"Iya, Mbak. Biar aku saja yang cari tahu. Aku juga curiga kenapa Reyhan bisa meninggal tiba-tiba.““Reyhan?““Iya, Reyhan anakknya Devi yang disukai Rendi.““Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Masya Allah. Devi? Sudah punya anak?“ tanya Veni terkejut.“Masih bayi, Mbak. Kalau diceritain panjang pokoknya. Nanti aku ceritakan. Aku mau ngecek CCTV lokasi kejadian.“Rita meninggalkan Veni sendiri dan berjalan ke arah Satpam. Karena sebelumnya dia sudah dikasih tahu sama Veni. Akhirnya setelah sampai tempat Sampat dan sudah meminta izin. Dengan tatapan yang teliti Rita dan Satpam yang jaga mengamati dengan seksama dari waktu detik.Akhirnya menemukan penyebab kecelakaan itu.Rendi yang mau menyelamatkan Devi malah dia yang ditabrak.Rita manggut-manggut. “Sebaiknya aku menemui Dokter yang menangani Reyhan,” gumamnya sambil berjalan ke arah di mana Reyhan dirawat.“Sus. Maaf mengganggu. Mau tanya? Dokter yang menangani pasien bayi yang baru meninggal itu siapa, ya?“ tanya Rita ke Suster ya
“TANGKAP MALING ITU! CEPAT JANGAN BIARKAN LOLOS!!““Ambil Ban mobil itu, kalungkan ke leher!““BAKAR! BAKAR!““MALING JANGAN BIARKAN HIDUP!“Berderap langkah kaki bersahutan berlari mengejar Sepasang anak Ibu yang sudah ngos-ngosan.Teriakan demi teriakan memenuhi pasar Tanah Abang Jakarta yang terkenal ramai.Ibu anak yang sengaja mengambil uang dari seorang pengunjung pasar dengan hanya modal nekat dan apesnya mereka ketahuan dan langsung dikejar massa.Hasan lari terbirit-birit lima langkah lebih cepat meninggalkan Ibunya di belakang.Niat hati ingin menambah bekal buat pergi keluar kota. Tapi nasib baik sedang tidak berpihak ke mereka.Mereka Ketahuan.Susah payah mereka berlari. Sekuat tenaga mereka kerahkan. Mereka tidak bisa menandingi massa. Apalagi Massa semakin bertambah tiap langkah mereka.Teriakan dan makian keluar dari mulut mereka.Endang dan Hasan terlihat makin ketakutan ketika Massa sudah mendekati mereka. Hasan mengerahkan kekuatannya menerobos mereka.Hingga pas me
“Begitu bagaimana, Tante?““Lebih baik kamu bangun! Ayo jenguk Rendi sama-sama!“Ajaknya sambil mengajar Devi berdiri.Devi mengangguk dan berjalan keluar dari pemakaman menuju mobil Rita. Tanpa sepatah kata yang terucap dari bibir Devi. Bagaikan mayat hidup yang sedang berjalan. Tanpa hasrat dia duduk di dalam mobil.Pikirannya begitu kalut. Kacau, rasanya ia tidak bisa menerima informasi demi informasi yang membuat ia semakin terpuruk.Tidak lama mobil terparkir. Rita menggandeng Devi untuk masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ke ruangan Rendi.Menyusuri lorong demi lorong dengan ruangan bernuansa putih. Seringkali berpapasan dengan suster yang sibuk mondar-mandir dengan kerjaannya.Tidak lama mereka sampai di depan ruangan Rendi. Rita mengintip lewat jendela. Terlihat Veni yang ketiduran di samping Rendi dengan kepala bersender di tangan Rendi.Rita perlahan menggeser pintu agar tidak menimbulkan suara. Namun kepekaan Rendi begitu tajam.Kepalanya mendongak untuk melihat siapa g
"Owh ini toh, si penyebab Tuan kecelakaan,” desis Inah mengarah ke Devi.“Maksudnya?“ Devi yang mendapat cibiran seperti itu langsung protes ke embaknya.“Sudah! Jangan buat ribut di rumah ini! Rendi lagi sakit! Butuh ketenangan!“ Potong Veni yang membuat Inah tersenyum menghina ke arah Devi. Merasa dibela.Sejak pandang pertama ia sudah tidak suka melihat perempuan yang datang, apalagi kemarin Rita sempat memperlihatkan salinan Video yang ia bawa pulang.Sangat jelas perempuan itu yang membuat Rendi tertabrak.Apalagi dia sudah lama berada di rumah ini ia tak ingin tersingkirkan. Apalagi ia sudah mempersiapkan anaknya untuk diperkenalkan dan mau dijodohkan sama Rendi.“Mbok Inah, tolong malam ini masak agak banyak ya, soalnya Devi calon istrinya Rendi mulai tinggal di sini!“ suruh Veni membuat ia terhenyak dari lamunannya.“Apa, Nyonya. Dia mau tinggal di sini? Tidak maulah. Mbok tidak setuju. Dilihat dari wajahnya aja terlihat orang gak baik! Mumpung belum terlanjur, Nyonya!““Belu
