Share

BAB 4

Penulis: Faisalicious
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 03:15:15

BAB 4 : Sayembara

Kenta mengangguk dengan penuh keyakinan, meskipun hatinya berdegup keras. Dia menatap peta di tangannya dengan serius, seolah-olah peta itu adalah kunci terakhir untuk menyelamatkan desa. “Kita adakan sayembara,” katanya, suaranya tegas. “Kita kumpulkan orang-orang yang memiliki kemampuan dari desa ini.”

Hakka, yang berdiri di sisinya, memandangnya dengan tatapan tajam sebelum tersenyum tipis. “Rencanamu lumayan juga bocah, tapi biar bagaimanapun dirimu harus waspada, Bocah. Desa ini sedang di ambang kehancuran. Orang-orangnya tidak mudah percaya. Luka mereka dalam, seperti jurang yang sulit dijembatani.”

Tanpa membuang waktu, keduanya berjalan menuju pusat desa, di mana sebuah batu besar yang biasa digunakan untuk pengumuman penting berdiri megah di tengah alun-alun. Setiap langkah terasa berat bagi Kenta, karena dia tahu tanggung jawab yang menanti. Ketika mereka tiba, sebuah kerumunan kecil telah berkumpul. Wajah-wajah kusam itu mencerminkan kelelahan, kemarahan yang terpendam, dan putus asa yang hampir mencapai puncaknya menyambut mereka.

Di tengah kerumunan, seorang wanita dengan pakaian compang-camping berdiri. Wajahnya pucat, air mata membasahi pipinya. Ia tampak seperti simbol dari penderitaan desa itu. “Apa lagi yang kalian ingin kami lakukan, Tuan Muda?” suaranya serak, penuh duka. “Anak-anak kami kelaparan! Bandit-bandit itu merampas segalanya, bahkan hasil panen terakhir kami! Kami tidak punya apa-apa lagi!”

Dari sisi lain, seorang pemuda dengan tangan penuh bekas luka cambuk maju dengan wajah yang terbakar amarah. “Tuan Muda, kita sudah mendengar berita bahwa para bandit bajingan itu akan segera membantai desa sepuluh hari lagi! Lalu apa gunanya melawan? Bandit itu terlalu kuat. Mereka punya senjata, mereka punya kekuatan. Sementara kita hanyalah petani yang hampir mati kelaparan!”

Kerumunan semakin gaduh. Keluhan, tangisan, dan desakan emosi bercampur menjadi satu. Kenta berdiri di atas batu besar itu, mencoba menenangkan mereka dengan mengangkat tangannya. Namun, suara-suara itu tidak mudah terdiam. Kemarahan dan keputusasaan telah menjadi racun yang meracuni jiwa mereka.

“Kalian para pemimpin hanya memerintah, sementara kami menjadi tumbalnya!” teriak seseorang dari tengah kerumunan.

“Apa kalian tahu apa artinya tidur tanpa makan selama seminggu?” sambung yang lain.

“Kami tidak punya alasan lagi untuk percaya!”

Kenta menaiki batu besar itu, mencoba menenangkan kerumunan dengan mengangkat tangannya. Namun, suara-suara mereka tak mudah dihentikan. Rasa putus asa telah menjelma menjadi kemarahan yang sulit diredam.

Di tengah hiruk-pikuk itu, suara Hakka menggema dengan tegas, “Diam!”

Hening seketika melanda. Semua mata tertuju pada pria tua itu, yang memandang mereka dengan sorot tajam. “Apakah kalian pikir kemarahan ini akan membawa kita ke mana-mana? Jika kita tidak bertindak sekarang, desa ini tidak akan bertahan sebulan lagi!”

Kenta menarik napas dalam-dalam, menyiapkan dirinya untuk berbicara. Dia tahu, ini adalah momen penting. Dengan suara yang tegas namun penuh empati, dia mulai, “Kalian benar. Desa ini telah menderita. Aku tahu kelaparan, aku tahu apa yang kalian rasakan ketika bandit mencuri segalanya. Keluarga kita dipermalukan, kita dipaksa tunduk. Tapi aku tidak bisa membiarkan itu terus terjadi!”

Wajah-wajah di depannya mulai memperhatikan. Meski masih ada keraguan, suara Kenta berhasil menembus dinding keputusasaan mereka.

“Kalian lihatlah ini! Aku menemukan sesuatu,” lanjutnya. Ia mengangkat peta tambang besi hitam agar semua orang bisa melihatnya. “Ini adalah jalan keluar kita. Tambang ini bukan hanya penuh dengan besi hitam, tapi ini akan jadi sumber kekuatan yang bisa membantu kita melawan bandit sekaligus simbol harapan untuk bertahan. Namun, perjalanan ke sana pasti tidak mudah. Tambang ini penuh dengan bahaya, ada goblin raksasa yang menjaga mulut gua itu!”

Kerumunan mulai berbisik-bisik. Ketakutan bercampur dengan rasa penasaran.

“Tapi aku tidak akan melakukannya sendiri,” kata Kenta dengan suara yang semakin kuat.

“Aku membutuhkan kalian. Kita adakan sayembara. Aku mencari para pemberani, mereka yang siap bertarung demi desa ini. Aku tahu desa ini penuh dengan orang-orang yang memiliki kemampuan tersembunyi. Dan kita tawarkan hadiah besar, gulungan teknik, senjata langka, emas, perak dan yang paling penting, kehormatan untuk mengembalikan harga diri desa ini.”

Kerumunan kembali hening. Kata-kata Kenta menggugah hati mereka, meskipun keraguan masih tersisa. Seorang pria tua dengan janggut lebat maju dari barisan belakang. Matanya menyipit saat ia menatap Kenta.

“Tuan muda, mudah mengatakan soal kehormatan dan harapan,” katanya dengan suara serak.“Tapi apa yang membuat kami percaya padamu? Kau masih muda, bahkan belum berpengalaman. Bagaimana kami tahu kau bisa memimpin kami melewati neraka itu?”

Kerumunan terhenyak. Kata-katanya penuh dengan tekad yang tulus, sesuatu yang tak bisa dipalsukan. Seperti percikan api di malam yang gelap, semangat kecil itu mulai menyala.

Dari tengah kerumunan, Liam, pemuda kekar yang dikenal sebagai penembak terbaik desa, maju. Dia membawa busur besar yang sudah penuh bekas pemakaian, tanda betapa seringnya ia berlatih.

“Jika kau berdiri di garis depan, Tuan Muda, maka aku akan berdiri di sampingmu. Aku siap bergabung.”

Suara Liam yang lantang membawa energi baru. Beberapa orang mengangguk setuju. Lalu, Nenek Cio, seorang peracik obat-obatan dan racun herbologi yang terkenal di desa, melangkah maju dengan senyum tipis di wajahnya.

“Aku akan menyediakan racun dan ramuan untuk membantu kita,” katanya. “Tapi ingat, ini adalah pertaruhan besar. Kita harus cerdas dan tidak terburu-buru.”

Dukungan dari Liam dan Nenek Cio menjadi dorongan besar. Semangat mereka menular ke yang lain. Beberapa warga yang awalnya ragu mulai mengangkat tangan mereka, menunjukkan kesediaan mereka untuk bergabung. Bahkan mereka yang awalnya hanya diam kini mulai bersuara.

“Ayo, demi desa ini!” teriak seseorang di barisan belakang.

“Kita buktikan bahwa kita tidak akan menyerah!”

Kenta merasakan harapan baru tumbuh di tengah kerumunan. Suara-suara penuh keyakinan mulai menggantikan keluhan dan tangisan. Tapi ia tahu, ini baru permulaan. Perjalanan menuju tambang besi hitam akan menjadi ujian sesungguhnya. Dengan hati yang berat namun tekad yang membara, ia melihat ke arah Hakka.

“Kita punya harapan sekarang,” bisiknya kepada pria tua itu. “Tapi aku tahu, mempertahankan harapan ini akan lebih sulit daripada sekadar menyalakannya.”

Hakka mengangguk. “Kau benar. Tapi kau harus ingat, harapan adalah pedang bermata dua. Jika kau gagal, desa ini akan kehilangan segalanya.”

