Sepergian Devi dan Reyhan. Tante merasakan ada yang hilang, Hidupnya terasa kosong dan tidak secerah sebelumnya.Apalagi suaminya sering kali pergi keluar bahkan terkadang tidak pulang sama sekali membuatnya sangat kesepian.Salahkah iya memperjuangkan miliknya? Ia hanya takut miliknya diambil apalagi dia dan Devi jauh berbeda bagai langit dan bumi. Apalagi suaminya pernah selingkuh di masa lalu, membuatnya sangat trauma. Menerima bukan berarti iklas bila suami kembali selingkuh.Boleh kan untuk waspada? Tapi kenapa dirinya selalu mengharapkan Devi kembali ke rumah? Ingin rasanya mencari dan memanggil Devi kembali. Tapi rasa gengsi begitu menguasai dirinya.Akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, Tante Rendi mengambil ponselnya dan menekan tombol panggil ke nomor Rendi.“Hallo, Tante,” sapa Rendi ketika sudah tersambung.“Kamu lagi apa, Ren?“ tanya Tante Rendi basa-basi.Ingin rasanya langsung menanyakan kabar Devi, namun ada sesuatu yang menahan di tenggorokannya.“Lagi sama Devi
Esoknya Endang sudah bersiap dengan kostum yang memelas. Reyhan pun sengaja tidak dimandikan agar terlihat kusut.Mereka akan kembali mengemis di lampu merah, Hasan menggendong Reyhan dan Endang memakai kacamata hitam sebagai pelengkap dengan tongkat.Hasan menatap lekat ke Reyhan yang dari tadi tidak mengeluarkan suara tangis, bahkan setiap diangkat tangan dan kakinya lunglai seperti tanpa tulang. Biasanya jemari kecil nan mungil itu pasti menggenggam erat baju yang dipakai Hasan. Tapi ini tidak sama sekali, membuat Hasan curiga, ia meraih lengan Reyhan memijit jari jemarinya. Kenapa lemas sekali?Bahkan tadi malam Hasan tidak mendengar suara tangisan sama sekali, bahkan seharusnya di umur Reyhan pasti akan terbangun untuk meminta susu seperti keluhan para karyawannya pas curhat di kantor dulu.Tapi kenapa berbeda dengan bayi ini, mungkinkah karena anak yang pintar? Hasan menatap kembali manik mata Reyhan. Seperti tatapan kosong, dengan pelan Hasan meraih pipi Reyhan dan mencubitnya
Ia percaya itu bukan cucunya, Devi pasti main belakang ketika melihat foto yang diperlihatkan Hasan waktu lalu.Tapi kenapa sekarang yang dibela malah menyalahkan Ibunya sendiri.Endang menarik napas panjang untuk mengatur dadanya yang sesak daritadi. Begitu menyakitkan.Endang masuk kembali, mengambil piring yang dibeli kemarin, lalu dengan cepat membantingnya ke arah tembok. Begitu frustasi!Sementara itu, Di saat menoleh ke arah Reyhan, Hasan tertegun melihat ekspresinya. Tanpa menangis. Manik 1matanya sayu antara tidur dengan melek, cuma setengahnya.Hasan dengan gemetar menempelkan jarinya di bawah hidung, menunggu hingga merasakan ada hembusan angin keluar dari hidung mungilnya, namun melihat hasilnya.Hasan menarik tangannya dan memegang setir lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sesampainya rumah sakit Hasan meraih Reyhan yang lemas dan membawanya setengah berlari ke arah ruang periksa. Yang langsung disambut suster yang jaga di sana. Membawanya ke ruangan IGD.D
Mobil Hasan dan Rendi melaju dengan kecepatan tinggi dan kebetulan rumah sakit yang dituju tidak terlalu jauh. Sehingga tidak memakan waktu lama.Hasan yang memandu perjalanan mereka.Hingga sesampainya parkiran. Devi sudah keluar dulu dan menghampiri Hasan.“Ruangan mana, Hasan?“ tanya Devi tidak sabar.“Ruang anggrek nomor 12,” jawabnya sambil menatap sendu ke arah Devi.“Ayo, Bu Nurul yang cepat, Devi rindu sekali dengan Reyhan,” ucapnya sambil mengapit lengan Nurul.Masih dengan senyum yang mengembang Devi berjalan ke arah ruangan.Setelah sampai Devi langsung membuka pintu ruangan.Langkahnya berhenti sejenak. Tatapannya mengintari ruangan. Ada dua ranjang di dalam ruangan dan cuma ada satu yang diisi itupun ada suster yang berdiri di depan Pasien.Mata Devi berkerut memandang dan langsung menghampirinya. Ia yakin yang dijaga suster pasti Reyhan-anaknya.“Kenapa wajahnya ditutup! Nanti anakku gak bisa bernapas!“ ujar Devi sambil menyibak kasar kain putih yang menutupi seluruh bad
Hingga Rendi yang melihat kejadian itu dengan sigap berlari mengejar dan mendorong Devi dan na'as.Kecelakaan tidak bisa dihindari. Teriakan demi teriakan dan bunyi klakson memenuhi udara saat ini.Bahkan yang mengendarai mobil begitu kaget dan tidak bisa mengerem mendadak hingga roda mobilnya melindas kaki Rendi yang terkapar di jalanan setelah terpelanting.Seketika pandangan Rendi mengabur dan tidak sadarkan diri setelah berteriak begitu kencang.Sedangkan Devi yang sudah berada di samping jalan akibat dorongan hanya melongo menatap kerumunan yang sedang terjadi saat itu.Ia tidak tahu siapa yang kecelakaan dan siapa yang mendorongnya.Dia bangkit kembali dan berjalan ke arah rumah Nurul.'Tunggu Mama, Nak! Kamu pasti kedinginan,” lirih Devi sambil berjalan dengan cepat.sesampainya rumah Nurul. Devi langsung mengambil dan keluar lagi menuju rumah sakit.Menciumi selimutnya sambil berjalan.“Bau keringatmu masih menempel, Nak.“ Devi sampai ke rumah sakit kembali dengan mengojek.
