"Aku sejak dulu sangat percaya padamu, Jonathan. Aku tahu bahwa tidak mungkin kau mengarang cerita untuk kepentingan dirimu sendiri. Kau bekerja tulus untukku. Dan untuk saat ini kau tidak mengada-ngada, bukan?" Jonathan tertawa kecil mendengar pertanyaan Aditya, meskipun dalam hatinya dia tetap saja memaklumi kenapa lelaki itu sampai bertanya demikian dan dengan ekspresi seperti itu. Dia sendiri sudah menduganya bahwa Aditya tidak akan langsung percaya begitu saja dengan pertanyaannya. Entah seperti apa perasaan Aditya terhadap Catrina saat ini, hal yang Jonathan tahu bahwa barangkali itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dialami. "Untuk apa juga aku membohongimu? Dan sebaliknya aku sudah tahu bahwa reaksimu akan seperti ini. Aku tidak terlalu mengerti bagaimana hubungan kalian saat ini. Entah kau masih mencintainya atau tidak, namun hal yang perlu kamu lakukan di sini hanyalah memberitahu apa yang perlu kuberitahu. Biar bagaimanapun kita harus menyelesaikan masalah yang satu ini t
"Menurutmu, apakah etis jika aku mendobrak tempat tinggalnya ini? Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Pasti ada banyak orang yang mengira bahwa aku hendak merampok apabila masuk dengan cara paksa. Aku mungkin tidak bisa melakukan hal ini, Jonathan." Aditya mengusap rambutnya dengan kasar. Catrina tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya, sama sekali tidak membalas pesan maupun teleponnya. Bila memang terjadi suatu masalah atau perempuan itu mengetahui sesuatu tentang kasus kemarin, mungkin wajar saja apabila dia berlaku demikian. Saat ini Aditya sangat yakin bahwa Catrina mengetahui sesuatu yang membuat gadis itu merasa sedikit ketakutan dan menghindari semua orang. Namun bagaimanapun juga Aditya harus tahu apa yang sebenarnya terjadi, tak peduli bagaimanapun sulitnya untuk melakukan semua itu. "Aku juga berpikir demikian. Aku tidak yakin kalau dia ada di dalam. Atau kalaupun memang dia ada di sana, mengapa dia tidak merespon panggilan kita?
Di tempat berbeda terlihat Jhon berusaha menghubungi Catrina untuk menanyakan kabar perempuan itu. Wajar saja apabila dia mengkhawatirkan Catrina saat ini. Sudah berhari-hari temannya itu tidak masuk kerja. Bukan karena Catrina tidak melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter, melainkan karena Jhon sangat khawatir apabila terjadi sesuatu yang salah pada perempuan itu dan dia sedang tidak ada di sana. Sayang sekali, ponsel Catrina sama sekali tidak aktif. Dia sudah berkali-kali menghubungi bahkan mengirim ratusan pesan pada perempuan itu yang sama sekali tidak dibalas hingga sekarang. Dia malah frustasi sendiri. Dia juga sudah berusaha bertanya pada orang yang mengenal Catrina dengan baik. Berharap salah satu di antara mereka mengetahui di mana keberadaan perempuan itu sekarang. Namun bukannya memberitahu, mereka malah bertanya balik padanya. Jelas itu semakin membuatnya frustasi dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mencari Catrina yang keberadaannya tidak diketahui saat ini.
