“Rere, maukah kau menjadi pendamping hidupku?”
Di antara hamparan tanaman padi yang mulai menguning, udara sejuk terasa menyegarkan,di tengah sawah terdapat sebuah gubuk yang begitu nyaman untuk menikmati indahnya suasana sawah di hari itu. Di gubug ini pula Juna menyatakan cintanya pada Rere. Dengan duduk berdua di gubuk, sambil menikmati udara yang segar.
Mendengar perkataan Juna yang dengan jelas menyatakan cinta dan berniat untuk menikahinya, Rere terharu. Perasaannya tak menentu. Antara bahagia dan bingung dengan jawaban yang harus dia sampaikan pada Juna. Wajah Rere tersipu, pipinya merona merah. Sementara Juna yang telah mengutarakan maksud hatinya, merasa lega. Begitulah cara Juna mengutarakan cintanya. Dia bertujuan untuk menikah. Bukan seperti kebanyakan remaja yang suka gonta ganti pacar.
Rere yang tidak menyangka mendapat pertanyaan itu tidak bisa menjawab, dia hanya tersenyum. Tapi Juna bisa membaca arti senyum dari sang gadis pujaannya itu. Perasaan Juna sangat lega dan bahagia bisa mengungkapkan isi hatinya pada gadis pujaannya. Rere juga demikian, tanpa dia sangka Juna mengungkapkan rasa cinta kepadanya. Karena waktu yang semakin panas, mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing masing.Sampai di rumah Rere menuliskan semua yang terjadi padanya hari ini ke buku diarynya. Kehidupanya di tulis di buku. Baik itu kisah ceria,suka maupaun duka.
Rere berasal dari keluarga yang sederhana dan mempunyai dua orang saudara. Orang tuanya baik, dan bijaksana. Beliau berdua bekerja sebagai Guru. Mereka sekeluarga hidup rukun, saling membantu antar anggota keluarga. Kesibukan Rere tiap bari adalah sebagai tenaga honorer di sebuah kantor pemerintah yang berada lain kecamatan dengan tempat tinggalnya. Dia seorang yang supel, mudah bergaul sehingga tidak heran Rere mempunyai banyak teman dikantor maupun di rumah tempat tinggalnya. Walaupun dia ceria, banyak teman dan sering di ajak cuthat oleh teman temannya, tapi Rere sendiri tak demikian, dia lebih banyak menutup diri bila sedang ada masalah. Dia tidak mudah berbagi cerita untuk menguragi masalah yang dia hadapi. Bila terjadi demikian Rere hanya menulis tentang apa yang di keluhkan atau apapun yang di inginkan.
Seperti gadis pada umumnya, Rere juga punya banyak teman laki laki dan perempuan yang usianya sebaya. Ada beberapa teman lelaki yang mencoba mendekatinya dan ingin menjalin hubungan spesial dengannya, tapi mereka semua tak dapat sinyal positif, Rere lebih menganggap mereka teman biasa dengan alasan bila terjadi hubungan istimewa atau lebih, bila suatu saat terjadi ketidak cocokan hanya akan menimbulkan sakit hati dan dapat memutuskan tali silaturrahmi. Maka dari itu dia lebih suka dengan cara bersahabat dengan teman teman lekakinya. Urusan jodoh dia pasrahkan pada Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak.
Enam bulan sebelumnya...
Di dekat kantor tempat kerja Rere ada sekolah. Salah satu guru di sekolah tersebut juga kanal dengan Rere. Dia bernama Juna. Saat berkenalan Juna menjelaskan bahwa dia berasal dari luar wilayah tersebut. Dia mempunyai empat saudara. Karena Rere seorang yang mudah beradaptasi, maka antara Rere dan Juna pun cepat akrab. Juna adalah seorang yang pendiam, tak banyak berkata bila hal itu tak perlu, dia orang yang punya kemauan keras, dan harus bisa mewujudkan apa yang sudah di inginkannya, dia orang yang pandai. Juna juga berasal dari keluarga yang sederhana.
Karena tempat kerja keduanya berdekatan mereka sering bertemu.Ternyata diam- diam Juna sering memperhatikan Rere. Suatu hari ada tugas kantor yang harus di laksanakan Rere untuk mengunjungi sekolah di mana Juna mengajar.Tanpa disangka, Juna mengajukan pertanyaan di luar dugaannya.
