Jonathan berusaha mencari sesuatu seperti keinginan Aditya. Dalam beberapa lama bahkan dia tidak mengabari lelaki itu sebelum dia mendapatkan informasi penting tentang dua pria tersebut. Dia sudah tahu tentang Catrina, meski mungkin tidak sepenuhnya mengetahui semua kehidupan perempuan itu. Namun ketika mengetahui Catrina adalah putri dari Indra Buana itu sudah sangat cukup baginya. Berbagai cara dia lakukan agar bisa mendapatkan sedikit saja tentang keberadaan dua orang itu, termasuk pula dengan cara bertanya pada beberapa orang yang tinggal tak jauh dari tempat kejadian. Jonathan tidak peduli entah sesulit dan selama apapun tugasnya kali ini. Dia sudah terbiasa dengan tugas yang melelahkan sekaligus rumit. Hal yang paling penting adalah Aditya mendapatkan sesuatu seperti ekspektasinya. Aditya saat ini masih berusaha memulihkan kondisi, baik kondisinya sendiri atau juga kondisi sekarang yang amburadul. Dia memutuskan untuk mulai mengurusi perusahaan ayahnya itu. Dia sadar bahwa jik
Saat itu Aditya belum menyadarinya karena masih terlalu sibuk berbicara dengan Jonathan perihal dua orang asing yang saat ini mereka selidiki. Dia berada di ruangannya saat jam kerja dan tengah menelepon Jonathan. "Aku tidak mendengar kabarmu dalam beberapa lama. Apa kau sudah mendapatkan informasi atau sesuatu tentang dua orang itu?" Aditya bertanya. Sedangkan di seberang sana Jonathan sepertinya sedang sibuk. Tak ada suara yang dia dengar. Dia yakin bahwa saat ini Jonathan sedang berada di tempat yang sepi. Mungkin sedang mengumpulkan informasi yang berhasil dia dapat hari itu dan mencoba memecahkan masalah atau mengambil sebuah kesimpulan. "Tidak, aku belum mengetahui apa pun tentang dua orang itu. Justru karena itulah aku tidak mengabarimu beberapa hari ini. Aku akan langsung meneleponmu atau langsung menemui apabila telah mendapatkan sesuatu yang penting. Kau hanya perlu duduk diam dan menunggu informasi dari kunanti. Aku yakin saat ini kau juga masih sibuk
Seperti sebelumnya, Aditya sama sekali tidak pernah berpikir bahwa dia belum bisa menghandle semua hal tentang perusahaan itu sendirian tanpa bimbingan dari orang lain. Dia masih terlalu pusing dengan masalahnya saat ini. Belum lagi dia harus membagi waktu untuk menjaga ibu dan ibu sambungnya, dia rasanya belum terlalu tepat untuk menggantikan posisi ayahnya. Ada banyak hal yang tidak bisa diurus sendiri dan tentu saja membuatnya sedikit stress. Perusahaan itu bisa dibilang sudah berada di ambang batas. Perusahaan itu kehilangan supir yang selama ini mengurusi semua hal yang ada di sana. Sekarang semuanya tampak kacau dan ricuh. Aditya mengira bahwa dia mungkin saja masih bisa menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi di sana, namun dia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa salah satu masalah yang terjadi disana adalah hilangnya beberapa dokumen penting bahkan juga properti milik perusahaan mendadak hilang begitu saja. Sebenarnya waktu itu juga ada dokumen yang sudah h
