Share

BAB 6: PETUNJUK DI DALAM KUIL

Arif, Lila, dan Danu melangkah perlahan menuju kuil tua yang terletak di puncak bukit di pinggir Lembah Hantu. Kuil itu dikenal sebagai tempat suci yang telah lama ditinggalkan, berlumut dan ditutupi oleh akar-akar pohon besar yang mengelilinginya. Udara di sekitar kuil terasa lebih dingin, seolah-olah waktu di tempat itu telah membeku. Meskipun Arif tidak bisa melihat dengan matanya, instingnya selalu memberitahu bahwa tempat itu menyimpan kekuatan misterius yang luar biasa.

"Kita sudah sampai," ujar Lila, suaranya pelan dan penuh rasa hormat. Ia memandang bangunan tua itu dengan kagum dan sedikit waspada. “Tempat ini memang menyimpan aura yang berbeda.”

Danu, yang biasanya ceria, kali ini tampak serius. "Apa kau yakin petunjuk yang kita cari ada di sini, Arif?" tanyanya sambil memegang erat busurnya. Matanya terus bergerak, mengawasi sekeliling seolah-olah kapan saja sesuatu bisa keluar dari bayang-bayang kuil.

Arif mengangguk. "Aku bisa merasakannya. Petunjuk tentang Artefak Terang ada di sini. Ini bukan tempat biasa. Kita harus berhati-hati."

Mereka melangkah memasuki kuil melalui pintu besar yang telah rusak dan tergantung miring. Di dalam, cahaya remang-remang menembus dari celah-celah dinding yang retak, memberikan bayangan aneh di setiap sudut. Di tengah ruangan utama, sebuah altar besar berdiri, ditutupi debu dan puing-puing.

"Ini pasti altar tempat para pendeta dulu berdoa," kata Lila sambil menyapu debu di atas permukaan altar dengan tangannya. "Tapi di mana kita harus mencari petunjuknya?"

Arif melangkah maju, tangannya meraba dinding batu di sekitar ruangan. Setiap kali tangannya menyentuh permukaan dingin dan kasar itu, ia merasakan getaran aneh. Ada sesuatu di balik dinding ini, sesuatu yang lebih tua daripada kuil itu sendiri.

"Tidak ada yang kebetulan," kata Arif pelan. "Petunjuknya pasti tersembunyi di sini."

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari bawah lantai kuil. Danu mundur beberapa langkah, wajahnya pucat. "Apa itu?" tanyanya dengan nada cemas.

Lantai di depan altar mulai bergeser, mengungkapkan sebuah tangga batu yang menurun ke dalam kegelapan. Arif tersenyum kecil, meskipun matanya tetap tertutup. "Inilah jalannya," ujarnya.

Lila menyalakan obor yang mereka bawa, menerangi jalan yang terungkap di depan mereka. "Mari kita turun," katanya dengan tekad.

Mereka bertiga melangkah turun, hati-hati di setiap langkah. Tangga itu seakan-akan membawa mereka semakin dalam ke perut bumi. Suasana menjadi semakin mencekam, dengan suara gemerisik samar terdengar dari kejauhan, seolah ada makhluk yang bergerak dalam kegelapan.

Setelah beberapa lama, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang gelap dan lembap. Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah patung besar, menggambarkan seorang pendekar kuno dengan pedang terhunus ke langit. Di bawah patung itu, sebuah prasasti batu berdiri, penuh dengan ukiran aneh yang tampak seperti bahasa kuno.

"Apa ini?" tanya Danu, mendekati prasasti dengan hati-hati. "Aku tak pernah melihat tulisan seperti ini."

Lila mendekat, memandang ukiran-ukiran itu dengan seksama. "Ini bahasa kuno dari zaman sebelum desa kita ada," jelasnya. "Aku ingat pernah melihat simbol-simbol ini di buku-buku tua yang disimpan Pak Karta."

Arif mendekatkan tangannya ke prasasti itu, merasakan getaran aneh yang semakin kuat. "Ini adalah petunjuk yang kita cari," katanya pelan. "Tulisan ini menjelaskan cara menemukan Artefak Terang."

Namun, sebelum mereka bisa membaca lebih lanjut, suara keras tiba-tiba terdengar dari arah tangga. Lantai di belakang mereka runtuh, memotong jalan keluar. Batu-batu besar berjatuhan, menutup pintu masuk ruangan itu.

"Kita terjebak!" seru Danu, matanya melebar panik.

Lila menahan napas, berusaha tetap tenang. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Arif diam sejenak, mendengarkan dengan cermat setiap suara di sekelilingnya. "Ini bukan kebetulan," katanya akhirnya. "Tempat ini ingin menguji kita. Kita tidak bisa keluar sampai kita berhasil memecahkan teka-teki ini."

Danu menghela napas berat. "Baiklah, jadi apa yang harus kita lakukan?"

Arif mengangkat tangannya, meraba tulisan di prasasti dengan hati-hati. "Simbol-simbol ini… Mereka berbicara tentang pengorbanan. Hanya dengan keberanian dan keyakinan, pintu menuju Artefak Terang akan terbuka."

Lila menatap Arif dengan cemas. "Apa maksudnya? Pengorbanan seperti apa?"

Arif terdiam sejenak, merasakan setiap getaran dari prasasti itu. "Aku belum tahu pasti," jawabnya pelan. "Tapi kita harus menemukan jawabannya sebelum waktu habis."

Mereka bertiga berdiri dalam keheningan, dikelilingi oleh kegelapan dan misteri kuil kuno itu. Setiap detik yang berlalu terasa seperti ujian yang semakin menekan mereka. Namun, Arif tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanan mereka. Hanya dengan menemukan jawabannya, mereka bisa melanjutkan pencarian Artefak Terang dan menyelamatkan desa dari ancaman kegelapan yang semakin mendekat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status