Home / Rumah Tangga / PELANGI JIWA / II - MENGANDUNG ANAK PERTAMA

Share

II - MENGANDUNG ANAK PERTAMA

Author: reny rachma
last update Last Updated: 2021-08-21 12:37:13

Harapan itu akhirnya terjawab menjadi kenyataan

          Setelah menikah Rere dan Juna mulai menjalani kehidupan baru, dimana yang sebelumnya sendiri kini harus di bicarakan berdua. Rere dan Juna masih tinggal bersama orang tua Rere, kebetulan tempat kerja Juna tidak jauh dari rumah, sedangkan Rere agak jauh membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke kantor Rere. Rere berusaha untuk menjalankan peran sebagai istri

            Hari berganti hari, bulan berganti bulan, akhirnya sampai satu tahun mereka menikah tapi belum juga Rere hamil, Juna dan Rere selalu berdo’a agar segera dikaruniai momongan. Suatu hari, setelah solat dalam keadaan santai mereka ngobrol bareng.

Juna berkata,Kita sudah nikah setahun, tapi kok kamu belum hamil ya?’’.

 Rere menjawab,” Iya,aku pasrah aja, mungkin Allah belum percaya’’.

 Kemudian melanjutkan jawabannya,” Kalau misalnya kita di kasih amanah itu sudah mampu apa belum, mungkin aja gitu’’,

Rere menjawab sambil membaca majah yang ada di meja. Kemudian berkata lagi,

” Yang penting kita berdo’a dan berusaha, semoga ini yang terbaik untuk kita’’.

Juna menambahi,’’Iya, tapi Insya Allah kamu segera hamil dan kita punya anak, Amin’’

            Demi untuk segera mendapatkan momongan, Rere aktif mencari cara atau resep dari makanan yang menurut cerita bisa membuat kandungan lebih subur. Mulai dari makan buah-buahan atau sayuran yang di percaya bisa mempercepat punya momongan. Tapi Rere memilih makanan atau minuman yang di rasa enak menurut dia. Rere tidak mau bila ada yang menganjurkan untuk makan atau minum sesuatu, tapi terasa pahit. Dengan tegas Rere akan menolak hal itu. Mereka memutuskan jika setelah berusaha dengan cara yang selama ini belum berhasil, mereka baru akan konsultasi ke dokter spesialis.

Ternyata usaha Rere membuahkan Hasil. Menginjak tahun kedua pernikahan,akhirnya Rere hamil, Juna bahagia sekali. Kehamilan Rere tak ada masalah, Rere tahu apa yang harus dilakukan karena dia punya ilmu tentang kesehatan sehingga tidak begitu sulit untuk mengatasi masalah yang dihadapi selama kehamilan.

            Seperti pada umumnya wanita hamil, awal kehamilan Rere juga sering mual dan muntah. Setiap makan apa saja selau muntah, nafsu makan menurun, Rere jadi malas makan. Tapi Rere tetap berusaha untuk makan agar nutrisi bayi yang ada dikandungannya terpenuhi.  Setip hari badannya terasa tambah lemah. Seperti juga hari ini, Sudah waktunya makan siang, Rere bermaksud untuk makan nasi seperti biasa, tapi pada saat mengambil nasi tiba-tiba perutnya mual dan rasa muntah tidak bisa ditahan lagi, Rere segera berjalan dengan cepat ke kamar mandi dan muntah di dalamnya, semua sisa makanan yang ada di perut keluar semua. Badan Rere terasa lemas. Secara tidak sengaja Juna mengetahui yang terjadi pada Rere dan bergegas menyusulnya ke kamar mandi sambil bertanya,

” Kenapa?  Belum makan kok sudah muntah?’’

Rere menjawab,”Aku juga tidak tahu, rencananya tadi aku mau makan, tapi tiba-tiba muntah tidak bisa aku tahan, sekarang badanku terasa lemes’’.

Juna berkata,”Kalau begitu, buat istirahat dulu nanti kalau sudah baikan makan lagi, jangan sampai kamu tidak makan, kasihan yang di perut nantinya”.

Rere mengangguk sambil berjalan menuju ke kamarnya untuk istirahat.

            Hhari-hari pertama kehamilan, selama empat bulan Rere tidak bisa makan dan minum seperti sebelumnya, banyak hal yang selalu membuat Rere muntah dan tidak selera makan. Hingga suatu hari terasa tenggorokan Rere panas dan kering. Rere bermaksud untuk minum es, batinnya mengatakan minum es fanta pasti enak dan segar. Akhirnya Rere membeli minuman yang di inginkan. Setelah minum es tersebut badan Rere terasa segar dan tidak muntah. Sejak saat itu Rere mulai biasa minum es bersoda, tapi tidak berani banyak minumnya karena khawatir akan bayi yang dikandungnya.

            Juna yang mengetahui kegemaran Rere jadi  khawatir, hingga suatu hari Juna memberikan pilihan untuk mengganti kebiasaan Rere.

