Bab 31Hasan melihat Rasty yang tergeletak pingsan tidak membuat hatinya tergerak, dia langsung mandi dan keluar menemui Ibunya. "Bu, Rasty pingsan di dalam, bantuin dia dong! Hasan lapar," suruhnya sembari mengambil piring."Pingsan? Kok bisa sih?" jawabnya langsung menuju ke kamar Hasan.Bu Endang menatap nanar ke arah Rasty, terkapar lemas dengan badan telentang, dan ketika mendekat Bu Endang melihat ada darah yang sudah mengering dekat bibirnya. Saat ingin menutupi dengan selimut, dia teringat pertengkaran yang sempat terdengar tadi. Rasa simpati yang ada pada Bu Endang meluruh seketika, anaknya sendiri dipermainkan dengan perempuan yang tidak jelas. Bahkan dia juga terjebak hutang gara-gara dia.Bu Endang berdiri mengambil baskom di dapur dan mengisi dengan air penuh, dengan lantang langsung memutahkan isinya tepat di atas badan Rasty.Rasty terlonjak bangun dan tersedak batuk ketika air memaksa masuk Lewat lubang hidung dan mulut.Badannya yang masih sakit pun langsung mengigi
Jam menunjukkan pukul 08:10 Wib, pagi yang begitu cerah dengan matahari yang sudah terbit memantulkan cahayanya melalui jendela yang terbuka, membuat Devi mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali, silau.Saat nyawanya kembali pulih, Devi meraih ponselnya untuk melihat jam, tidak sepi biasanya dia bangun kesiangan seperti ini, Kemarin malam Devi menemani Reyhan bermain hingga dini hari.Devi kembali tersentak dan saat ingat hari ini adalah hari pertama ia bekerja. Dia langsung menyantap handuk dan mandi dengan tergesa-gesa.Berdandan ala kadarnya dan berlari keluar meninggalkan Reyhan yang masih terlelap, juga tanpa berpamitan dengan Tante Rendi.Devi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hatinya bergemuruh kita ponselnya beberapa kali mengeluarkan nada panggilan. Siapa lagi kalau bukan Rendi yang menghawatirkan karena terlambat masuk ke kantor.Keringat dingin mulai bermunculan, di benaknya sedang merancang untuk membuat alasan yang tepat saat di kantor nanti. Setibanya di
Bab 33"Assalamualaikum, Tante," sapa Devi sesampainya di rumah Tante Rendi."Walaikum salam, gimana, Dev. Tadi kerjanya? Lancar?""Sempat ada masalah, Devi kesiangan tadi, owh ya maaf ya tadi ninggalin Reyhan begitu saja," jawabnya setelah mencium takzim punggung tangannya Tante Rendi."Iya, gak papa, sudah sana makan, tadi Tante pesen go food!""Yuk, Tante. Makan bareng, nih Devi juga beli lauk udang asam manis tadi pas perjalanan pulang ke sini," ucapnya sembari mengangkat tangan kirinya yang menenteng kantong yang dibawanya."Yuklah, mumpung Rehyan lagi tidur."Mereka sama-sama berjalan ke arah meja makan, Devi pun tak peduli dengan bau keringat di badannya. "Tante, bolehkah bertanya sesuatu?" tanya Devi menyela."Boleh, kenapa, Dev?" jawab Tante Rendi menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengupas udang dan menatap Devi."Sebenarnya Rendi itu siapa? Kenapa para atasan bisa tunduk sama Rendi?""Maksudnya apa?""Tadi, untungnya Devi telat, dibalik itu semua, jadi bisa tahu