Rita datang menjenguk Rendi sekalian mengajak Devi untuk ke kantor polisi yang sempat tertunda.Devi pun bersiap-siap untuk pergi bersama Rita.Setelah ijin ke Rendi dan Ibunya mereka pun berangkat.Sesampainya kantor polisi ia hendak menjenguk Hasan untuk tau kondisinya sebelum menambah masa penahanannya.Devi menatap nanar ke Hasan melalui dinding kaca yang menjadi sekat mereka. Tak ada obrolan dan sepatah kata terucap di antara mereka. Devi melihat jelas lelaki yang di depannya ada memar di matanya dan bibirnya yang lecet. Devi hanya bergeming sedangkan Rita sibuk memberi laporan ke atasan. Setelah masa berkunjung habis, Devi menyempatkan mengucapkan beberapa kata.“Bayi yang kau bunuh itu darah dagingmu, anakmu sendiri!“ desis Devi sambil beranjak tanpa mengindahkan jawaban Lawa bicaranya itu Hasan terhenyak mendengar penuturan Devi. Selama ini dia hanya menghalau perasaan ke bayi. Sekarang Mantan istrinya mengatakan kalau itu anaknya. Pantas saja kemarin ia menggendong bayiny
Devi menunggu hari esok dengan jantung berdegup lebih kencang yang tidak seperti biasanya. Kali ini dia kembali menjalani kehidupan rumah tangga yang pernah gagal. Meskipun ia sudah mengenal Rendi beserta keluarganya namun di hatinya masih ada rasa trauma dan ketakutan.Takut akan gagal lagi. Berulang kali ia ingin menepiskan pikiran buruknya dengan bermain ponsel. Namun pikiran-pikiran itu masih menghantuinya.Devi melihat ke layar ponsel dan membuka YouTube untuk mencari hiburan. Berulang kali iya menaik turunkan layar ponsel untuk mencari hiburan yang sekiranya menghibur. Namun ia malah mendapatkan berita trending bulan lalu.Devi terkejut dan benar-benar syok melihat video yang sedang berputar itu, tangannya masih memegang ponselnya dengan bergetar.Ia melihat Ibu mertuanya sedang melolong kesakitan di tengah kerumunan orang-orang yang menonton. Ia melihat dengan jelas bagaimana Ibu mertuanya menemui ajal. Untuk membayangkan rasa sakitnya saja begitu ngeri. Dikalungkan Ban mobil
Rendi mengangguk. Devi memelankan mobilnya dan memarkir disampng jalan, dekat bunga dijual.Sederet penjual bunga melambai-lambai ke arah Devi untuk mempromosikan dagangannya. Devi langsung menghampiri penjual bunga di depan mobilnya dan membeli sekeranjang kecil bunga mawar dan juga satu botol air mineral.Pemakaman tidak jauh dari mobil terparkir hanya cukup menyeberang dan berjalan kaki saja mereka akan sampai.Setelah membayar Devi menjemput Rendi dan menggandengnya berjalan.Tidak lama mereka sampai di pemakaman Reyhan.membungkuk sambil memungut beberapa daun yang jatuh ke pusara anaknya.Menuangkan air yang ia bawa. Lalu menaburkan bunganya.Devi membelai pelan pusara Reyhan.Mengecupnya seperti mengecup Reyhan. Air matanya menitik keluar. “Sebentar lagi kamu punya papa baru, Nak. Papa yang akan membahagiakan Mama kelak,” lirih Devi dengan terisak.“Maafkan Mama, maafkan Mama saat kamu masih hidup di dunia ini, mama tidak sepenuhnya merawat kamu dan malah sibuk bekerja,” ucap
Rendi menatap kmolekan calon istrinya itu. Sempurna.Devi tersenyum ke arah Rendi yang sudah berganti pakaian dengan setelan Jas. Bahkan dia tidak nampak orang yang cacat. Berdiri Tegak menatap dirinya hingga mampu membuatnya tersipu malu.Mereka sama-sama diam menunggu sampai perias menyelesaikan tugasnya. Rambut Devi di sanggul di tambah dengan bunga melati disampingnya. Devi menatap dirinya lewat pantulan cermin.Bahkan ia memuji dirinya sendiri yang terlihat cantik dan anggun dengan apa yang dipakainya saat ini.Di luar ruangan sudah rame menuggu Devi dan Rendi. Untuk ijab kabulnya di tempat Nurul. Setelah itu keluarga Rendi akan membawa para tamu undangan dan saksi ke rumahnya untuk jamuan makan.Awalnya Devi ingin tetap berada di rumah Bu Nurul sampai Hari pernikahannya. Tapi hatinya tidak kuat mengingat semua kejadian dan tempat yang ia tinggali. Semua kenangan tentang Reyhan yang membuatnya semakin sedih. Akhirnya Devi memilih tinggal di rumah Rendi dengan alih-alih merawat R
Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi
4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat
4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!
Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad
Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan