyerang desa, kita semua selesai,” katanya pelan namun tegas.Di depan mereka, goblin raksasa itu berdiri, tubuhnya setinggi tiga meter dengan kulit bersisik seperti batu bara. Matanya kuning menyala, bergerak liar, mencari sesuatu

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 6

    Bab 6: Apakah ini hadiah dari surga?Malam di desa Lembah Babi terasa berbeda. Cahaya api unggun yang biasanya redup kini memancarkan semangat baru di antara penduduk. Kemenangan melawan goblin raksasa di Goa Hitam telah memberikan harapan baru. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Kenta memandangi layar sistem yang berpendar di depannya dengan ekspresi serius."Bug?" pikirnya, membaca notifikasi terakhir. "Apa maksudnya hadiah dihitung ulang?"Tiba-tiba, layar holografik di depannya menampilkan daftar hadiah yang baru saja diperbarui:- Cetak biru rancangan bangunan pertahanan desa kelas 1: menara kayu pemantau, arena latihan, balai perkumpulan, bengkel besi, dan gudang alat tempur.- 50 kotak bubuk mesiu.- 10 kotak biji-bijian.- Puluhan armor dan pedang rusak.- Undian karakter kelas spesial."Undian?" Mata Kenta melebar. "Apa lagi ini?"Sebuah roda berwarna cerah muncul di layar, berputar dengan cepat. Jarum perlahan melambat, melewati berbagai nama hingga akhirnya berhenti pada satu

    Last Updated : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 7

    BAB 7 : Jenderal Batu yang angkuh.Saat sebagian besar warga masih sibuk menyortir temuan dari Goa Hitam, sebuah teriakan tiba-tiba memecah keheningan."Tuan muda! Ada seseorang yang mengacau di gerbang desa!" seorang pria berlari tergesa-gesa menuju Kenta yang baru saja keluar dari gua bersama kelompoknya.Kenta menegakkan tubuhnya, wajahnya sedikit menyeringai, seolah menduga apa yang sedang terjadi. "Apakah hadiah karakter spesialku telah tiba?" gumamnya, nyaris terdengar seperti bisikan penuh antusiasme.Namun, sebelum ia sempat melangkah, Kakek Ha mengetuk kepala Kenta dengan tongkat kayunya. "Hentikan khayalanmu, bocah! Pergi dan lihat apa yang terjadi!" hardiknya dengan nada tajam."Hehe... Baik, Kek," jawab Kenta sambil terkekeh kecil.Saat Kenta tiba di gerbang utama desa, pemandangan di depannya cukup mengejutkan. Seorang pria bertubuh besar dengan otot yang menonjol di bawah baju kulitnya berdiri dengan kaki terpentang lebar, seperti gunung yang tak tergoyahkan. Wajahnya pen

    Last Updated : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 8

    BAB 8 : Rencana PerangLedakan energi dari sihir api Kenta mengguncang udara. Meski tampak yakin, dalam hatinya Kenta menahan napas, mengawasi apa yang akan terjadi pada Rengga. Ketika ledakan itu mereda, debu mengepul, dan semua orang menahan napas, Rengga berdiri di tempatnya. Tubuhnya kokoh, namun luka bakar menggores lengannya. Ia menatap Kenta dengan tatapan yang bercampur antara kekesalan dan penghormatan.“Kau bocah…,” Rengga akhirnya berkata dengan suara berat. “Aku tidak pernah menyangka seseorang sepertimu bisa melukaiku.” Ia melirik luka di lengannya, lalu tertawa kecil. “Kau menang. Aku tunduk.”Para warga terpana, beberapa bahkan membelalak tak percaya. Bisikan pelan menyelimuti kerumunan, mencerminkan perasaan campur aduk antara rasa kagum dan kekhawatiran. "Dia benar-benar membuat Jenderal Batu tunduk..." bisik seorang wanita tua. Anak-anak kecil yang mengintip dari balik kaki ibu mereka mulai berlari mendekat, melihat Kenta dengan mata penuh rasa bangga, sementara beber

    Last Updated : 2025-01-12
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 9

    BAB 9 : Hari Datangnya Perang [Peringatan!]Organisasi Bandit Pembunuh dalam perjalanan ke Desa Lembah Babi. Perkiraan waktu kedatangan: 1-2 jam.Kenta menatap layar itu dengan serius. Namun, perhatian utamanya tertuju pada notifikasi tambahan yang muncul di bawahnya:[Analisis Perang]Kekuatan Bandit: 74% (Dominan) Kekuatan Desa Lembah Babi: 26% (Lemah) Kemungkinan Kemenangan: 38%.“38 persen,” gumam Kenta sambil menghela napas panjang. “Tapi ini bukan nol.”Dengan tekad yang diperbarui, Kenta menutup layar holografiknya. “Jika aku tidak bisa menaikkan angka itu dengan kekuatan, aku akan melakukannya dengan akal.”Desa Lembah Babi tenggelam dalam bayang-bayang kecemasan. Cahaya redup dari lentera bergetar di antara deretan rumah kayu, seperti jantung warga yang berdetak gelisah. Suara langkah kaki tergesa-gesa bergema, bercampur dengan dentang alat dan bisikan doa yang lirih. Di aula desa, suasana seperti bara api yang siap menyala, menunggu kabar terakhir tentang musuh yang mendekat,