Malam itu, api unggun dinyalakan di tengah desa. Para warga yang telah mendaftar untuk sayembara berkumpul. Suasana hening, namun penuh ketegangan. Mereka tidak hanya bersiap untuk menghadapi bandit atau makhluk di tambang, tetapi juga bersiap untuk melawan ketakutan mereka sendiri.

Liam mulai melatih beberapa pemuda cara memegang busur dengan benar. Nenek Cio membagikan botol kecil berisi ramuan kepada mereka yang bersedia mendengarkan. Di sudut lain, Kenta duduk mempelajari peta tambang dengan serius. Cahaya api menerangi wajahnya, memperlihatkan ekspresi tegang dan tekad yang kokoh.

“Aku tidak akan gagal,” gumamnya kepada dirinya sendiri, seperti janji yang diucapkan berulang-ulang. Di kejauhan, bayangan tambang besi hitam seakan memanggil mereka, menjanjikan harapan sekaligus bahaya.

Bersambung…

Bab terkait

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 5

    BAB 5. Penaklukan Goa HitamMalam itu, udara malam itu terasa begitu pekat. Kelompok kecil yang dipimpin oleh Kenta telah berkumpul dalam radius 50 meter dari dekat mulut Gua Hitam, bersembunyi di balik formasi batu besar yang setengah terkikis waktu. Dari tempat mereka, cahaya bulan yang suram hanya cukup untuk menyoroti siluet besar goblin raksasa yang mondar-mandir di depan pintu masuk goa. Di belakang goblin, goa itu tampak seperti rahang raksasa, gelap, dan penuh rahasia mengerikan.Kenta melirik peta tambang yang dipenuhi tanda posisi peledak, jalur mundur, dan rencana cadangan. Sekitar mereka, bebatuan dan pecahan pohon berserakan, seolah menjadi bukti pertempuran yang pernah terjadi di sini. “Kita tidak bisa membiarkan goblin itu keluar. Kalau dia menyerang desa, kita semua selesai,” katanya pelan namun tegas.Di depan mereka, goblin raksasa itu berdiri, tubuhnya setinggi tiga meter dengan kulit bersisik seperti batu bara. Matanya kuning menyala, bergerak liar, mencari sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 6

    Bab 6: Apakah ini hadiah dari surga?Malam di desa Lembah Babi terasa berbeda. Cahaya api unggun yang biasanya redup kini memancarkan semangat baru di antara penduduk. Kemenangan melawan goblin raksasa di Goa Hitam telah memberikan harapan baru. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Kenta memandangi layar sistem yang berpendar di depannya dengan ekspresi serius."Bug?" pikirnya, membaca notifikasi terakhir. "Apa maksudnya hadiah dihitung ulang?"Tiba-tiba, layar holografik di depannya menampilkan daftar hadiah yang baru saja diperbarui:- Cetak biru rancangan bangunan pertahanan desa kelas 1: menara kayu pemantau, arena latihan, balai perkumpulan, bengkel besi, dan gudang alat tempur.- 50 kotak bubuk mesiu.- 10 kotak biji-bijian.- Puluhan armor dan pedang rusak.- Undian karakter kelas spesial."Undian?" Mata Kenta melebar. "Apa lagi ini?"Sebuah roda berwarna cerah muncul di layar, berputar dengan cepat. Jarum perlahan melambat, melewati berbagai nama hingga akhirnya berhenti pada satu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 7

    BAB 7 : Jenderal Batu yang angkuh.Saat sebagian besar warga masih sibuk menyortir temuan dari Goa Hitam, sebuah teriakan tiba-tiba memecah keheningan."Tuan muda! Ada seseorang yang mengacau di gerbang desa!" seorang pria berlari tergesa-gesa menuju Kenta yang baru saja keluar dari gua bersama kelompoknya.Kenta menegakkan tubuhnya, wajahnya sedikit menyeringai, seolah menduga apa yang sedang terjadi. "Apakah hadiah karakter spesialku telah tiba?" gumamnya, nyaris terdengar seperti bisikan penuh antusiasme.Namun, sebelum ia sempat melangkah, Kakek Ha mengetuk kepala Kenta dengan tongkat kayunya. "Hentikan khayalanmu, bocah! Pergi dan lihat apa yang terjadi!" hardiknya dengan nada tajam."Hehe... Baik, Kek," jawab Kenta sambil terkekeh kecil.Saat Kenta tiba di gerbang utama desa, pemandangan di depannya cukup mengejutkan. Seorang pria bertubuh besar dengan otot yang menonjol di bawah baju kulitnya berdiri dengan kaki terpentang lebar, seperti gunung yang tak tergoyahkan. Wajahnya pen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 8