Juna bertanya pada Rere,”Mbak, apakah kamu sudah punya teman dekat?’
Satu pertanyaan yang cukup membuat Rere terkejut karena mereka baru berkenalan, tapi Rere tak kehilangan akal.
Dia jawab sambil bergurau,”Maksudnya apa? Kok tanya begitu?’’
Rere menjawab dengan santai. Sambil melanjutkan menjawab pertanyaan dari Juna,
”Kalau teman aku memang punya banyak, untuk teman dekat, itu tergantung,”, jawab Rere ringan sambil mengambil air mineral yang ada di meja.
Kemudian melanjutkan jawabannya,” Yang di tanyakan ini dekat rumah atau dekat apa?’’Jawab Rere sambil tertawa ringan.
Mendengar jawaban begitu Juna juga ikut tersenyum. Itulah awal mula antara Rere dan Juna bertemu bertambah akrab lebih mengenal satu dengan yang lain, hingga akhirnya Juna menyatakan cinta pada Rere di antara hamparan padi yang mulai menguning.
Hari hari berikutnya Rere melaksanakan aktifitas seperti biasa, Juna juga demikian. Tapi sekarang, setelah mereka berdua sering bertemu dan Juna juga sudah mengungkapkan isi hatinya pada Rere. Juna lebih sering memperhatikan Rere tanpa di sadari Rere. Suatu hari Juna mengajak Rere bertemu dan mengajak untuk pergi salah satu tempat wisata yang cukup jauh dari rumahnya. Tempat Wisata yang biasa di sebut Waduk Pacal, di sisinya banyak sekali pohon yang rindang, membuat udara menjadi sejuk. Tak banyak asap polusi. Air di waduk yang cukup jernih membuat siapapun akan betah berada di sini, untuk menikmati udara segar, air yang jernih pemandangan yang indah. Rere dan Juna tiba di tempat yang di tuju. Setelah menitipkan kendaraan di tempat parkir Rere dan Juna menuju tempat wisata yang sudah ramai pengunjung karena hari ini memanglibur sekolah.
Sambil berjalan Juna berkata,”Udaranya seger ya?”.
Rere menjawab,” Ya iyalah,banyak pohon di sini,ndak ada kendaraan soalnya,makanya udaranya sejuk dan segar”.
Sambil berjalan menyusuri jalan setapak akhirnya ada sebuag tempat duduk kosong yang bisa Rere dan Juna gunakan. Juna mengajak untuk istirahat sambil menikmati segarnya udara di tempat itu.
Juna berkata, “ Re,aku menjalin hubungan ini bukan untuk main main saja,aku berniat untuk segera melamarmu”,
”Apakah kamu serius dan yakin untuk berumahtangga denganku? Kata Rere ragu.
Kemudian melanjutkan pertanyaan lagi,” Kamu kan belum lama mengenalku? Banyak sekali kekuranganku yang belum kamu ketahui?”
Juna menjawab pertanyaan Rere,”Aku sudah yakin dengan keputusanku, aku akan memintamu kepada orang tuamu.”
Di jawab Rere dengan tertawa kecil ,“Memang kamu berani ya bilang ke orang tuaku untuk memintaku menjadi istrimu?”
Juna menjawab,”Lihat aja nanti”.
Tak terasa waktu terus berjalan dan mereka memutuskan untuk pulang .
Setelah mengantar Rere pulang, Juna segera pamit untuk pulang. Rere istirahat di dalam kamarnya sambil menulis di buku catatannya, tentang apa yang telah di ucapkan Juna kepadannya. Rere memang senang menulis cerita baik itu yang di alami sendiri maupun yang ada di khayalannya. Rere hanya membayangkan, apakah benar Juna nantinya akan berkata kepada orang tuanya untuk melamarnya? Atau itu hanya omong kosong saja. Tapi Rere tak ambil pusing hal itu. Rere memutuskan dalam hati, kalau memang Juna mencintainya ,maka Juna akan berani meminta kepada orang tuanya untuk menikah. Rere tidak begitu memikirkan perkataan Juna lagi.
Beberapa hari kemudian, pada hari Minggu bertepatan dengan Rere dan Juna libur kerja. Juna bermain ke rumah Rere. Tanpa memberitahu Rere dulu kalau Dia akan main ke rumah Rere. Sampai di depan pintu rumah Juna mengucap salam, “ Assalamualaikum”.
” Waalaikum salam,” jawab seorang Ibu dari dalam.
Pintu Rumah Rere di buka, dan bertemulah Juna dengan seorang ibu yang terlihat cukup sabar. Itulah ibunya Rere.
“Silahkan masuk, dan silahkan duduk”.
Juna masuk dan kemudian duduk di kursi tamu. Tak berapa lama ,keluar juga seorang bapak setengah baya dan segera bersalaman dengan Juna.
“Saya bapaknya Rere, Silahkan duduk”, kata bapak tersebut.
Kemudian Juna , Ibu, dan bapak duduk di kursi tamu .
Ibu berkata , “ Cari Rere ya, tapi sayangnya, Rere keluar, tadi pamit mau kerumah temannya di kota,’’
Juna menjawab,’’ Tidak apa bu,saya kesini mau bertemu dengan bapak dan ibu’’.
Sang bapak segera menimpali,’’Lha ada masalah apa? kok serius kelihatannya?’’
Ibu yang penasaran juga bertanya,’’Masalah penting ya nak?’’
Juna menjawab,’’Begini Pak, Bu, maksud saya datang ke sini bertemu Bapak dan ibu ini,
saya mau minta Rere untuk menjadi istri saya.
Orang tua Rere belum sempat menjawab Juna sudah berkata lagi,
“Dan minggu depan saya dan keluarga akan silaturrahmi dan melamar Rere secara Resmi ke sini’’.
Juna berkata dengan tenang. Orang tua Rere mendengarkan dengan serius. Juna melanjutkan perkataannya ,
” Beberapa hari yang lalu saya juga sudah menyampaikan hal ini pada Rere”.
Bapak dan ibu bersama menjawab sambil terheran karena Rere tak pernah cerita,’’Ooooo...’’.
Bapak segera bertanya,’’Sudah yakin dengan keputusan yang diambil ini? Apa tidak menyesal?’’
Ibu juga menambahkan , ‘’ Rere itu orangnya keras kepala lho, cepat tersinggung dan mudah marah, keluarga keadaannya juga begini, bisa dilihat sendiri,’’
Juna dengan tegas menjawab, ”Saya sudah yakin Pak, Bu, Minggu depan saya dan keluarga silaturrahmi sekaligus meresmikan lamaran ke sini’’.
Setelah dirasa cukup, Juna segera mohon diri untuk pulang.
Sore hari, setelah Rere pulang orangtuanya memberi tahu bahwa tadi Juna datang kesini dan berkata ingin melamarnya minggu depan.
Mendengar perkataan orang tuanya, Rere berkata,’’Bu, Juna kemarin sudah berkata itu, tapi saya kira Dia tidak serius’’
Ibu menjawab,’’Juna itu ndak main main Re, Dia sungguh sungguh. Minggu depan Dia akan melamarmu dengan keluarganya. Hanya lelaki yang bertanggung jawab yang berani meminta gadis kepada orang tuanya ‘’.
Rere hanya terdiam. Perasaannya bercampur aduk, antara sedih, bingung atau bahagia. Dengan keberanian Juna itu, berarti Dia memang orang yang bertanggung jawab dan ingin menikahinya walau belum terlalu lama Juna mengenal Rere. Tapi Rere juga bersyukur akhirnya Allah telah memberikan jodoh untuknya. Untuk masalah jodoh, Rere selalu berdo’a, agar mendapat yang terbaik yang dapat menjadi imam dalam rumahtangganya nanti.
Hari Minggu sesuai dengan yang di katakan Juna pun tiba. Persiapan sederhana di rumah Rere untuk menyambut tamu juga di lakukan. Siang itu sekitar pukul sepuluh pagi rombongan Juna dan keluarga akhirnya sampai juga di rumah Rere. Acara sederhana silaturrahmi kedua keluarga atau dalam istilah umumnya lamaran. Keluarga Juna mengatakan bahwa kedatangan rombongan ke sini adalah untuk silaturrahmi dan juga melamar Rere. Singkat cerita keluarga keluarga Rere menerima lamaran tersebut dan untuk tanggal pernikahan akan di bahas nanti menyusul jika sudah berbicara dengan keluarga besar Rere.
Acara lamaran selesai. Keluarga segera mohon diri untuk pamit. Rombongan diantar sampai ke pintu pagar. Sambil menunggu semua keluarga pamit pulang, Juna datang menemuai Rere sambil berkata,
’’Aku buktikan ucapanku, aku bersungguh sunnguh mencintaimu, aku ingin engkau menjadi istriku, ibu dari anak anakku, hari ini aku bawa orangtuaku untuk melamarmu menjadi istriku.’’
Rere menjawab,’’Aku pasrahkan segala urusan kepada Allah, yang terbaik untukku, itulah yang Allah kehendaki. Terima kasih kamu sudah datang dan sudah membuktikan apa yang menjadi ucapammu, mari kita berdo’a untuk menyongsong hidup baru nanti,semoga Allah selalu memberi petunjuk kepada kita dengan yang terbaik.’’
Akhirnya rombongan keluarga Juna pulang.
Hari hari selanjutnya setelah keluarga Juna melamar ke rumah Rere, keluarga Rere mempersiapkan untuk ganti berkunjung ke rumah Juna. Pada hari yang telah di tentukan keluarga Rere silaturrahmi ke rumah Juna untuk membahas tentang acara pernikahan Rere dan Juna. Keluarga Juna menyambut rombongan dengan senang. Orang tua Juna sangat senang sekali dengan Rere. Keluarga yang lian juga demikian.
Di rumah Juna inilah di tetapkan tanggal pernikahan antara Rere dan Juna. Pernikahan mereka akan dilangsungkan tiga bulan yang akan datang. Keluarga Juna setuju dengan keputusan tersebut, sehingga tercapai kata sepakat antara kedua belah pihak bahwa pernikahan akan dilangsungkan tiga bulan lagi.
Persiapan mulai dilakukan Juna dan Rere, Terutama mereka lebih untuk berusaha memahami antara satu dengan yang lain. Rere sebagai wanita dan calon istri berusaha utuk memahami apa yang di butuhkan dalam rumah tangga sambil mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan mereka. Satu catatan Rere tentang Juna, ternyata Juna sangat pencmburu, terutama bila Rere sedang bersama teman lelaki, walaupun teman lelaki Rere itu sudah dikenal oleh Juna. Tapi Rere berusaha untuk memahami dan menuruti apa yang di harapkan oleh Juna.
Hari yang di tetapkan akhirnya semakin dekat. Segala persiapan mulai di lakukan. Mulai rias, catering, undangan dan lain lain. Rere dan Juna memutuskan untuk melaksanakan syukuran pernikahan di rumah Rere saja, Ijab kabul juga di rumah Rere. Segala sesuatu di persiapkan dengan maksimal
Hari terus berganti, hingga tibalah hari yang paling bersejarah untuk Rere dan Juna. Mereka mulai hidup baru. Juna resmi menikah dengan Rere. Para tamu undangan menyaksikan pernikahan mereka. Pernikahan berlangsung sederhana tapi cukup khidmad. Ijab kabul di laksanakan malam hari, Sedangkan keesokan harinya di langsungkan syukuran pernikahan dengan mengundang teman teman Rere,Juna dan juga orang tua Rere.
Suasana pesta pernikahan cukup meriah. Banyak teman yang datang di hari yang berbahagia bagi keduanya. Mereka tidak menyangka secepat itu Rere menikah. Padahal, jika di hitung antara perkenalan sampai terjadi pernikahan belum genap satu tahun. Sungguh kisah percintaan yang cukup singkat menurut mereka dan berakhir ke pelaminan.
Kini Rere dan Juna resmi menjadi suami istri. Mereka mulai sejarah hidup baru berdua, berusaha membina keluarga sakinah mawaddah warrahmah. Semua do’a di sampaikan, semua undangan memberi ucapan selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warrahmah. Amin. Dalam hati Rere juga berdo’a, mengucap syukur pada Allah karena telah memberikan dan menunjukkan jodohnya. Semoga ini jodoh terbaik yang di berika oleh Allah dan bisa menjadi imam dalam rumah tangganya nanti.
