Share

Bab 4: Makhluk dari Kegelapan

Makhluk berbulu yang muncul dari balik semak-semak itu menggeram, matanya bersinar dalam gelap. Tubuhnya besar, dengan cakar yang tajam, dan nampaknya sangat kuat. Arif merasakan getaran tanah saat makhluk itu melangkah maju, dan ketakutan mulai merayap dalam dirinya. Namun, tekadnya untuk melindungi Lila dan Danu mengalahkan rasa takut itu.

“Siap, Danu!” teriak Arif, suaranya tegas meskipun hatinya berdebar. “Kita harus bekerja sama!”

Danu segera menarik busurnya, meraih anak panah dengan kecepatan tinggi, dan melepaskannya. Anak panah itu meluncur cepat menuju makhluk tersebut, tetapi makhluk itu dengan gesit menghindar, membuat anak panah itu hanya mengenai batang pohon di belakangnya.

“Tidak boleh menyerah!” Lila berseru, mengangkat sebatang kayu dan bersiap menghadapi makhluk itu. “Kita harus bergerak cepat!”

Arif mengatur napas, mengandalkan indra pendengarannya untuk memperkirakan gerakan makhluk itu. Dengan satu lompatan, makhluk itu menerjang ke arah Danu, tetapi Arif, dengan insting yang tajam, melompat ke depan dan mendorong Danu ke samping.

“Danu! Lila! Ke samping!” seru Arif, lalu ia mengarahkan tinjunya ke arah makhluk itu. Dengan kekuatan yang sudah terlatih, Arif memukul makhluk itu di bagian samping kepala, membuatnya terhuyung.

Lila mengambil kesempatan itu, menghampiri dari sisi dan mengayunkan kayu yang dipegangnya ke arah kepala makhluk itu. Meskipun tidak mengenai tepat sasaran, serangannya cukup untuk membuat makhluk itu marah. Ia berbalik, menggeram dengan suara menggelegar, dan menyerang Lila.

Lila berusaha menghindar, tetapi makhluk itu terlalu cepat. Arif merasakan jantungnya berdegup kencang saat melihat Lila terjepit. Dalam sekejap, ia mengalihkan perhatian makhluk itu dengan teriakan.

“Hey, di sini!” Arif berteriak, berlari menuju makhluk itu, berusaha mengalihkan perhatian makhluk dari Lila.

Sebuah rencana mendadak muncul di benaknya. Dengan cepat, Arif mengambil batu besar di tanah dan melemparkannya ke arah makhluk tersebut. Batu itu mengenai makhluk tepat di bagian belakang, membuatnya berbalik dengan marah, kembali fokus pada Arif.

“Kau tidak bisa melawanku!” teriak Arif, dan saat makhluk itu menerjang, Arif bersiap-siap, mengingat semua teknik yang dipelajarinya. Ia menghindar dengan gesit dan menendang makhluk itu, membuatnya terhuyung sekali lagi.

Danu, melihat kesempatan terbuka, kembali melepaskan anak panahnya. Kali ini, anak panah itu mengenai sayap makhluk tersebut. Makhluk itu meraung kesakitan, tetapi itu tidak menghentikannya. Arif menyadari bahwa mereka perlu menyerang dengan lebih terkoordinasi.

“Danu, tembak lagi! Lila, siapkan dirimu untuk menyerang!” perintah Arif, berusaha menjaga fokus timnya.

Lila mengangguk, mengambil posisi, sementara Danu menyiapkan anak panahnya sekali lagi. Dengan semangat yang membara, Arif bersiap untuk melanjutkan pertarungan.

Dengan kombinasi serangan dari Danu dan Lila, makhluk itu mulai kehilangan kekuatannya. Arif mengatur langkahnya, memanfaatkan setiap celah untuk menyerang. Ketika makhluk itu berusaha melawan, Arif melakukan gerakan cepat, menyerang dengan tendangan keras yang membuat makhluk itu terjatuh.

Akhirnya, dalam kombinasi serangan yang terkoordinasi, mereka berhasil mengalahkan makhluk itu. Makhluk berbulu itu tergeletak di tanah, napasnya berat, dan akhirnya tak bergerak lagi. Arif, Lila, dan Danu saling berpandangan, napas mereka terengah-engah, merasakan pencapaian yang luar biasa.

“Kita berhasil!” teriak Lila, kegembiraannya mengalir melalui seluruh tubuhnya. “Kita benar-benar berhasil mengalahkannya!”

Arif merasa bangga, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ini hanyalah awal. Mereka masih memiliki perjalanan panjang untuk menemukan Artefak Terang dan menghadapi lebih banyak makhluk kegelapan.

“Jangan terlalu senang dulu,” kata Danu, menepuk bahu Lila. “Ini baru permulaan. Kita harus tetap waspada.”

Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Dalam keheningan hutan, mereka duduk di dekat makhluk yang telah mereka kalahkan, merenungkan apa yang baru saja terjadi.

“Arif,” Lila bertanya dengan serius, “apa yang akan kita lakukan jika kita bertemu lebih banyak makhluk seperti ini?”

Arif menghela napas, berpikir sejenak. “Kita harus berlatih lebih keras. Kita perlu belajar lebih banyak tentang apa yang ada di luar sana. Dan kita perlu menemukan Artefak Terang secepatnya. Itulah satu-satunya cara untuk mengusir kegelapan ini.”

Lila mengangguk, menatap jauh ke dalam hutan. “Kita bisa melakukannya, Arif. Aku percaya pada kita.”

Setelah beberapa saat beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan, melewati jalur yang semakin gelap. Suasana di hutan semakin mencekam, dan suara-suara aneh kembali terdengar, mengingatkan mereka akan ancaman yang selalu mengintai.

Mereka bergerak lebih hati-hati, saling menjaga satu sama lain. Ketegangan meningkat saat mereka memasuki bagian hutan yang lebih dalam. Di tengah kegelapan, Arif mendengar suara gemerisik di balik semak-semak. Rasa takut kembali menghampiri, tetapi ia berusaha tetap tenang.

“Siap-siap,” bisiknya kepada Lila dan Danu. “Kita mungkin tidak sendirian lagi.”

Tiba-tiba, sekelompok makhluk muncul dari kegelapan, lebih banyak dari sebelumnya. Matanya menyala dalam gelap, menatap mereka dengan lapar. Arif merasakan adrenalin mengalir deras di tubuhnya. Mereka harus melawan lagi, dan kali ini, mereka tidak bisa gagal.

“Siap?” tanyanya, menatap kedua sahabatnya. Mereka mengangguk dengan tegas, siap menghadapi tantangan baru yang menghadang.

Dalam ketegangan yang mencekam, mereka bersiap untuk pertempuran yang lebih besar. Arif tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan berjuang bersama untuk melindungi desa dan satu sama lain. Kegelapan mungkin mengancam, tetapi semangat persahabatan mereka akan menjadi cahaya yang tidak akan pernah padam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status