    BAB 8 : Rencana PerangLedakan energi dari sihir api Kenta mengguncang udara. Meski tampak yakin, dalam hatinya Kenta menahan napas, mengawasi apa yang akan terjadi pada Rengga. Ketika ledakan itu mereda, debu mengepul, dan semua orang menahan napas, Rengga berdiri di tempatnya. Tubuhnya kokoh, namun luka bakar menggores lengannya. Ia menatap Kenta dengan tatapan yang bercampur antara kekesalan dan penghormatan.“Kau bocah…,” Rengga akhirnya berkata dengan suara berat. “Aku tidak pernah menyangka seseorang sepertimu bisa melukaiku.” Ia melirik luka di lengannya, lalu tertawa kecil. “Kau menang. Aku tunduk.”Para warga terpana, beberapa bahkan membelalak tak percaya. Bisikan pelan menyelimuti kerumunan, mencerminkan perasaan campur aduk antara rasa kagum dan kekhawatiran. "Dia benar-benar membuat Jenderal Batu tunduk..." bisik seorang wanita tua. Anak-anak kecil yang mengintip dari balik kaki ibu mereka mulai berlari mendekat, melihat Kenta dengan mata penuh rasa bangga, sementara beber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 9

    BAB 9 : Hari Datangnya Perang [Peringatan!]Organisasi Bandit Pembunuh dalam perjalanan ke Desa Lembah Babi. Perkiraan waktu kedatangan: 1-2 jam.Kenta menatap layar itu dengan serius. Namun, perhatian utamanya tertuju pada notifikasi tambahan yang muncul di bawahnya:[Analisis Perang]Kekuatan Bandit: 74% (Dominan) Kekuatan Desa Lembah Babi: 26% (Lemah) Kemungkinan Kemenangan: 38%.“38 persen,” gumam Kenta sambil menghela napas panjang. “Tapi ini bukan nol.”Dengan tekad yang diperbarui, Kenta menutup layar holografiknya. “Jika aku tidak bisa menaikkan angka itu dengan kekuatan, aku akan melakukannya dengan akal.”Desa Lembah Babi tenggelam dalam bayang-bayang kecemasan. Cahaya redup dari lentera bergetar di antara deretan rumah kayu, seperti jantung warga yang berdetak gelisah. Suara langkah kaki tergesa-gesa bergema, bercampur dengan dentang alat dan bisikan doa yang lirih. Di aula desa, suasana seperti bara api yang siap menyala, menunggu kabar terakhir tentang musuh yang mendekat,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 10

    BAB 10 : Organisasi Bandit Pembunuh Tiba!Di tengah hutan yang gelap, Liam dan sepuluh pemanah tersembunyi di balik rerimbunan pepohonan. Mereka diam, menahan napas, memantau pasukan bandit berkuda yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Derap kaki kuda menggema, membuat tanah bergetar seolah memperingatkan bahaya yang akan datang.Liam mengangkat tiga jarinya, memberi isyarat pada timnya untuk bersiap. Panah-panah sudah terpasang di busur, tegang menunggu aba-aba terakhir. “Satu… dua… tiga!” bisik Liam.Dalam hitungan ketiga, belasan anak panah melesat dari bayangan hutan, menyasar titik vital bandit dan kuda mereka. Jeritan terdengar saat beberapa bandit terjatuh dari kudanya, tubuh mereka terhantam panah tepat di leher atau dada. Kuda-kuda yang terluka meringkik keras, menyebabkan kekacauan di antara barisan pasukan musuh. Formasi mereka hancur, beberapa bandit saling bertabrakan, sementara yang lain berteriak panik mencoba mengendalikan tunggangan mereka.“Lari!” perintah Liam.Tanp