Bab 34.Slide pertama dengan foto pernikahan Devi dengan Hasan yang diberi tulisan.'Menikah dua tahun, lalu dicampakkan tanpa alasan.'Slide kedua dengan foto pernikahan Hasan dengan Rasty.'Suamiku menikah lagi tanpa sepengetahuanku dan akhirnya aku memilih bercerai meskipun sedang mengandung.'Slide ketiga dengan foto Rasty yang terlihat jelas sedang club' dengan lelaki selain Hasan berpakaian minim dan ada watermark tanggal dan waktu kapan foto diambil dengan tulisan.'Ternyata pilihanku tepat, setidaknya saya terhindar dari virus HIV yang sedang di alami mantan suami saya.'Di atas adalah video yang diedit Devi lalu dibuat story WA. Dia mengambil resiko yang cukup berat, apalagi itu adalah karangan semata.Devi sudah bertekad untuk memberikan rasa sakit yang berkali lipat daripada yang ia rasakan dulu.***Hasan pagi ini bersiap-siap dengan semangat, mencukur kumisnya. Memotong rambutnya yang sempat tidak terawat, tujuannya bukan untuk menarik perhatian Devi, setidaknya dia hanya
Bab 35Di saat itu pula, ada dua orang dengan badan yang kekar berotot dengan dipenuhi tato, dan juga berkepala pelontos dan satunya rambut gimbal yang diikat asal ke belakang. Sedang mencari alamat Bu Endang. Mereka mengetuk pintu berkali-kali setelah berada di depan rumah Bu Endang. Bu Endang yang tanpa curiga langsung membukakan pintu."Permisi, dengan Bu Endang?"Bu Endang mengangguk pelan. Perasaannya sudah mulai tak enak.XSaya ditugaskan sama pak Harto untuk bertandang kesini, tujuannya hanya satu. Untuk mengingatkan hutang Ibu yang sudah melewati jatuh tempo."Bu Endang gelagapan, tidak menyangka akan secepat itu. Dengan takut-takut Bu Endang menjawab."Owh ya, mau masuk dulu?""Tidak usah!""Begini, Pak, Om. Uang yang kemarin itu diminta sama menantu saya terus membawa kabur. Bolehkah minta tolong untuk mencarikan menantu saya yang bernama Devi itu?""Saya tidak menerima alasan apapun, yang saya butuhkan cuma uang pelunasan utang!""Iya, Pak. Apa bapak tidak Kasian, saya h
Bab 36Devi bersiap diri setelah selesai memasak dan mencuci perabotan dapur yang kotor, bersiap untuk berangkat kerja kembali, memakai kemeja bermotif bunga dengan lengan panjang, rok putih selutut, dan memakai sepatu pantofel.Nanti dia akan Ijin tidak mengikuti jam lembur. Ia berencana mengajak Tante Rendi untuk makan di luar.Ada banyak hal yang ingin dibicarakan dengan hati-hati.Sesampainya di parkiran pabrik, dia dicegat Hasan saat turun dari mobil dengan memakai pakaian lusuh dan rambut yang berantakan. Devi mencoba menghiraukan dan berlalu meninggalkan Hasan, akan tetapi Hasan langsung menarik lengan Devi dengan kuat yang hampir saja membuat badan Devi goyah.Devi meronta meminta Hasan untuk melepaskan pegangannya. Ternyata itu hanya membuang tenaganya sia-sia karena Hasan semakin mencengkram lengannya."Mau apa, Kamu!" teriak Devi."Tentu saja mau menyiksamu," jawab Hasan dengan menyeringai. Apalagi melihat parkiran masih sepi membuat terlintas ide gila."Silahkan kalau ber
Bab 37.Sepulangnya dari rumah Bu Endang, Devi lebih banyak berdiam diri, bahkan saat Reyhan meminta nenen, Devi tak menghiraukannya hingga si Rehyan kecil menangis membuat Tante Rendi tergopoh-gopoh menyusul ke kamar.Melihat Devi hanya melamun, membuat Tante Rendi penasaran dan menggoyangkan tubuhnya."Dev!""Eh, Tante," jawab Devi tergagap."Kamu ngelamun apa, anaknya nangis gitu sampai tidak dengar?""Enggak apa-apa kok, Tante.""Gak apa-apa kok, wajahnya pucet gitu.""Em, Tante. Devi mau ngobrol sama Tante," ucapnya sambil meraih Reyhan untuk disusuinya."Kenapa?""Tante, maaf sebelumnya, cuman Devi ingin mengutarakan keinginan Devi."Tante bergeming, menatap Sungguh-sungguh ke arah Devi."Tante, Devi mau mandiri. Mau beli rumah baru hasil jual rumah yang kemarin.""Ya ampun, apa kamu di sini tidak kerasan, Dev?""Bukan begitu, assisten yang Devi pesan bulan lalu belum ada sampai sekarang, Devi gak mau terus-menerus ngerepotin, Tante," ungkap Devi lirih."Sudah kubilang berkali-k