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   TAMAT

    Bab 140 – Sampai JumpaKenta menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Angin sepoi-sepoi bertiup melewati wajahnya, membawa ketenangan yang aneh. Dunia ini… dunia nyata… terasa begitu berbeda dari dunia sistem yang selama ini ia jalani.Ia sudah kembali. Segalanya sudah berakhir. Namun, entah kenapa hatinya masih terasa berat. Maya… Apakah ia benar-benar pergi? Apakah tidak ada cara lain untuk bertemu dengannya lagi? Kenta mengepalkan tangannya, lalu menghela napas panjang.“Kau terlihat seperti orang yang kehilangan sesuatu.”Sebuah suara yang familiar terdengar dari belakangnya. Kenta menoleh dan mendapati seseorang berdiri di sana, seseorang yang seharusnya tidak mungkin ada di dunia ini.Matanya melebar. “…Maya?”Maya berdiri di sana, mengenakan pakaian serba putih yang bercahaya samar di bawah sinar bulan. Wajahnya tetap seperti yang Kenta ingat, tenang, lembut, dan penuh teka-

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 139

    Bab 139 – Tamat: Menerima KenyataanKenta berdiri di depan sebuah gedung tua yang terlihat tak terawat.Alamat yang tertulis di surat membawanya ke sini. Bangunan ini berada di pinggiran kota, jauh dari keramaian. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya, hanya cahaya redup dari lampu jalan yang sesekali berkelap-kelip.Hatinya masih dipenuhi keraguan."Apa ini jebakan?" pikirnya.Namun, jika ini adalah satu-satunya petunjuk untuk menemukan Maya atau mendapatkan jawaban tentang apa yang terjadi, ia tidak bisa mundur sekarang.Ia menarik napas dalam, lalu mendorong pintu kayu besar di hadapannya.Saat Kenta melangkah masuk, suara derit kayu memenuhi ruangan.Bangunan ini tampaknya adalah sebuah gudang lama. Debu memenuhi lantai, dan beberapa rak besi di sudut tampak berkarat.Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah sosok seorang pria tua yang duduk di kursi kayu, tepat di tengah ruangan.Pria itu

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 138

    Bab 128 – Arch Akhir: Tanpa Maya, Kenta Hanya PecundangKenta duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong pada lantai kamarnya yang berantakan. Kertas-kertas catatan, botol minuman kosong, dan beberapa buku berserakan di sana. Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, tetapi ia tidak merasa hangat sedikit pun.Sudah sebulan sejak ia kembali ke dunia nyata. Sudah sebulan sejak ia melihat sosok Maya di gang sempit itu atau lebih tepatnya, sejak ia berhalusinasi melihatnya. Kenta menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat."Bangkitlah sekali lagi, Kenta."Kata-kata itu masih terngiang di benaknya. Tapi bagaimana caranya? Tanpa sistem, tanpa status, tanpa teknik bertarung, tanpa Maya… ia bukan siapa-siapa. Di dunia sistem, ia bisa mengalahkan lawan yang lebih kuat, menerobos batasan dirinya, dan berdiri sebagai pemain terkuat.Di dunia ini? Ia bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu karena riwayat medisnya. S

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 137

    Bab 137 – Arch Akhir: Kembali Sebagai Kenta si Pecundang di Dunia NyataBIP. BIP. BIP.Suara mesin monitor berdenting pelan di ruangan yang sunyi. Aroma antiseptik bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Kelopak mata Kenta bergerak sedikit, lalu perlahan membuka.Seketika cahaya putih menyilaukan matanya.Ia merasakan sesuatu yang berat di tubuhnya—seperti ada beban yang tak kasat mata menekannya. Sensasi itu terasa aneh, jauh berbeda dari medan perang yang selama ini ia jalani.Kenta mencoba menggerakkan jarinya.Lambat.Lemah.Seolah-olah tubuhnya adalah milik orang lain."Dimana aku…?" gumamnya dengan suara serak.Matanya perlahan menyesuaikan diri. Ia bisa melihat langit-langit putih, ventilasi udara yang mengeluarkan suara halus, dan… tabung infus yang terhubung ke tangannya.Ini rumah sakit.Aku… kembali?Hatinya berdebar. Ia b