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 11

    BAB 11 : Pertarungan Para JenderalRengga maju dengan langkah mantap, tombak di tangannya memantulkan cahaya bulan. Otot-ototnya menegang, penuh amarah yang tak tertahankan. Kebencian yang dia pendam bertahun-tahun terhadap “anjing-anjing penguasa kota” memuncak, menjadikannya kekuatan besar di medan perang.Namun, saat ia mendekati lawannya, suara Kenta memecah kemarahannya.“Ingat tujuanmu!” bisik Kenta dengan tegas. “Kau hanya perlu menahannya. Tunggu aba-aba dariku untuk mundur. Dirimu adalah kunci kemenangan kita!”Rengga melirik Kenta sejenak, lalu mengangguk singkat tanpa mengucapkan sepatah kata.Di depannya, seorang pria kekar dengan rambut kusut dan tatapan beringas mengangkat pisaunya yang melengkung seperti sabit. Mata pria itu bersinar dengan kebengisan yang murni.“Aku Holo,” teriak pria itu, menjilat mata pisau sabitnya hingga ujungnya menyentuh bibir. “Pangli

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 12

    BAB 12. Administrator SistemCahaya pagi yang hangat menyinari lembah yang sebelumnya menjadi arena pertumpahan darah. Di kejauhan, asap tipis masih membubung dari reruntuhan bekas puluhan kotak bubuk mesiu yang meledak, mengingatkan penduduk desa akan kerasnya perjuangan semalam.Kenta berdiri di atas bukit kecil di pelataran aula pertemuan, mengamati pemandangan yang suram namun penuh arti. Pasukan bandit telah dihancurkan, dan penduduk desa yang bertahan kini mulai keluar dari persembunyian mereka dengan langkah ragu namun penuh harapan. Sisa- sisa kemenangan tampak jelas, kuda-kuda yang tertinggal di ladang, peralatan perang dari musuh yang berserakan, dan udara yang membawa bau mesiu dan tanah basah. Ia memandangi medan perang yang mulai tenang, mencoba merenungkan langkah berikutnya.Kenta tahu bahwa ini bukan akhir. Ia mengepalkan tangan, mengingat notifikasi sistem yang muncul di benaknya: “Misi Kelas Spesial: Penaklukan Penyerang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 22

    Bab 22: Perang di Ambang PintuMatahari terbit di atas Lembah Babi, cahayanya menyinari desa yang kini telah bersiap menghadapi ancaman yang belum usai. Semalam, mereka berhasil menangkap Yara, mata-mata dari Kerajaan Pembunuh Bayaran, menggagalkan salah satu bagian dari rencana musuh. Namun, Kenta tahu betul bahwa ini hanya awal dari sesuatu yang lebih besar.Di dalam balai desa, Yara diikat di kursi dengan tangan terborgol. Wajahnya lebam akibat pukulan Rengga semalam, tetapi matanya masih menyala penuh kebencian. Di sekelilingnya, Kenta, Hakka, Rengga, Jenderal Batu, dan beberapa pemimpin desa berdiri dalam diam, menatapnya dengan penuh kewaspadaan."Kau akan bicara," kata Kenta, suaranya tenang tapi tajam. "Kami ingin tahu seberapa dalam rencana kerajaanmu."Yara menyeringai, seolah tak takut sedikit pun. "Kalian pikir hanya karena menangkapku, kalian sudah menyelamatkan desa ini?" Ia tertawa pelan. "Kalian hanya memperl

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 21

    Bab 21: Bayangan yang MengintaiMalam itu, setelah menemukan mayat mata-mata dari Kerajaan Pembunuh Bayaran, Kenta duduk di balai desa bersama Hakka, Rengga, Jenderal Batu, dan beberapa tokoh penting lainnya. Di atas meja kayu yang usang, surat yang ditemukan di genggaman si mata-mata terbuka, tintanya masih jelas meski sudah terkena sedikit darah."Misi gagal. Lembah Babi masih berdiri. Kirim laporan ke markas utama. Siapkan rencana kedua."Kenta membaca ulang tulisan itu, mencoba memahami apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia menoleh ke arah Jenderal Batu yang berdiri dengan tangan menyilang, wajahnya penuh pertimbangan.“Apa menurutmu mereka akan segera menyerang lagi?” tanya Kenta.Jenderal Batu mengangguk pelan. “Jika mereka sampai mengirim mata-mata, itu berarti mereka sedang menyusun strategi baru. Mereka tidak akan menyerah hanya karena satu kekalahan.”Hakka menghembusk