Bu Endang dan Hasan berdiam tanpa bertindak, mereka sama-sama egois saling mempertahankan barang kesayangannya.Hingga waktu terus berjalan dan hampir habis masa jatuh tenornya.Akhirnya mereka sepakat menggunakan uang sisa mereka untuk pergi keluar kota dan kembali setelah para penagih sudah berlalu dari rumahnya."Rasty, kamu jaga rumah ya, Ibu sama Hasan mau silahturahmi ke luar kota!" suruh Endang yang melihat Rasty sudah membaik dari demamnya."Baik, Bu." Rasty mengangguk cepat, bagaimana tidak. Ini adalah kesempatan emas untuk Rasty untuk benar-benar bisa istirahat dari ocehan mertua dan suami, dan ia bisa suka-suka keluar rumah tanpa harus curi kesempatan.Tidak lama setelah sepeninggalnya mereka, ada suara ketukan pintu berulangkali. Rasty dengan enggan melangkah gontai ke arah pintu untuk membukakan pintu dan betapa terkejutnya ketika ia mendapatkan dua pria dengan tato penuh di tangannya dan dengan muka garang menatap Rasty"Endang mana?" "Baru saja keluar, katanya mau men
Bab 73Rita menutup jendela rumah juga kamarnya saat ia menyadari hari telah sore. Perasaannya menjadi lega setelah menggugat cerai Danu. Ya meskipun hasil sidang belum turun tapi Ia yakin pasti ia akan memenangkan kasus ini.Ia menuju dapur. Membuka kotak makanan yang berisi cabe itu dan hendak memasak mie.Saat ia mengambil kotak itu, ia teringat saat Devi mengajari ilmu cara menyimpan sayur yang benar seperti apa. Ia pun jadi merindukan Raihan, saat kebersamaan dengan Reyhan juga Devi kini kenangan itu hadir kembali.Ia juga sempat menyesali dulu telah mengusir Devi malam-malam dan penyesalan itu selalu mengganggu tiap malam tidurnya.Rasty menghalau pikirannya dan membuka plastik bungkus mie itu dan langsung memasukkannya ke panci yang sudah berisi air mendidih. Ia memasukkan perlahan dan memotong beberapa cabe lalu ikut dimasukkan bersama mie tadi.Rasa rindu kepada Raihan membuat ia ingin berkunjung ke pusara RehanIngin sekali ia ke sana namun ia menyadari hari telah sore. Akhi
4Rasti pun menggeser tubuhnya sedikit ke samping meski rasa sakit yang kian mendera di area perutnya tapi tenggorokannya juga menjerit minta untuk diisi. Rasti berusaha kuat untuk mengambil air minum itu hingga naas, bukannya air minum yang ia dapatkan melainkan tubuhnya terjatuh terjerembab ke lantai dan dan infus yang ada di tangannya terlepas begitu saja hingga keluarlah darah dari tangan Rasti itu."To ... tolong," suaranya terdengar parau. Kenapa susah sekali ia bersuara. Ia meringis dan membiarkan darah menetes dari tangannya. Ia hanya bisa menatap nanar. 5 menit berlalu.Seorang perawat datang hendak mengecek keadaan Rasty.Ia terkejut saat mendapati Rasty yang sudah berada di lantai.Perawat itu pun gegas memapah Rasty dan menidurkan kembali ke atas ranjang.Bu ... Bu. Bangun, Bu!" Ia menggoyangkan badan Rasty yang kelopak matanya sudah setengah menutup.Ia gegas membetulkan letak infusnya kembali dan membersihkan darah yang berceceran ke mana-mana."Sus, A–aku mau minum," l
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIAku pun kembali mengajak orang suruhan ku ini untuk meninggalkan rumah sakit ini. Sebab aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Rasti sekarang semuanya antara aku dan Rasti sudah selesai.***POV authorDi sisi lain Devi dan Rendy yang tengah berbahagia bersama keluarga mereka sebab kehadiran calon keluarga baru di rahim Devi. Terlebih lagi Devi dan Rendy yang sangat menantikan sosok mungil itu.Devi sudah merasa tidak sabar akan kehadiran bayi yang selama ini dia impikan. "Terima kasih ya Sayang sudah memberikan calon penerus Rendy Junior disini, aku semakin cinta sama kamu aku janji akan menyayangimu dan menjagamu dengan segenap jiwaku," ucap Rendy sembari menggenggam erat tangan Devi dan mengelus perut Devi yang masih rata itu. Lantas Rendy mencium tangan Devi dan Devi pun tersenyum menanggapi ucapan Rendy yang meski terkesan gombal tapi tetaplah hal itu tulus dari dalam hati Rendy. Mungkin memang Rendy terlihat tidak sempurna karena kekurangan pada f
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBAB 70Akan tetapi setidaknya aku selama ini selalu menyenangkan hatimu bukan? jadi kurasa itu semua sudah impas atas apa yang kau berikan padaku dan atas apa yang kau dapatkan dariku," uapku sembari tersenyum mengejek pada Rasti."Dasar sialan! kau benar-benar laki-laki sialan Om! Menyesal aku pernah mengenalmu dan menyesal aku sudah memberikan segalanya padamu!" pekik Rasti sembari menatapku dengan tatapan sinisnya itu. Dia kira aku peduli dengan semua itu tentu saja tidak. Bukankah dalam sebuah hubungan itu adalah simbiosis mutualisme? gimana kita saling membutuhkan dan kita saling mendapatkan hasilnya, kurasa hal itu juga yang sedang terjadi dalam hubunganku dan juga Rasti. Rasti yang membutuhkan uang dan aku yang membutuhkan kehangatan. Bukankah hal itu adil? jadi di mana letak aku tega padanya?" gumamku dalam hati. "Enggak usah banyak drama Rasti, cepat kamu tinggalkan rumah ini sebab rumah ini sudah ada yang membeli dan sebentar lagi akan ditempati.
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIMereka pun akhirnya mau bubarkan diri tanpa menghiraukan lagi kondisi Rasti yang sebenarnya dia merasakan sakit di area perutnya itu.***POV DANUAku meremas rambutku dengan kasar aku sangat frustasi saat mengetahui kalau perusahaan yang kebangun dengan susah payah ini sudah di ujung tanduk. Hanya tinggal menghitung hari dan jam saja usaha yang kubangun dengan tetesan keringat itu pun akan bangkrut atau gulung tikar. Terpaksa aku harus mengambil kembali rumah yang sudah kuberikan untuk Rasti untuk aku jual sebagai tambahan penutup hutang-hutangku yang jumlahnya tidak sedikit. Lumayan rumah itu dijual di sekitar laku tiga ratus juta sedangkan hutangku masih sekitar dua miliar lagi. Aku pun tidak tahu harus kemana mencari kekurangan hutang yang aku miliki ini, aku sudah memperingatkan Rasti untuk segera meninggalkan rumah itu tetapi saat pembeli rumah tersebut mengatakan padaku jika rumah itu belum kosong sebab masih ditinggali oleh Rasti aku pun berinisiat
4PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIkalau begitu saya permisi dulu ya bu-pak Mari," pamit sang dokter dan akhirnya tubuhnya menghilang dari pandangan orang-orang yang ada di rumah itu.***"Selamat ya Pak ini istri bapak sudah hamil usia empat Minggu dan ini kantung janinnya juga sudah terlihat ya," ucap sang dokter pada Rendi dan juga Devi yang tengah berbaring di atas ranjang pasien dengan posisi perutnya yang sedikit terbuka untuk di USG. Rendi yang melihat dengan antusias pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas sehingga membentuk lengkungan senyum yang sangat manis begitupun dengan Devi dia merasa sangat bahagia dengan berita yang ia tahu kali ini dari suaminya saat dia baru saja tersadar dari pingsannya tadi."Alhamdulillah ya Allah Enkau akhirnya berikan titipanmu padaku setelah ujian yang kau berikan padaku selama ini," ucap Devi dalam hatinya. Setelah dokter selesai memeriksa perut Devi, Rendy pun membantu Devi untuk bangun dari posisi berbaringnya. Lantas mereka berdua mengikuti