Yang jelas Aditya menjadi perasa dan memikirkan segala hal kecil padahal sebenarnya tidak mungkin Jonathan merasa kesal padanya."Maaf, kalau menurutmu aku mengganggu malam ini. Aku meneleponmu bukan untuk membahas masalah itu. Bahkan untuk sekarang ini akan lebih baik jika kamu melupakannya sejenak dan mendengarkan apa yang akan kukatakan ini." Aditya di sana menebak bahwa barangkali Jonathan merasa tertarik ketika dia mengatakan hal itu. Jonathan tidak menjawab dalam beberapa detik hingga kemudian Aditya melanjutkan kalimatnya. "Ada masalah baru yang terjadi di perusahaan. Semuanya tampak kacau dalam beberapa hari terakhir ini. Aku merasa tidak bisa menanganinya sendirian. Kau tahu bahwa untuk saat ini aku belum bisa bekerja sebaiknya yang dilakukan oleh ayahku. Ada beberapa dokumen penting yang hilang dan juga properti maupun aset sudah pergi begitu saja. Seakan hilang ditelan bumi. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, tapi aku yakin kau memahami pe
Memang tak butuh waktu lama bagi Jonathan dan gengnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan. Dengan sangat berhati-hati dia memeriksa semua kejanggalan yang terjadi di dalam perusahaan tersebut. Dan memang bisa dibilang cukup mudah baginya untuk mengetahui siapa pelaku dari menghilangnya semua dokumen penting maupun sebagian aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dia mulai memeriksa semuanya, dari CCTV, beberapa kesaksian orang-orang yang menjadi bagian dari kantor tersebut, bahkan ada beberapa bukti kecil lain yang membuatnya semakin yakin bahwa apa yang dia pikirkan saat ini seratus persen tepat adanya. Jonathan yang berminggu-minggu ini bekerja keras mencari pelaku di gudang waktu itu hingga permasalahan di dalam perusahaan, tampaknya tidak perlu berpikir panjang untuk memberitahu semua hal itu pada Aditya. Dia tahu bahwa Aditya sudah cukup sabar menangani semua ini sendirian. Dia tidak pernah memikirkan bagaimana reaksi lelaki itu
Aditya yang mengetahui hal tersebut langsung saja geram. Dia sama sekali tidak memikirkan apa yang diinginkan oleh dua orang itu terhadap dirinya sehingga tega melakukan hal semacam ini. Awalnya memang tahu betapa brengseknya mereka, tapi Aditya menyangka jika mereka hanya serakah terhadap hartanya saja dan tidak sampai hati jika membahayakan keselamatan orang lain apalagi sampai melenyapkan nyawa seseorang."Aku harus mendapat jawaban dari mereka. Kau tahu bahwa aku tidak akan mungkin membiarkan mereka kabar begitu saja tanpa menjelaskan sepatah kata padaku. Mereka harus menjelaskan semua tujuan atau alasan mereka melakukan hal semacam ini. Aku ingin kau mencarinya." Perkataan tegas dari Aditya sudah menjadi sinyal hijau bagi Jonathan. Bahkan tanpa disuruh sekalipun dia akan tetap mencari dua orang tersebut dan membawanya kembali ke hadapan Aditya. "Apa yang akan kau lakukan pada mereka berdua jika aku berhasil membawanya kembali?" tanya Jonathan. Aditya sejenak menghilang tanda b
"Lantas dari mana saja kau selama ini? Di mana tempat persembunyianmu selama ini? Aku tidak mengerti masalah apa yang sedang kau hadapi, namun yang jelas aku ingin membicarakan sesuatu bersamamu. Dan tentu saja aku bersyukur kau mendadak datang sekarang setelah beberapa hari kemarin kau tidak menjawab telepon dan tidak membalas ratusan pesanku itu." Catrina menarik napas panjang. Dia masih sedikit takut apabila harus menjelaskan semuanya pada Aditya hari ini. Ia menatap gelisah pada Jonathan. Dalam hatinya, dia hanya ingin berbicara dengan Aditya saat ini tanpa disaksikan atau didengar oleh orang lain. Baginya, bisa dibilang ini merupakan urusan pribadi antara dirinya dan Aditya. Apa pun status Jonathan saat ini, dia hanya tidak ingin lelaki itu ada di sana. Jonathan yang menyadari tatapan gelisah dari Catrina pun langsung mengerti apa maksud perempuan itu bahkan juga bisa membaca bagaimana perasaannya saat ini. Tanpa sepatah kata Jonathan pun berlalu dari sana,
Aditya semakin diam, dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia membeku menatap Catrina yang saat ini masih menunduk dan semakin tidak berani menatap mata Aditya. Aditya mengerti bahwa barangkali perempuan itu sangat merasa ketakutan terhadap dirinya. Catrina takut Aditya akan melakukan sesuatu yang buruk setelah mengetahui semua kenyataan ini. Namun, tentu saja dia tidak akan melakukan hal semacam itu terhadap perempuan. Biar bagaimanapun dia masih memiliki harga diri dan perasaan terhadap Catrina. Dari awal perasaannya pada Catrina tulus, Aditya mencintainya sungguh-sungguh dan akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dia lakukan terhadap wanita yang pernah ditidurinya itu. Melampiaskan kemarahannya apalagi dengan cara memukul Catrina hanya akan membuatnya malu. Dia masih berusaha mencerna perkataan Catrina. Ada rasa tidak percaya dalam dirinya setelah mengetahui kenyataan itu. Namun, biar bagaimanapun Catrina adalah orang yang berada di lokasi tersebut. "Aku yakin tidak ada gunany
"Aditya kamu gak apa-apa?" teriak Jonathan panik dan segera melindungi Aditya jika saja ada serangan lagi dari Indra."Indra apa kau ingin mati!" seru Jonathan ke arah Indra."Ayolah kita sebaiknya mati bersama-sama." Balas Indra sambil bersiap kembali menarik pelatuk.Jonathan tidak bisa membiarkan Aditya, anak buahnya maupun dia mati begitu saja, akhirnya dengan spontan tanpa sengaja menarik pelatuk dan tembakan itu mendarat tepat di dada Indra yang langsung terpental hingga jatuh ke dalam air laut di belakangnya.Semua orang terdiam, Aditya tampak terperanjat kaget saat Indra terjatuh dan tak terlihat lagi berdiri di depannya."Aditya ayo pergi." Ajak Jonathan sambil menarik lengan temannya itu, dia tak peduli keadaan Indra."Kamu yakin dia sudah mati?" tanya Aditya, lalu berdiri dan melihat laut.Wajah Aditya tersenyum puas kala melihat tubuh Indra yang tersangkut oleh jaring, pria itu tampak masih berusaha bertahan sambil menahan rasa sakit."Belum mati rupanya." Dengus Jonathan
Aditya tampak tak peduli dengan perkataan temannya itu, dia segera pergi dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Jonathan sepertinya kini tak bisa mencegah Aditya lagi, dia menebak jika Aditya tahu kalau dia memiliki rencana terselubung."Maafkan aku kawan, aku tahu kamu berbuat begini karena ingin membuatku tetap aman." Batin Aditya mendesah saat dia menebak-nebak rencana yang dibuat temannya itu.Aditya berjalan semakin jauh menuju sebuah pelabuhan yang disana sudah mulai dipadati beberapa orang, mereka tampak bersiap untuk menurunkan barang dari kapal besar yang baru saja berlabuh.Kedua mata Aditya berkeliling mencari seseorang di sekitar sana, dengan wajah yang tegas dan pandangan yang tajam akhirnya tatapan matanya berhenti pada seseorang yang sedang duduk sambil melihat ke arah kapal di depannya.Jonathan mengawasi tatapan Aditya dan dia juga melihat sosok itu, Aditya akan melangkah pergi tapi Jonathan segera mencegahnya."Tunggulah disini, serahkan dia padaku." Kata Jonathan.Adity