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 20

    Bab 20: Antara Kekaisaran dan KebebasanUdara pagi di Lembah Babi terasa lebih dingin dari biasanya. Meskipun pertempuran telah usai, ketegangan masih menggantung di antara penduduk desa. Mereka telah berhasil bertahan dari serangan Kerajaan Pembunuh Bayaran, tetapi kini ancaman baru datang dalam bentuk Kekaisaran yang ingin menjadikan desa mereka sebagai benteng pertahanan.Di balai desa, Kenta duduk di depan meja besar bersama para pemimpin desa. Hakka, Rengga, Jenderal Batu, Nenek Cio, dan beberapa tokoh lain hadir dalam pertemuan ini. Semua mata tertuju pada Kenta, menunggu keputusan yang akan ia buat."Dalam tiga hari, Kekaisaran akan menuntut jawaban," kata Hakka, suaranya dalam dan serius. "Jika kita menerima tawaran mereka, kita mendapatkan perlindungan. Tapi kita juga kehilangan kendali atas desa ini."Jenderal Batu menyilangkan tangan. "Jika kita menolak, kita harus bersiap menghadapi konsekuensinya. Kekaisaran tid

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 19

    Bab 19: Luka dan KebangkitanMalam di Lembah Babi terasa sunyi setelah pertempuran dahsyat yang baru saja berlalu. Udara masih berbau darah dan asap dari rumah-rumah yang terbakar, tanah penuh dengan mayat prajurit musuh yang gagal melarikan diri. Beberapa penduduk yang selamat mulai mengumpulkan tubuh-tubuh itu, memisahkan mereka yang masih bernapas dari yang sudah tiada.Di tengah desa, di dalam sebuah rumah yang tersisa utuh, Kenta berbaring tak sadarkan diri. Napasnya lemah, tubuhnya penuh luka akibat pertempuran sengit melawan Ragnos. Inferno Overdrive telah menguras seluruh energinya, membuatnya nyaris kehilangan kesadaran begitu serangan terakhirnya berhasil.Hakka duduk di sampingnya, menggenggam pergelangan tangan Kenta sambil memeriksa denyut nadinya. Ia menghela napas lega. “Bocah ini masih hidup… tapi kondisinya parah.”Nenek Cio, yang bertugas merawat para korban luka, masuk k

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 18

    Bab 18: Inferno GuardianApi yang dilepaskan Kenta menyala dengan hebat, bergulung-gulung seperti naga liar yang berusaha menelan Ragnos. Tanah di sekitarnya menghitam, udara mendidih oleh panasnya. Semua orang di medan perang berhenti bertarung sejenak, terpaku melihat gelombang api yang begitu besar meluncur ke arah algojo kerajaan.Namun, Ragnos hanya menyeringai. Dengan gerakan cepat, ia menghunus pedangnya ke depan.CLANG!Pedang hitamnya berpendar dengan cahaya merah gelap, dan dalam sekejap, api yang menghampirinya terbelah menjadi dua. Gelombang api yang seharusnya menghancurkannya malah terpencar ke samping, membakar rumah-rumah kosong di sekitar medan pertempuran.Kenta terkejut. "Tidak mungkin... dia menebas apiku?"Ragnos menatapnya dengan senyum dingin. "Sihir api yang mengandalkan kekuatan mentah? Itu terlalu mudah untuk ditangkis."Dalam sekejap, ia menghilang.Kent