Juna pun demikian. Juna juga sangat bahagia, bisa menikahi gadis yang telah menjadi pujaan hati dan sangat di cintainya, di restui semua keluarganya. Juna juga berdo’a semoga keluarga yang nati akan di lalui bersama Rere menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah.
Harapan itu akhirnya terjawab menjadi kenyataan Setelah menikah Rere dan Juna mulai menjalani kehidupan baru, dimana yang sebelumnya sendiri kini harus di bicarakan berdua. Rere dan Juna masih tinggal bersama orang tua Rere, kebetulan tempat kerja Juna tidak jauh dari rumah, sedangkan Rere agak jauh membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke kantor Rere. Rere berusaha untuk menjalankan peran sebagai istri Hari berganti hari, bulan berganti bulan, akhirnya sampai satu tahun mereka menikah tapi belum juga Rere hamil, Juna dan Rere selalu berdo’a agar segera dikaruniai momongan. Suatu hari, setelah solat dalam keadaan santai mereka ngobrol bareng. Juna berkata,Kita sudah nikah setahun, tapi kok kamu belum hamil ya?’’. Rere menjawab,” Iya,aku pasrah aja, mungkin Allah belum percaya’’. Kemudian melanj
Di rumah ini kini Rere tinggal bersama Juna dan anak semata wayangnya, Juna mulai berpikir untuk merintis usaha sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal itu di sampaikan pada Rere. ’’Aku pingin bikin usaha, kira kira usaha apa yang cocok ya,yang bisa aku lakukan setelah pulang kerja,’’ kata Juna, Rere menjawab,’’Aku ndak tau, belum kepikiran, soale aku ndak pernah usaha apa-apa.’’ Juna menjawab sambil tertawa kecil,’’Ya, aku percaya, soalnya setelah sekolah kamu langsung menikah ’’ Sambil membaca koran yang di bawa Juna dari kantor, ternyata Juna menemukan salah satu pabrik detergen yang membutuhkan agen. Juna bermaksud untuk mengambil kesempatan tersebut. Hal itu segera di sampaikan pada Rere sambil menunjukkan berita yang ada di koran tersebut. Juna berencana untuk berdagang sabun mandi dan sabun detergen. Rencananya akan di jalankan setelah pulang kerja. Juna men
Setiap anugrah harus kita syukuri... Tak terasa sudah enam tahun berlalu. Keadaan ekononi yang di alami Rere dan Juna belum juga menemukan titik terang. Tapi Rere tetap mencoba untuk tidak putus asa. Hanya Indra yang bisa membuat Rere semangat untuk hidup, tapi Rere juga kawatir, apabila suatu saat nanti jika hamil, apa yang harus dilakukan? Kehendak Allah memang tidak bisa di hindari oleh manusia. Indra sekarang sudah mulai tumbuh menjadi anak yang lucu dan bisa menghibur hati Rere. Ocehan cerita dari mulut Indra yang terdengar saat bicara, membuat Rere marasa ada seseorang yang masih membutuhkannya. Dalam kecemasannya Rere berkata pada Juna,” Mas, Keadaan kita sekarang masih seperti ini, bagaimana jika suatu hari nanti tiba-tiba aku hamil adiknya Indra?” Juna menjawab,” Kalau bisa jangan dulu lah, satu aja sudah cukup” Rere melanjutkan,” Tapi kalau cuma satu anak, ka
Sampai di lokasi hari masih cukup pagi. Udara masih segar, belum banyak asap kendaraan yang mengotorinya. Tak berapa lama kemudian di lokasi, sudah banyak yang datang. Mereka dari berbagai daerah dengan tujuan yang sama, tapi profesi berbeda-beda. Karena tuntutan aturan, mereka harus punya surat Registrasi di profesi masing-masing. Untuk mendapatkan surat tersebut mereka semua harus mengikuti uji kempetensi yang di adakan dan di nyatakan lulus. Untuk mencapai kelulusan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak sekali diantara mereka yang harus mengulang lagi. Teman Rere juga ada yang mengulang. Lain dengan Rere, dia sebelumnya belum pernah mengikuti ujian ini. Jadi ini adalah ujian yang pertama dan semoga sukses. Suasana betambah ramai dan mereka saling berkenalan satu sama lain. Rere segera menghubungi beberapa teman yang juga mengikuti kegiatan
Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup ti
Dunia baru dan hal baru, siapa takut. Udara di rumah Rere dan Juna cukup segar. Hal ini karena rumah mereka berada di sekitar sawah. Tanaman yang ada di sawah bisa membuat mata yang lelah menjadi segar. Bila pagi datang udara sejuk, tak banyak terdapat asap yang menjadikan polusi udara. Sekarang sawah sekitar rumah terdapat taanaman cabai. Para petani di desa sekarang sedang bertanam cabai, banyak di antara mereka yang berhasil menanam cabai dan dapat merubah keadaan ekonomi mereka. Orang tua Rere sendiri juga mempunyai sawah yang cukup luas, tapi sawah mereka tidak di tanami cabai. Ayah dan ibu Rere lebih senang bertanam padi dari pada cabai. Suatu hari Juna berniat untuk mencoba bertanam cabai di sawah orang tua Rere. Hal
Keesokan harinya, Juna pergi kesawah untuk melihat tanaman cabai. Ternyata sampai di sawah pak Said yang di beri tugas untuk bekerja di sawah belum datang, Juna berkata dalam hati, apakah setiap hari begini kerjanya pak Said, kalau tidak di kontrol tiap hari, jangan jangan tidak masuk kerja, tapi minta gaji utuh,kalau begini caranya bisa hancur nantinya. Tapi tak berapa lama pak Said datang dan segera menuju ke tengah sawah untuk menyiram tanaman cabai. Memang tanaman ini setiap hari disiram, apalagi sekarang musim kemarau. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih maksimal terutama untuk urusan air. Pak said segera bicara dengan Juna,” Pak mulai besuk ini sudah ada yang berbuah, tapi masih jarang, coba lihat pohonnya, pasti ada yang sudah mulai berbuah”.” Iya, ini kelihatannya mulai berbuah, semoga saja buahnya lebat dan harganya bisa mahal”,Juna segera berjalan mengelilingi sawah untuk melihat dan me
HARAPAN BARUSiang hari Juna segera mendapat kabar dari pak Said. Panen hari ini selesai dan telah diantar ke rumah Parlan. Hasil yang diperoleh 4kilogram panen pertama. Masalah harga belum ada kabar dan diusahakan sore Juna bertemu sendiri dengan Parlan.” Pak, penen sudah selesai mendapat 4kilogram dan sudah saya setor,”” Iya, nanti sore saya tanya sendiri ke sana, memangnya tidak langsung tahu harganya ya Pak?”“Iya pak, kalau untuk cabai memang begitu, harga baru di ketahui setelah barang tersebut di setor oleh pengepul, semua pengepul juga begitu, Pak,” Sore hari Juna segera ke rumah pak Parlan untuk menanyakan tentang panen cabai yang sudah di setor pak Said kepadanya. Sampai di rumah Parlan, Juna segera bertanya dan mendapat penjelasan tentang setoran dan harga.&
BAGAI MENGINJAK BARA APIPernah suatu hari, Juna mendapat tagihan dari seorang teman. Sebenarnya teman Juna tersebut cukup mampu dan kaya. Juna mencoba pinjam uang kepadanya. Tapi kini uang terseut di minta kembali. Saat itu Juna dan Rere tidak punya uang sama sekali. Teman Juna bernama pak Ali. Dia meminta uang harus kembali besuk jam enam pagi. Juna sudah mengatakan minta tempo untuk mencari pinjaman dulu karena sekarang Juna tidak punya uang sama sekali. Tapi pak Ali menolak dan memaksa Juna untuk mengembalikan sesuai dengan keinginannya. Untuk itu Juna harus mencari pinjaman uang ke sana kemari.Semalam Juna tidak tidur, begitu juga Rere. Mulai jam sepuluh malam Juna terus pergi kesana kemari untuk mencari pinjaman uang. Tapi belum juga berhasil. Jam dua belas malam pak Ali menagih kembali uang tersebut. Juna belum punya dan harus mencari pinjaman lagi. Tengah malam itu pun Juna berangkat mencari pinjamaman ke beberapa teman yaang dia kenal. Sampai ha