Tidak ada manusia normal manapun yang akan baik-baik saja kalau dalam waktu dekat kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Begitulah kiranya perasaan Aditya dan Jonathan dapat memahaminya, makanya dia harus waspada serta menyerahkan penangkapan Indra pada para pengikutnya agar keselamatan Aditya lebih terjamin daripada dia sendiri yang menangkapnya.Jonathan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan para pengikutnya untuk memberikan perintah tanpa sepengetahuan Aditya.Waktu sudah sangat larut, keadaan dermaga juga tidak terlalu ramai seperti saat siang. Mungkin karena di siang hari banyak kapal-kapal kecil yang singgah, sedangkan malam tidak ada.Suara klakson kapal feri yang baru datang terdengar nyaring dan menggema, Aditya mulai waspada."Ayo cepat kita kesana, mungkin pria itu akan menaiki kapal feri itu." Ajak Aditya sambil menunjuk."Tenanglah ada pengikut kita di depan, pergerakan mereka lebih smooth dibanding kita berdua." Jawab Jonathan disertai senyuman
Jonathan melajukan kendaraannya dengan cepat, adrenalinnya benar-benar terpacu saat dia tahu akan menangkap penjahat itu. Penjahat yang sudah mengambil nyawa penolong keluarganya yaitu tuan Fajar, dia juga memiliki dendam bukan hanya Aditya saja."Aku juga sudah menghubungi ayahku, biarkan anak buahnya berjaga di pelabuhan agar penjahat itu tidak bisa pergi kemanapun.""Good job." Puji Aditya.Jonathan melirik sebentar, dia sangat senang ketika temannya itu bersemangat lagi.Perjalanan cukup jauh meskipun Jonathan sudah memacu kendaraannya dengan cepat, mereka berangkat dari pusat kota dan menuju ke pesisir pantai dimana Indra terlihat. Sementara Aditya tidak mau hanya diam saja dan menyia-nyiakan waktu berharganya itu, dengan cekatan dia terlihat merakit senjata api yang sudah disiapkan oleh Jonathan di kursi penumpang."Kamu memilih senjata kecil itu?" tanya Jonathan disela-sela memacu kendaraannya."Hem." Jawab Aditya pendek."Aku ingin membunuhnya perlahan dari jarak terdekat kami
Sementara Aditya belum cukup puas memandangi wajah Catrina untuk terakhir kalinya, namun kini paramedis seakan memaksanya harus segera berpisah dengan wanita itu. Benar saja apa kata teman-temannya dan Sandra, kalau dia akan menyesalinya."Tolong, biarkan aku sebentar lagi. Tolonglah…." Pinta Aditya memohon."Maafkan kami tuan Aditya, jasadnya harus segera kami bersihkan sebelum terlambat." Kata-kata paramedis itu benar-benar menyakiti hati Aditya, "bukankah memang sudah terlambat? Dia sudah mati, apalagi yang membuat semua ini tidak terlambat?""Dia tidak akan hidup lagi, bukankah semuanya sudah terlambat?""Ya beliau memang sudah tiada, tubuhnya kaku dan kulitnya mulai membiru. Apa Anda akan puas saat tubuh ini mulai membusuk? Apa itu yang Anda inginkan?" balas paramedis tersebut.Rasanya jantung Aditya berhenti berdetak, dia menyesali segalanya tapi dia juga masih ingin melihat wajah Catrina untuk beberapa saat lagi."Sudahlah ikhlaskan dia, kasihan tubuhnya." Kata Jonathan sambil
Sandra terus berbicara agar anak sambungnya itu sadar dari sikap omong kosongnya itu."Aditya dengarkan saya sekali ini_""Sejak kapan saya tidak pernah mendengarkanmu? Bukankah selama ini saya selalu menurut?" potong Aditya bertanya.Sandra menghela napas, dia juga tahu kalau putra sambungnya ini sedang dalam proses depresi akut. Hanya saja tingkat depresinya sangat mengkhawatirkan, yang lain bisa menangis, bersedih, menyalahkan diri sendiri atau marah-marah untuk meluapkan emosinya. Tapi Aditya hanya diam saja tanpa melakukan apapun, masalahnya jika dia tidak menghalangi orang-orang untuk mengurus mayat Catrina tidak jadi masalah mau bersikap begini, tapi Aditya menghalangi dan mengacaukan segalanya."Maksud ibu, apa harus ibumu yang langsung bicara padamu? Ibumu sekarang masih lemah dan terbaring di rumah sakit, tapi ibumu masih baik-baik saja. Sementara Catrina… dia sudah tiada, tubuhnya butuh segera diurus.""Lalu… apa kamu juga menganggap aku sehat sampai bisa datang kesini? Tid