PEMBALASAN ISTRI TERSAKITIBab 67"Hueeek!" teriak Devi sambil berlari ke arah kamar mandi seraya menutup mulutnya.Napasnya terengah-engah, tanpa aba-aba rasa mual itu hadir begitu saja. Badannya terasa begitu lemas. Ia mencoba mengeluarkan isi di dalam perutnya. Tapi semua itu terasa sia-sia, tidak ada sebutir nasi pun yang lolos dari tenggorokannya. Kedua tangannya berpegangan dengan wastafel untuk menopang badannya.Hueeek!Mual itu kembali mengganggu Devi. Ia meremas perutnya. Kini bukan hanya mual yang didera. Bertambah sudah rasa pusing menguasai dirinya.Devi merosot. Ia bersandar dengan tembok.Ia mencoba mengingat makanan apa saja yang sudah masuk di tubuhnya.Ia memejamkan matanya mengingat-ingat, ia rasa Ia hanya makan di rumah selepas kepergian makan dari pemancingan itu."Ya, aku harus menanyakan ke Ibu, apakah beliau juga keracunan," batinnya.Belum sempat ia berdiri rasa pusing itu kembali mendera hingga ia merasakan semua menjadi gelap.10 menit berlalu ...."REN!
Rasti memunguti pakaiannya satu per satu dengan Isak tangisnya. Setelah melakukan Danu pergi begitu saja meninggalkan Rasty seorang diri dengan meninggalkan beberapa lembar uang.Rasty meremas uang itu lalu melemparkannya asal. Ia beranjak dan meraih handuk. Kini ia merasa jijik dengan badannya sendiri.Berkali-kali ia membersihkan badannya dengan sabun. Menggosok terus. Bilas kasih sabun terus berulang kali hingga menimbulkan lecet di beberapa bagian tubuhnya.Tak sampai situ Ia memangkas habis rambut panjangnya. Ia benar-benar seperti sudah kehilangan hasrat dalam hidup.Ia memandangi dirinya di depan cermin. Perempuan dengan rambut yang sangat pendek, tidak rata panjang pendeknya dengan perut buncit.Rasty meraung lagi. Ia menjerit dan langsung membanting barang yang berada di sekitarnya.Terus saja ia melakukan sesuatu yang merugikannya. Ia hanya ingin melampiaskan kekecewaannya. Sampai ia merasakan kelelahan. Ia pun bersender di tembok dan merosot begitu saja. Hingga i menyad
Akhirnya mereka pun sampai ke tempat pemancingan. Satu persatu turun dari mobil.Susunan batu-batu yang dibuat seperti taman juga beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa di pintu masuk pemancingan itu membuat siapa pun yang melewati menjadi nyaman. Banyak sekali pengunjung yang bepoto di area situ.Devi meraih lengan Rendi. Mereka jalan bergandengan, dengan pelan-pelan mereka menuruni anak tangga untuk menuju ke tempat makan. Beberapa gazebo yang berjejer mereka lewati. Mereka berjalan agak menunduk untuk memberi salam yang yang berada di dalam gazebo itu. Gazebo itu memang di peruntukan untuk yang makan di sana. Per Gazebo per kelompok. Mereka terus berjalan menuju Gazebo yang berada di tengah kolam. Gazebo itu dibuat bagi siapapun yang mau makan di sana sembari lihat ikan berseliweran di bawahnya.Untuk menuju ke sana mereka harus melewati jembatan buatan. Tapak demi setapak mereka lalui. Akhirnya ada satu Gazebo yang masih kosong. Akhirnya mereka masuk dan menghenyakkan