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 17

    Bab 17: Benteng TerakhirSuara dentingan senjata beradu dengan jeritan pertempuran mengisi udara. Lembah Babi, desa kecil yang dulunya hampir terlupakan, kini berubah menjadi medan perang. Pasukan dari Kerajaan Pembunuh Bayaran terus menyerang, sementara penduduk desa yang telah dipersiapkan oleh Kenta dan Rengga bertahan mati-matian.Di tengah kekacauan itu, Kenta berdiri di atas menara pemantau, mengamati jalannya pertempuran. Hatinya berdegup kencang. Meski strategi awal mereka berhasil menghambat musuh, pasukan dari barat masih terlalu banyak.Di bawah, Rengga bertarung dengan brutal. Pedangnya menebas tanpa ampun, setiap gerakannya penuh ketepatan. Beberapa prajurit musuh yang mencoba menyerang langsung terhempas oleh kekuatannya. Namun, bahkan dengan keterampilan bertarung yang luar biasa, ia sadar bahwa mereka berada dalam posisi sulit."Jangan biarkan mereka menembus barikade!" seru Rengga sambil menangkis serangan seorang prajuri

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 16

    Bab 16: Perang di Gerbang DesaUdara pagi di Lembah Babi terasa berat. Kabut tipis melayang di antara pohon-pohon yang mengelilingi desa, menambah kesan suram di tengah ketegangan yang semakin memuncak. Di menara pemantau, Kenta berdiri dengan mata tajam mengamati perbatasan barat. Di kejauhan, kepulan asap hitam terlihat membumbung ke langit, menandakan pergerakan musuh semakin dekat.Di bawah menara, para penduduk bersiap dalam diam. Ada yang memperbaiki tombak dan pedang di bengkel baru, ada yang mengisi anak panah dengan racun buatan Nenek Cio, dan beberapa orang lainnya menggali parit jebakan di sepanjang jalan masuk desa. Meskipun ketakutan masih menyelimuti hati mereka, tidak ada satu pun yang memilih untuk lari. Mereka telah memutuskan: mereka akan bertarung.Hakka mendekat ke arah Kenta, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Mereka akan tiba sebelum matahari mencapai puncaknya. Kita tidak bisa berharap pada bantuan Kekaisaran. Desa ini sepen

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 15

    Bab 15: Benteng Pertama yang TerancamKehidupan di Lembah Babi mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Desa yang selama ini terlupakan oleh dunia luar, kini perlahan-lahan dibangkitkan kembali. Pembangunan tembok pertahanan semakin menyelesaikan tahap awal, dengan menara pemantau tinggi yang baru selesai dibangun di ujung desa. Dari menara ini, Kenta bisa memandang jauh ke lembah yang sunyi. Jalan desa yang dulu penuh debu dan lumpur kini berubah, dengan rumah-rumah warga yang mulai diperbaiki.Tidak hanya infrastruktur yang dibangun. Sebuah bengkel besar baru dibuka di pusat desa, mengolah logam dari Tambang Besi Hitam yang sebelumnya terkubur dalam gua. Di bengkel ini, penduduk desa mulai memproduksi senjata dan baju zirah, berusaha menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Para pemuda yang terpilih dalam sayembara mulai dilatih oleh Rengga, sang Jenderal Batu, dengan keterampi

  • PENDEKAR PEWARIS SISTEM   BAB 14

    BAB 14 : ZeroSeorang pria bertubuh kekar dengan postur tegap muncul dari balik pintu. Dia mengenakan pakaian sederhana namun terlihat kuat, dengan lengan berotot yang terlihat jelas dari balik bajunya yang tergulung. Sebuah ikat kepala cokelat mengikat rambutnya yang gelap, dan pensil tersembul dari telinga kiri, seolah ia sedang siap untuk bekerja dengan tangan terampilnya. Wajahnya tampak penuh dengan bekas luka kecil, bukti dari banyaknya pengalaman dan kerja keras yang telah dilalui. Meskipun usianya cukup tua, ada kesan lembut yang terpancar dari sorot matanya yang tajam dan wajah yang tegas.“Tuan Muda, ini dia. Zero, pandai besi terkenal di desa ini. Seorang ahli yang dapat membuat senjata dan peralatan dengan kualitas terbaik,” ujar Liam dengan suara penuh kebanggaan.Zero mengangguk perlahan, menyapa Kenta dengan tatapan tajam dan penuh penghormatan. “Tuan Muda, saya dengar Anda sedang berencana membangun kembali desa in

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status