"Jo kamu harus hubungi seseorang." Kata Jhon setelah dia ingat sesuatu."Siapa?" tanya Jo penasaran."Orang tuanya, siapa tahu dia mau nurut." Jawab Jhon."Ah_"Jonathan akhirnya teringat seseorang yang mungkin saja bisa membujuk Aditya yang keras kepala itu. Akhirnya dia segera menghubungi orang tersebut agar segera datang, untungnya orang itu tidak sulit untukdia hubungi."Sudah, kita tunggu saja semoga nyonya besar cepat datang." Kata Jonathan pada Jhon.Jhon tampak mengelus-elus dadanya, sepertinya pria itu merasa sedikit lega. Tidak ada yang bisa dia lakukan, dia juga tidak bisa melihat Catrina secara langsung selain dari balik kaca ruangan tersebut karena Aditya duduk tepat di depan pintu ruangan itu dan menghalangi siapapun yang akan memasuki ruangan itu.Sedangkan Jonathan dengan perlahan tampak berjalan mendekati Aditya."Hey ayolah, kasian dia." Masih berusaha membujuk.Jonathan lalu berjongkok agar bisa berbicara lebih dekat dengan atasan sekaligus sahabatnya itu."Tuan Adi
Aditya tidak menjawab, bahkan dia enggan untuk masuk dan melihat wajah Catrina yang terakhir kalinya. Dia memilih berdiam diri dan duduk di luar ruangan tempat tubuh tak bernyawa Catrina terlentang dengan tenang."Tolong beri aku ruang Jo, tinggalkan aku sendirian bersama Catrina. Siapapun yang masuk cegahlah, jangan biarkan siapapun mengganggu kami." Pinta Aditya terdengar lesu.Jonathan mengangguk lalu menjauh, dari kejauhan itu dia menghubungi para penjaga Aditya juga teman satu gengnya agar datang ke rumah sakit dan menjaga Aditya yang sedang sedih.Namun tampaknya Aditya masih belum masuk untuk menemui Catrina, para dokter dan staf rumah sakit sudah sangat khawatir dengan jasad Catrina yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja karena bagaimanapun juga Catrina sudah meninggal."Bagaimana ini? Jasad tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya berilah kami waktu untuk memandikannya, semakin kaku jasadnya akan semakin sulit kita urus." Celetuk seorang paramedis di rumah sakit tersebu
"Kami tahu, teman saya ini hanya asal bicara saja." jawab Aditya sedikit ketus."Oh iya Jo, dia kabur dimana?" lanjutnya bertanya pada Jonathan."Di rumah sakit, tadi di lobby." Jawab Jonathan.Aditya terdiam, jarak antara ruangan dia dan Lobby memang sangat jauh karena dia berada di gedung yang berbeda dan berada di atas beberapa lantai dari Lobby utama rumah sakit tersebut."Bilangnya mau ke toilet dulu, mau membersihkan diri sebelum bertemu putrinya. Eh siapa sangka kalau itu hanya akal bulus untuk mengelabui semua petugas." "Lagipula para petugas bodoh ini benar-benar terlalu meremehkan si tua bangka itu."Jonathan menjelaskan semua yang terjadi di bawah tadi, karena kebetulan dia mengikuti mobil para petugas yang membawa Indra. Siapa tahu apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi, Indra benar-benar kabur. Hanya saja Jonathan pikir kalau Indra akan kabur di perjalanan, tapi rupanya orang itu lebih nekad lagi.Tepat setelah Jonathan berbicara demikian, terdengar ada pengumuman cod