Aditya langsung menggeleng sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Jhon. Entah kenapa untuk saat ini dia hanya merasa bahwa masalah tentang Catrina lebih baik diketahui hanya oleh dirinya dan juga Jonathan. Dia belum siap memberitahu hal itu pada orang lain. Lagipula, bisa dibilang untuk saat ini itu bisa menjadi urusan pribadi. Dia tidak mau membuat semua orang terlalu terkejut atau membuat mereka mungkin menuduhnya telah berlaku tidak menyenangkan pada perempuan itu. "Tidak, aku hanya sedikit kelelahan. Eh, bagaimana keadaan ibuku? Apa ada kemajuan?" Jhon membuang napas sebelum kemudian mengangguk pelan. Mereka menatap Aletta yang masih terbaring di sana. Wanita itu belum menunjukkan tanda akan sadar dari kritisnya. Namun Jhon sudah memeriksa kondisi Aletta dan memastikan bahwa wanita itu semakin membaik dan mungkin tak butuh waktu lama untuk sadar kembali. "Ya, kurasa kondisinya semakin membaik. Kau tidak perlu terlalu khawatir untuk saat ini. Aku yakin sebentar lagi ibumu akan s
Jonathan berusaha mencari sesuatu seperti keinginan Aditya. Dalam beberapa lama bahkan dia tidak mengabari lelaki itu sebelum dia mendapatkan informasi penting tentang dua pria tersebut. Dia sudah tahu tentang Catrina, meski mungkin tidak sepenuhnya mengetahui semua kehidupan perempuan itu. Namun ketika mengetahui Catrina adalah putri dari Indra Buana itu sudah sangat cukup baginya. Berbagai cara dia lakukan agar bisa mendapatkan sedikit saja tentang keberadaan dua orang itu, termasuk pula dengan cara bertanya pada beberapa orang yang tinggal tak jauh dari tempat kejadian. Jonathan tidak peduli entah sesulit dan selama apapun tugasnya kali ini. Dia sudah terbiasa dengan tugas yang melelahkan sekaligus rumit. Hal yang paling penting adalah Aditya mendapatkan sesuatu seperti ekspektasinya. Aditya saat ini masih berusaha memulihkan kondisi, baik kondisinya sendiri atau juga kondisi sekarang yang amburadul. Dia memutuskan untuk mulai mengurusi perusahaan ayahnya itu. Dia sadar bahwa jik
Saat itu Aditya belum menyadarinya karena masih terlalu sibuk berbicara dengan Jonathan perihal dua orang asing yang saat ini mereka selidiki. Dia berada di ruangannya saat jam kerja dan tengah menelepon Jonathan. "Aku tidak mendengar kabarmu dalam beberapa lama. Apa kau sudah mendapatkan informasi atau sesuatu tentang dua orang itu?" Aditya bertanya. Sedangkan di seberang sana Jonathan sepertinya sedang sibuk. Tak ada suara yang dia dengar. Dia yakin bahwa saat ini Jonathan sedang berada di tempat yang sepi. Mungkin sedang mengumpulkan informasi yang berhasil dia dapat hari itu dan mencoba memecahkan masalah atau mengambil sebuah kesimpulan. "Tidak, aku belum mengetahui apa pun tentang dua orang itu. Justru karena itulah aku tidak mengabarimu beberapa hari ini. Aku akan langsung meneleponmu atau langsung menemui apabila telah mendapatkan sesuatu yang penting. Kau hanya perlu duduk diam dan menunggu informasi dari kunanti. Aku yakin saat ini kau juga masih sibuk
Seperti sebelumnya, Aditya sama sekali tidak pernah berpikir bahwa dia belum bisa menghandle semua hal tentang perusahaan itu sendirian tanpa bimbingan dari orang lain. Dia masih terlalu pusing dengan masalahnya saat ini. Belum lagi dia harus membagi waktu untuk menjaga ibu dan ibu sambungnya, dia rasanya belum terlalu tepat untuk menggantikan posisi ayahnya. Ada banyak hal yang tidak bisa diurus sendiri dan tentu saja membuatnya sedikit stress. Perusahaan itu bisa dibilang sudah berada di ambang batas. Perusahaan itu kehilangan supir yang selama ini mengurusi semua hal yang ada di sana. Sekarang semuanya tampak kacau dan ricuh. Aditya mengira bahwa dia mungkin saja masih bisa menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi di sana, namun dia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa salah satu masalah yang terjadi disana adalah hilangnya beberapa dokumen penting bahkan juga properti milik perusahaan mendadak hilang begitu saja. Sebenarnya waktu itu juga ada dokumen yang sudah h
Yang jelas Aditya menjadi perasa dan memikirkan segala hal kecil padahal sebenarnya tidak mungkin Jonathan merasa kesal padanya."Maaf, kalau menurutmu aku mengganggu malam ini. Aku meneleponmu bukan untuk membahas masalah itu. Bahkan untuk sekarang ini akan lebih baik jika kamu melupakannya sejenak dan mendengarkan apa yang akan kukatakan ini." Aditya di sana menebak bahwa barangkali Jonathan merasa tertarik ketika dia mengatakan hal itu. Jonathan tidak menjawab dalam beberapa detik hingga kemudian Aditya melanjutkan kalimatnya. "Ada masalah baru yang terjadi di perusahaan. Semuanya tampak kacau dalam beberapa hari terakhir ini. Aku merasa tidak bisa menanganinya sendirian. Kau tahu bahwa untuk saat ini aku belum bisa bekerja sebaiknya yang dilakukan oleh ayahku. Ada beberapa dokumen penting yang hilang dan juga properti maupun aset sudah pergi begitu saja. Seakan hilang ditelan bumi. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, tapi aku yakin kau memahami pe