HARAPAN TERAKHIRKini usaha Rere dan Juna hanya mengandalkan dari Joni. Rere selalu berharap usaha dengan Joni berhasil. Banyak sekali kebutuhan yang harus di penuhi. Bila ingat hal tersebut Rere selalu bersedih. Usaha bersama Joni masih terus berjalan. Walau kadang hasilnya menurun, tapi masih tetap mendapatkan hasilnya. Hal ini membuat Rere semakin khawatir. Apalagi Tina dan Marni yang kurang bisa menerima jika hasilnya menurun. Rere mencoba memberi pengertian pada Marni dan Tina jika hasilnya menurun. Jika sudah tidak bisa memberi pengertian pada Tina dan Marni, Rere meminta Juna untuk memberi pengertian pada mereka tentang sebab turunnya usaha tersebut. Hingga suatu hari, kabar yang idak mengenakkan terdengar dari Juna. Terasa Rere ingin pi
Tak ada harapan Selama beberapa tahun ini Rere dan Juna menjalankan usaha mereka. Disamping mereka punya pekerjaan tetap mereka harus bekerja lagi dengan menjalankan usaha sampingan tersebut. Beban hidup yang cukup berat membuat mereka harus bekerja keras untuk menyelesaikannya. Hingga sampai sekarang mereka masih terbelenggu dengan keadaan yang cukup menyulitkan mereka. Tapi mereka harus tetap bertahan. Ada harapan tiap bulan selain dari pendapatan mereka, yakni dari hasil usaha yang telah mereka lakukan selama ini. Walau masih banyak keinginan Juna untuk usaha yang bermacam-macam, tapi sebisa mungkin Rere mengingatkan pada Juna. Beberapa tahun terakhir ini mereka menjalankan beberapa usaha di antaranya kantin, usaha bakso, dan investasi saham. Da
KEBERHASILAN SEMU Suatu hari ada salah seorang teman Rere bertanya, tentang usaha yang sedang di jalankan. Teman Rere bernama Tina, dia sekantor dengan Rere. Sebenarnya Rere enggan bercerita dan memberitahu Tina tentang usaha yang sedang di jalankannya, tapi Tina sedikit mendesak tentang apa saja usaha yang sedang di jalankannya. Akhirnya Rere bercerita tentang saha yang sedang di jalankan, mulai dari kantin, bakso, dan juga investasi saham pada teman Juna.Ternyata Tina tertarik dengan beberapa usaha Rere dan bermaksud untuk mencontohnya. Rere tidak memaksa untuk mencontoh usahanya. Bahkan Rere memberi gambaran betapa repotnya punya usaha sampingan, jangan hanya memikirkan untungnya saja, tapi juga kerugian yang mungkin terjadi, baik waktu, pikiran maupun modal. Tapi Tina sudah bertekat untuk membuka usaha seperti yang di lakukan Rere. Akhirnya Rere menunjukkan salah satu te
INVESTASI Suatu hari, Juna sedang meluangkan waktu untuk bersantai ke kota. Dia tidak punya tujuan khusus. Dia hanya ingin menikmati pemandangan di taman kota. Kebetulan hari ini sedang libur kerja. Juna berangkat sendiri ke kota, dia tidak mengajak serta Rere dan anak-anak. Suasana taman kota hari itu cukup ramai. Banyak sekali para pengunjung yang datang hari itu. Maklum saja hari libur membuat banyak sekali keluarga menikmati hari libur bersama keluarga di taman kota. Di taman ini pengunjung bisa menikmati pamandangan aneka bunga yang sangat indah dan udara yang sejuk karena banyak pohon rindang yang tumbuh di taman ini. Wahana permainan anak yang cukup sederhana dan murah menjadikan alternatif para keluarga untuk memilih tempat ini menjadi tempat berlibur bersama. Taman ini bi