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 136

    Bab 127 – Arch Akhir: Menempuh Jalan untuk KembaliLangit masih dipenuhi retakan dimensi yang berpendar dalam warna keemasan dan hitam. Sisa-sisa kekuatan yang bertarung di medan perang tadi kini mereda, menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Di tengah-tengahnya, Kenta berdiri dengan tatapan teguh, meski dalam hatinya masih ada goncangan yang tak bisa ia redam.Ia telah membuat keputusannya.Sekarang, ia hanya perlu mencari jalan untuk mewujudkannya.Maya berdiri di hadapannya, matanya yang tajam menelisik ekspresi Kenta. "Kau sudah memutuskan?"Kenta mengangguk. "Ya."Maya menghela napas, lalu melangkah mendekat. "Jika kau benar-benar ingin kembali… maka ada satu cara. Tapi aku tidak yakin kau akan menyukainya."Kenta menajamkan pandangannya. "Apa itu?"Maya terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Sistem yang telah memulihkan dirinya sepenuhnya kini memiliki fungsi otomatis untuk mengembalika

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 135

    Bab 134 – Arch Akhir: Lalu Bagaimana Caraku Kembali?Langit masih dipenuhi retakan-retakan dimensi. Pusaran energi kekacauan melayang di udara, menciptakan percikan cahaya yang terus menerus menyambar seperti petir abadi. Di tengah kehancuran yang melanda, Kenta berdiri terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka dan pakaiannya compang-camping.Di hadapannya, Maya menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mereka baru saja mengungkap kebenaran tentang sistem, tentang asal usul dunia ini, dan mengapa Kenta menjadi bagian dari semua ini.Namun, satu pertanyaan besar masih menggantung di benaknya."Lalu… bagaimana caraku kembali?"Suara Kenta terdengar serak, nyaris berbisik. Entah kenapa, setelah semua ini, pertanyaan itu baru benar-benar menghantamnya dengan kesadaran yang menyakitkan.Apa yang akan terjadi setelah semuanya berakhir?Maya menutup matanya sejenak sebelum menjawab."Itu bukan sesuatu yang mudah dijawab

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 134

    Bab 134 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 3) – Mengapa Kenta Terpilih sebagai Player?Celah besar yang terbuka di atas mereka memperlihatkan lapisan dimensi lain—cahaya keemasan yang berkilauan bersanding dengan pusaran kegelapan yang meliuk-liuk, seolah mencoba menelan satu sama lain.Kenta masih berdiri diam, mencoba mencerna semua yang baru saja terungkap.Maya adalah bagian dari sistem.Ia adalah keseimbangan, eksistensi yang tidak seharusnya ada.Dan kini, ada satu pertanyaan yang masih belum terjawab.Mengapa dirinya yang terpilih sebagai Player?Dari semua orang di dunia ini—dari sekian banyak individu yang memiliki potensi—mengapa ia, Kenta, yang harus menanggung beban ini?Maya menatapnya dengan tatapan lembut, seakan tahu apa yang sedang dipikirkannya."Kau akhirnya sampai pada pertanyaan itu, ya?" katanya pelan.Kenta mendongak, menatap Maya dengan

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 133

    Bab 133 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 2) – Siapa Maya?Langit retak.Sebuah celah menganga di atas mereka, mengungkapkan kilauan cahaya keemasan dan kegelapan pekat yang berputar seperti pusaran tak berujung.Kenta dan Maya berdiri di tengah kekosongan itu. Mereka baru saja kembali dari Gerbang Ingatan, tempat di mana mereka menyaksikan bagaimana dunia dan Wadah Sistem tercipta. Namun, masih ada pertanyaan besar yang belum terjawab.Siapa Maya sebenarnya?Kenta menoleh ke arah Maya, yang berdiri dalam diam, wajahnya sulit dibaca. Sejak awal perjalanannya, Maya selalu berada di sisinya, terkadang sebagai sekutu, terkadang sebagai musuh. Namun, dalam ingatan yang mereka lihat tadi, Maya sama sekali tidak muncul.Itu tidak masuk akal. Jika Maya adalah bagian dari Wadah Sistem, seharusnya ada petunjuk tentang keberadaannya dalam sejarah itu.“Maya…” Kenta akhirnya berbicara, suaranya terdengar

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 132

    Bab 132 – Pemecahan Misteri Asal Usul Sistem (Bagian 1)Langit yang semula dipenuhi kilatan cahaya akibat pertarungan dahsyat mulai meredup, menyisakan langit kelam yang perlahan kembali tenang. Kenta berdiri di tengah reruntuhan, napasnya terengah-engah sementara tubuhnya dipenuhi luka. Maya, yang berdiri tak jauh darinya, juga dalam kondisi serupa.Keduanya selamat… untuk saat ini.Namun, perasaan ganjil menyelimuti udara. Seakan ada sesuatu yang belum berakhir.Kenta menatap ke langit, dan untuk sesaat, ia merasa seperti dunia ini berbicara padanya.“Warisan yang kau kejar… kini tinggal satu misteri terakhir.”Seketika, kesadaran Kenta terguncang. Suara itu—ia pernah mendengarnya sebelumnya, dalam mimpi-mimpi samar yang terus menghantuinya.Maya berjalan mendekat, matanya menyorot keprihatinan. “Kau merasakannya juga, bukan?”Kenta mengangg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status