Sesampainya rumah sakit, Veni langsung menuju ke ruangan Reyhan.“Maafkan Tante, Reyhan. Andaikan malam itu Tante tidak mengusirnya. Seharusnya hari ini kamu masih mainan sama Tante.“ Rita merengkuh badan Reyhan yang sudah terbungkus kain mori. Menciumi inci demi inci wajah mungil yang kini sudah membiru. Meletakkan kembali dengan kasih sayang yang begitu mendalam.“Bapak yang mengurus pemakaman ini?“ tanyanya menghadap ke Parno.Parno mengangguk pelan.“Nanti tolong kasih tau saya, di mana makamnya biar saya susul. Saya mau menengok Rendi dulu. Di ruangan anggrek.““Rendi sakit?“ Nurul mendengar itu langsung terbangun dari tempat duduknya.“Iya, Rendi kecelakaan, saya barusan dikasih tahu sama Ibunya.“Devi yang sebelumnya tidak menggubris. Akhirnya menoleh mendengar ucapan Rita. Hatinya bergejolak teringat perjalanan tadi. Mungkinkah yang kecelakaan itu Rendi?Ah, tidak mungkin!“Dev, kamu harus tabah. Semua terjadi karena kehendak Allah. Maafkan Tante yang memaksamu keluar rumah ke
"Iya, Mbak. Biar aku saja yang cari tahu. Aku juga curiga kenapa Reyhan bisa meninggal tiba-tiba.““Reyhan?““Iya, Reyhan anakknya Devi yang disukai Rendi.““Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Masya Allah. Devi? Sudah punya anak?“ tanya Veni terkejut.“Masih bayi, Mbak. Kalau diceritain panjang pokoknya. Nanti aku ceritakan. Aku mau ngecek CCTV lokasi kejadian.“Rita meninggalkan Veni sendiri dan berjalan ke arah Satpam. Karena sebelumnya dia sudah dikasih tahu sama Veni. Akhirnya setelah sampai tempat Sampat dan sudah meminta izin. Dengan tatapan yang teliti Rita dan Satpam yang jaga mengamati dengan seksama dari waktu detik.Akhirnya menemukan penyebab kecelakaan itu.Rendi yang mau menyelamatkan Devi malah dia yang ditabrak.Rita manggut-manggut. “Sebaiknya aku menemui Dokter yang menangani Reyhan,” gumamnya sambil berjalan ke arah di mana Reyhan dirawat.“Sus. Maaf mengganggu. Mau tanya? Dokter yang menangani pasien bayi yang baru meninggal itu siapa, ya?“ tanya Rita ke Suster ya
“TANGKAP MALING ITU! CEPAT JANGAN BIARKAN LOLOS!!““Ambil Ban mobil itu, kalungkan ke leher!““BAKAR! BAKAR!““MALING JANGAN BIARKAN HIDUP!“Berderap langkah kaki bersahutan berlari mengejar Sepasang anak Ibu yang sudah ngos-ngosan.Teriakan demi teriakan memenuhi pasar Tanah Abang Jakarta yang terkenal ramai.Ibu anak yang sengaja mengambil uang dari seorang pengunjung pasar dengan hanya modal nekat dan apesnya mereka ketahuan dan langsung dikejar massa.Hasan lari terbirit-birit lima langkah lebih cepat meninggalkan Ibunya di belakang.Niat hati ingin menambah bekal buat pergi keluar kota. Tapi nasib baik sedang tidak berpihak ke mereka.Mereka Ketahuan.Susah payah mereka berlari. Sekuat tenaga mereka kerahkan. Mereka tidak bisa menandingi massa. Apalagi Massa semakin bertambah tiap langkah mereka.Teriakan dan makian keluar dari mulut mereka.Endang dan Hasan terlihat makin ketakutan ketika Massa sudah mendekati mereka. Hasan mengerahkan kekuatannya menerobos mereka.Hingga pas me
Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi
4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat
4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!
Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad
Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan