"Sekarang apa?" tanya Jhon. Aditya menatap sedih wanita yang masih tidak berdaya di ranjang rumah sakit. Dalam beberapa lama dia hanya bisa terduduk dan menunggu di sana. Menunggu hingga Aletta terbangun dari kritisnya. Aditya bahkan rela menginap di rumah sakit demi menunggui ibunya. Dia hanya ingin bahwa orang pertama yang dilihat oleh wanita itu ketika sadar adalah dirinya.
Aditya menatap Jhon dengan putus asa. Dia belum siap meninggalkan rumah sakit untuk saat ini. Setidaknya hanya untuk saat ini. Mungkin memang lebih baik dia masih tinggal di rumah sakit untuk menunggu ibunya. Jika nanti ibunya sadarkan diri, barulah dia memikirkan apa yang harus dilakukan setelah ini."Semua orang seperti menjauhiku. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Atau mungkin lebih tepatnya sibuk dengan perasaan kacau yang saat ini melanda siapa saja yang melihat kejadian itu. Untuk sekarang lebih baik kita fokus pada apa yang harus dilakukan. Aku akan menunggu ibuku sampai dia sadJonathan mengerutkan kening dan menatap serius pada layar komputer itu. Dia memperhatikan dengan seksama siapa saja yang ada di sana. Lingkungan pelabuhan itu tampak sangat sepi apabila dilihat dari atas. Dia hanya melihat ada beberapa orang di sana yang tidak menyadari dronenya. Jonathan sedikit membulatkan matanya begitu menyadari ada penembak lain di sana. Orang yang tidak dia tahu siapakah orangnya. Bisa dibilang karena terlalu jauh dia tidak bisa mengenali wajah semua orang di sana.Bukan hanya penembak lain, dia juga melihat ada gerombolan pembuangan bensin di sekitar gudang Ibu Aletta saat dia disekap. Jonathan kembali memperhatikan rekaman itu. Dia memperhatikan dengan saksama dan terkadang mengulanginya lagi apabila merasa ada sesuatu yang dia lewatkan. Jonathan bahkan rela menghabiskan waktunya disana hanya untuk melihat rekaman itu berulang kali. Dia sedikit menyesal karena rekaman itu merekam kejadian tersebut dalam jarak yang cukup jauh sehingga dia merasa kesulitan untu
Dalam beberapa hari ini Jonathan tidak bertemu dengan Aditya. Dia sebenarnya belum mau mengganggu lelaki itu. Untuk saat ini dia membiarkan Aditya sibuk dengan urusannya sendiri, sedangkan dia masih berusaha mencari tahu hal terpenting dari kasus tersebut untuk bisa memecahkannya. Dia tahu betul bahwa saat ini Aditya masih berduka. Jadi memang paling etis dia tidak mengganggunya. Sedangkan saat itu Aditya merasa memang sudah tak bisa menahan emosinya. Lagipula selama ini dia memang tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan emosi. Dia selalu berusaha untuk memendamnya sendiri. Merasa tak bisa pula apabila harus melampiaskannya dengan menangis. Bisa dibilang dia terlalu gengsi untuk menangis, entah ketika sedang sendiri apalagi sedang berada di depan orang lain. Pada akhirnya dia pun melampiaskan semua itu pada Sandra. Menyalahkan semua pada perempuan itu atas semua yang terjadi. Dia merasa berhak untuk melampiaskan semua rasa sakitnya pada Sandra. Menurutnya, tidak ada orang yang pa
Karena tak mau melakukan sesuatu yang salah, Aditya pun memilih pergi dari sana dan membiarkan wanita itu sendirian lagi dengan kesedihannya. Setidaknya sekarang dia merasa sudah jauh lebih lega setelah memarahi Sandra. Mungkin orang bilang ini adalah suatu kekonyolan. Melampiaskan amarah pada seseorang yang sama sekali tidak memperbaiki keadaan apalagi mengembalikan semua yang sudah hilang hanyalah sesuatu yang dilakukan oleh orang bodoh. Begitu dia keluar dari tempat tersebut, dia langsung berhadapan dengan Jonathan. Dia langsung mengerutkan kening begitu melihat lelaki tersebut mendadak berdiri di depannya. Sejenak mereka hanya diam karena saling merasa bingung dan juga canggung. Aditya berjalan mendekati Jonathan. Dia bahkan hampir lupa dengan pria itu karena keadaan yang sangat kacau yang menimpa mereka saat ini. Kondisi jiwanya rasanya belum stabil, terlebih lagi ibunya yang saat ini masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Sekarang ketika dia melihat Jonathan mendadak datan
"Aku sejak dulu sangat percaya padamu, Jonathan. Aku tahu bahwa tidak mungkin kau mengarang cerita untuk kepentingan dirimu sendiri. Kau bekerja tulus untukku. Dan untuk saat ini kau tidak mengada-ngada, bukan?" Jonathan tertawa kecil mendengar pertanyaan Aditya, meskipun dalam hatinya dia tetap saja memaklumi kenapa lelaki itu sampai bertanya demikian dan dengan ekspresi seperti itu. Dia sendiri sudah menduganya bahwa Aditya tidak akan langsung percaya begitu saja dengan pertanyaannya. Entah seperti apa perasaan Aditya terhadap Catrina saat ini, hal yang Jonathan tahu bahwa barangkali itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dialami. "Untuk apa juga aku membohongimu? Dan sebaliknya aku sudah tahu bahwa reaksimu akan seperti ini. Aku tidak terlalu mengerti bagaimana hubungan kalian saat ini. Entah kau masih mencintainya atau tidak, namun hal yang perlu kamu lakukan di sini hanyalah memberitahu apa yang perlu kuberitahu. Biar bagaimanapun kita harus menyelesaikan masalah yang satu ini t
"Menurutmu, apakah etis jika aku mendobrak tempat tinggalnya ini? Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Pasti ada banyak orang yang mengira bahwa aku hendak merampok apabila masuk dengan cara paksa. Aku mungkin tidak bisa melakukan hal ini, Jonathan." Aditya mengusap rambutnya dengan kasar. Catrina tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya, sama sekali tidak membalas pesan maupun teleponnya. Bila memang terjadi suatu masalah atau perempuan itu mengetahui sesuatu tentang kasus kemarin, mungkin wajar saja apabila dia berlaku demikian. Saat ini Aditya sangat yakin bahwa Catrina mengetahui sesuatu yang membuat gadis itu merasa sedikit ketakutan dan menghindari semua orang. Namun bagaimanapun juga Aditya harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, tak peduli bagaimanapun sulitnya untuk melakukan semua itu. "Aku juga berpikir demikian. Aku tidak yakin kalau dia ada di dalam. Atau kalaupun memang dia ada di sana, mengapa dia tidak merespon panggilan kita?
Di tempat berbeda terlihat Jhon berusaha menghubungi Catrina untuk menanyakan kabar perempuan itu. Wajar saja apabila dia mengkhawatirkan Catrina saat ini. Sudah berhari-hari temannya itu tidak masuk kerja. Bukan karena Catrina tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter, melainkan karena Jhon sangat khawatir apabila terjadi sesuatu yang salah pada perempuan itu dan dia sedang tidak ada di sana. Sayang sekali, ponsel Catrina sama sekali tidak aktif. Dia sudah berkali-kali menghubungi bahkan mengirim ratusan pesan pada perempuan itu yang sama sekali tidak dibalas hingga sekarang. Dia malah frustasi sendiri. Dia juga sudah berusaha bertanya pada orang yang mengenal Catrina dengan baik. Berharap salah satu di antara mereka mengetahui di mana keberadaan perempuan itu sekarang. Namun bukannya memberitahu, mereka malah bertanya balik padanya. Jelas itu semakin membuatnya frustasi dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mencari Catrina yang keberadaannya tidak diketahui saat ini.
Aditya langsung menggeleng sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Jhon. Entah kenapa untuk saat ini dia hanya merasa bahwa masalah tentang Catrina lebih baik diketahui hanya oleh dirinya dan juga Jonathan. Dia belum siap memberitahu hal itu pada orang lain. Lagipula, bisa dibilang untuk saat ini itu bisa menjadi urusan pribadi. Dia tidak mau membuat semua orang terlalu terkejut atau membuat mereka mungkin menuduhnya telah berlaku tidak menyenangkan pada perempuan itu. "Tidak, aku hanya sedikit kelelahan. Eh, bagaimana keadaan ibuku? Apa ada kemajuan?" Jhon membuang napas sebelum kemudian mengangguk pelan. Mereka menatap Aletta yang masih terbaring di sana. Wanita itu belum menunjukkan tanda akan sadar dari kritisnya. Namun Jhon sudah memeriksa kondisi Aletta dan memastikan bahwa wanita itu semakin membaik dan mungkin tak butuh waktu lama untuk sadar kembali. "Ya, kurasa kondisinya semakin membaik. Kau tidak perlu terlalu khawatir untuk saat ini. Aku yakin sebentar lagi ibumu akan s
Jonathan berusaha mencari sesuatu seperti keinginan Aditya. Dalam beberapa lama bahkan dia tidak mengabari lelaki itu sebelum dia mendapatkan informasi penting tentang dua pria tersebut. Dia sudah tahu tentang Catrina, meski mungkin tidak sepenuhnya mengetahui semua kehidupan perempuan itu. Namun ketika mengetahui Catrina adalah putri dari Indra Buana itu sudah sangat cukup baginya. Berbagai cara dia lakukan agar bisa mendapatkan sedikit saja tentang keberadaan dua orang itu, termasuk pula dengan cara bertanya pada beberapa orang yang tinggal tak jauh dari tempat kejadian. Jonathan tidak peduli entah sesulit dan selama apapun tugasnya kali ini. Dia sudah terbiasa dengan tugas yang melelahkan sekaligus rumit. Hal yang paling penting adalah Aditya mendapatkan sesuatu seperti ekspektasinya. Aditya saat ini masih berusaha memulihkan kondisi, baik kondisinya sendiri atau juga kondisi sekarang yang amburadul. Dia memutuskan untuk mulai mengurusi perusahaan ayahnya itu. Dia sadar bahwa jik