AKHIRNYA BERTAMBAH Ternyata Juna menambah lagi jumlah gerobak untuk jual bakso. Rere tak bisa menghalanginya. Juna berkata bahwa gerobak sudah di pesan dan sudah siap untuk di antar.“ Aku sudah pesan gerobak dan sudah siap untuk di antar”, kata Juna suatu hari“ Tapi aku tidak punya uang untuk membayar gerobak yang baru nanti,” jawab Rere“ Kita cari pinjaman untuk membayarnya,” jawab Juna“ Cari sendiri ya, aku tidak sanggup membantu,” jawab Rere“ Iya aku cari, tapi kalau butuh bantuan aku tetap minta tolong kamu”, kata JunaRere diam tak menjawab perkataan Juna yang terakhir. Dia kembali berpikir, jika nanti tidak bisa membayar gerobak yang baru bagaimana, tempat untuk jualan juga belum ada. Masih harus mencari lagi. Banyak sekali pertanyaan yang berada di pikiran Rere. Tapi dia idak mengungkapkan pada Jun
HOBI YANG MENGHASILKANSetelah bertemu dengan Bambang dan usaha kantin berjalan, Juna bertemu dengan Rian. Dia adalah pengusaha bakso yang sudah mempunyai beberapa cabang. Juna di ajak kerja sama, untuk membuka cabang lagi di kota Juna tinggal, kebetulan belum ada di kota ini Juna setuju.Juna segera memberi tahu Rere tentang rencana yang akan di laksanakan.“Aku tadi bertemu dengan temanku, Rian,”“Kenapa dengan Rian? Ada hubungan apa?”“Dia menawarkan usaha kepada saya”“Usahanya apa?”“Jual bakso.”“Apa tidak repot?”“Kemungkinan tidak”“Aku tidak bisa buat bakso”“Kita tidak usah buat bakso, sebab dia yang akan membuatnya, kita bekerja sama dengan dia dengan cara membeli gerobaknya.”“Terus gimana lagi,’’“Setelah kita punya gerobak dia akan m
PERTEMUAN TAK TERDUGA Sampai di kantin, Rere dan Juna segera menemui petugas yang mengantar barang tersebut. Mereka menjelaskan bahwa kali ini yang datang baru kuklasnya saja, isinya masih tiga hari lagi. Maka dari itu tiga hari ke depan tepatnya hari rabu pagi. Petugas tersebut berpesan agar kuklas si fungsikan, agar nanti bila isinya datang, sudah siap untuk diisi. Rere mengerti dengan penjelasan tersebut, dan segera menata tempat untuk freser yang baru datang pada tempatnya. Setelah semua beres, Rere berpesan pada Lina tentang pesan dari petugasnya tadi sambil melihat barang-barang yang perlu tambahan untuk di jual besuk. Setelah semua beres Rere mengajak Juna untuk mengantarkannya ke toko membeli semua kebutuhan dagangannya yang habis. Mereka berangkat belanja. Setelah semua kebutuhan Rere beres mereka segera kembali ke kantin untuk mengantar hasil belanjaannya tersebut. Kini isi kantin Rere semakin lengkap. Dikantinnya sudah bisa melayani minuman dingin sendiri
KANTIN DI KOLAM RENANG Hari itu hari sabtu, seperti biasa sebelum pulang kerja Rere bermaksud hendak pergi ke kantin sambil menyiapkan dagangan untuk besuk. Sebelum berangkat saat masih di kantor, Rere memberi tahu Juna hendak pergi ke kantin sambil menambah dagangannya. Tapi Juna melarangnya, Juna menyuruh Rere untuk pulang ke rumah dulu dan ke kantin sore hari saja. Rencananya Juna mau mengantarkan Rere. Rere setuju mengingat besuk hari libur belanja barang pasti butuh cukup banyak untuk persediaan besuk. Biasanya hari minggu adalah hari yang cukup ramai pengunjung sehingga banyak sekali barang yang harus di beli. Anak-anak rencananya akan di ajak serta supaya mereka bisa menikmati liburan bersama. Setelah Juna memberitahu demikian Rere segera pulang. Sore hari Rere segera menyiapkan segala sesuatu yang akan di gunakan untuk persiapan