Share

PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU
PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU
Penulis: endus introspectio

Bab 1: Lembah Hantu

Desa Lembah Hantu terletak di antara pegunungan yang tinggi dan hutan lebat, dikelilingi oleh kabut tebal yang seolah tidak pernah pudar. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan dan aliran sungai yang mengalir di sisi desa memberi nuansa mistis dan menambah aura misteri yang menyelimuti tempat itu. Penduduk desa seringkali membicarakan cerita-cerita menakutkan tentang makhluk-makhluk yang bersembunyi di balik bayang-bayang hutan, tetapi mereka juga tahu bahwa keberanian dan persatuan mereka adalah kunci untuk bertahan hidup di tengah ketidakpastian.

Di tengah suasana tersebut, Arif, seorang pemuda berusia dua puluh tahun, menjalani hari-harinya dengan penuh ketenangan. Meskipun ia buta sejak lahir, Arif memiliki keahlian yang luar biasa dalam bela diri. Ia dilatih oleh ayahnya, seorang pendekar legendaris, yang mewariskan keterampilan serta kebijaksanaan kepada putranya. Keberaniannya telah membuatnya dihormati di desa, dan banyak orang datang untuk meminta bimbingan dan ajaran darinya.

Setiap pagi, Arif berkeliling desa dengan langkah tenang, merasakan tanah di bawah kakinya dan mendengarkan suara-suara di sekelilingnya. Ia dapat membedakan suara anak-anak yang bermain, suara wanita yang sedang menyiapkan makanan, dan bahkan suara hewan-hewan liar yang berkeliaran di hutan. Dengan indra pendengarannya yang tajam, ia bisa merasakan kehadiran orang lain, seolah mata batinnya dapat melihat lebih dari yang tampak.

Suatu pagi, saat matahari baru saja terbit, Arif mendengar suara gaduh di depan rumahnya. Ternyata itu adalah Lila, sahabatnya yang juga dikenal sebagai gadis pemberani di desa. Lila, yang berusia delapan belas tahun, selalu siap untuk membantu Arif dan mendukungnya dalam segala hal. Ia adalah gadis yang penuh semangat dan tidak takut menghadapi tantangan.

"Arif!" teriak Lila sambil berlari menghampiri. "Ayo, kita harus ke hutan! Aku mendengar ada sesuatu yang aneh terjadi di sana."

Arif mengangguk, merasakan kegelisahan dalam suara Lila. "Apa yang kau dengar, Lila?" tanyanya, tetap tenang meskipun hatinya mulai berdebar.

"Orang-orang mengatakan bahwa mereka melihat bayangan-bayangan aneh di antara pepohonan. Beberapa dari mereka merasa seolah-olah sedang diawasi. Aku merasa kita perlu menyelidikinya," jawab Lila, penuh semangat.

Dengan langkah mantap, Arif dan Lila memasuki hutan. Suara alam mengelilingi mereka, tetapi ketegangan mulai menyelimuti suasana saat mereka semakin dalam menjelajahi. Pepohonan yang tinggi dan rapat membuat sinar matahari sulit menembus, menciptakan suasana suram di sekeliling mereka.

"Saat aku berada di sini, aku merasakan sesuatu yang tidak biasa," kata Arif, mendengarkan setiap suara di sekitarnya. "Sepertinya ada sesuatu yang mengintai kita."

Mendengar itu, Lila menegakkan punggungnya dan mengerutkan dahi. "Kita harus hati-hati. Aku tidak suka perasaan ini," ujarnya, suaranya terdengar tegas meskipun ada sedikit ketakutan.

Mereka terus berjalan, dan tiba-tiba Arif menghentikan langkahnya. "Dengar!" serunya, mendengar suara aneh yang menggema di antara pepohonan. "Ada sesuatu di dekat sini."

Lila menahan napas, matanya melirik ke arah sumber suara. "Apa itu? Suara seperti langkah kaki... tapi bukan suara hewan," katanya, kebingungan.

Arif mengulurkan tangannya, meraba-raba untuk mencari tahu. "Kita harus menjauh dari sini. Ada sesuatu yang salah," ujarnya, dan mereka mulai berbalik.

Tetapi sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, bayangan gelap melesat dari balik pepohonan. Arif bisa merasakan keberadaan makhluk itu, meskipun tidak dapat melihatnya. Suara geraman yang dalam menggetarkan udara, dan jantung mereka berdegup kencang.

"Arif, cepat!" teriak Lila, meraih tangan Arif. Mereka berlari secepat mungkin, melewati dahan-dahan yang menjalar, menghindari apa pun yang ada di belakang mereka.

Mereka akhirnya berhasil keluar dari hutan, napas mereka terengah-engah. Arif menyentuh dinding rumahnya, berusaha menenangkan diri. "Kita harus memberi tahu penduduk desa tentang ini," katanya, berusaha meredakan ketegangan.

Lila mengangguk. "Kita tidak bisa membiarkan makhluk itu mengganggu desa. Kita harus bersatu dan mencari cara untuk menghadapinya."

Saat mereka berlari menuju pusat desa, Arif tidak bisa menahan perasaannya. Kegelapan yang mereka alami di dalam hutan terasa lebih dalam dari sebelumnya. Dengan setiap langkah, ia merasa ada sesuatu yang menanti mereka, sesuatu yang lebih menakutkan daripada makhluk biasa.

Setibanya di desa, mereka melihat kerumunan orang yang sudah berkumpul, mendengarkan berita dari seorang lelaki tua yang menceritakan kisah-kisah tentang makhluk kegelapan yang menghantui desa selama berabad-abad. Arif dan Lila bergabung dengan kerumunan itu, menyadari bahwa mereka tidak bisa menghadapi ini sendirian.

Dengan keberanian yang baru ditemukan, Arif melangkah ke depan. "Kita harus bersatu! Kita tidak boleh membiarkan kegelapan ini mengambil alih desa kita!"

Penduduk desa terdiam, memandangnya dengan harapan. Arif merasa bahwa ini adalah saatnya untuk menunjukkan bahwa meskipun ia buta, ia tidak akan membiarkan kegelapan mengalahkannya. Lila berdiri di sampingnya, siap untuk mendukung setiap kata yang diucapkan.

"Kita harus melawan! Kita harus mencari cara untuk menghadapi makhluk-makhluk ini sebelum semuanya terlambat!" Arif berseru, suaranya penuh tekad.

Dengan semangat dan tekad yang membara, penduduk desa mulai membicarakan rencana mereka untuk melawan kegelapan yang mengancam. Arif dan Lila, meskipun dalam ketidakpastian, tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka akan berjuang bersama untuk melindungi Lembah Hantu, tidak peduli seberapa gelap kegelapan itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status