Juna berkata,”Umpama minumnya di ganti gimana?’’.

 Kata Juna suatu hari dengan rasa khawatir. Kemudian melanjutkan maksudnya dan berkata,”Aku khawatir kalau nanti terlalu banyak minum yang bersoda tidak baik untuk janin kita.”

Rere menjawab,”Bismillah saja, semoga semua baik-baik saja, dan tidak terjadi apa apa”.

Juna ,”Ya sudah, tapi hati-hati ya, soalnya aku takut terjadi sesuatu nantinya, tapi aku yakin, kamu lebih paham tentang ini dari pada aku”.

            Menginjak bulan ke lima sampai sembilan bulan usia kehamilan, Rere sudah dapat makan dan minum seperti biasa. Hanya makanan tertentu saja yang membuat Rere muntah. Terutama bakso. Padahal sebelum hamil, bakso adalah makanan paling di gemari Rere. Sekarang, makanan itu menjadi penghalang bagi dia. Jangankan memakannya, mencium aroma saja membuat Rere pusing dan langsung muntah. Ini aneh sekali. Untuk itu dia selalu berusaha untuk menghindari makanan tersebut.

            Setelah memahami tentang makanan yang membuat nafsu makannya jadi hilang, Rere berusaha untuk menghindarinya. Menurut dia, tak baik bila masih terlalu sering muntah jika usia kehamilannya semakin tua. Untuk itulah Rere sangat berhati hati sekali. Tak heran jika Rere tetap sehat dan semangat menghadapi tugas, baik itu tugas kantor maupun tugas di rumah setiap hari meski dalam keadaan hamil. Rere berkeyakinan jika ibunya sehat, bayi yang di kandungan juga sehat.

            Meski perut sudah semakin membesar, tapi tak membuat Rere malas dan bermanja-manja. Semua aktifitas yang biasa di lakukan sebelum hamil sampai kini juga masih di lakukan selama aktifitas tersebut tidak membahayakan kandungannya.

            Persiapan untuk menyambut kehadiran sang bayi pun di lakukan. Rere dan Juna mulai menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan. Mulai dari baju bayi, topi, peralatan mandi dan lain lain. Rere dan Juna tidak mempermasalahkan kebiasaan orang tua jaman dulu yang tidak boleh membeli peralatan bayi sebelum bayinya lahir. Toh sebelum belanja Rere minta ijin pada ibunya, dan sang ibu juga memperbolehkan.

            Hingga suatu hari Rere pergi ke kota dengan di antar Juna tentunya untuk membeli perlengkapan bayi. Rere belanja dengan gembira untuk keperluan bayinya nanti. Setelah dirasa cukup, Rere segera pulang ke rumah untuk istirahat. Dalam perjalanan pulang Rere dan Juna melihat ada hiburan nanti malam. Rere bermaksud untuk mengajak Juna. Juna setuju jika nanti malam kembali untuk melihat hiburan itu.

Sampai di rumah Rere dan Juna istirahat melepas lelah, sambil menunggu malam tiba. Akhirnya setelah magrib Rere mengajak Juna untuk berangkat seperti yang sudah direncanakan siang tadi, tak lupa pamit sama orang tua.

 Rere berkata pada ibunya,”Bu, aku mau lihat hiburan malam, cuma sebentar kok”.

Ibu menjawab, ”Kamu ini lho, kok tidak mau istirahat, perut sudah besar kok masih saja jalan-jalan. Gak capek?”.

Rere menjawab,”Tenang bu, semua sehat sehat saja,”

Ibu melanjutkan, ”Pulangnya jangan malam-malam lho ya, ingat perutmu sudah besar,”

Rere menjawab,”Iya bu, sudah ya aku berangkat dulu,”

Sampai di tempat tujuan, lapangan sudah ramai pengunjung. Rere segera menikmati susana ramai itu. Banyak pedagang yang sedang berjualan. Ada pedagang baju, martabak, hiasan dinding, sandal, sepatu, bakso, jagung bakar dan lain lain. Tak terasa muter-muter di lapangan ternyata waktu sudah bertambah malam. Sebelum pulang Rere dan Juna beli jagung bakar dulu. Setelah jagung bakar habis dimakan, Rere dan Juna segera pulang.

Tiba di rumah sudah pukul sembilan malam. Rere segera istirahat begitu pula Juna. Semua orang termasuk ibu, ayah, dan adik adik Rere juga sudah berada dikamar masing-masing. Rere dan Juna segera masuk ke kamar untuk istirahat. Juna yang kelihatan lelah segera tertidur, sedangkan Rere masih asyik melihat acara televisi.

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, tiba tiba perut Rere terasa sakit dan mules mules. Rere berpikir akan melahirkan, padahal perkiraannya masih dua minggu lagi. Tapi rasa sakit tambah menjadi. Rere tidak segera membangunkan Juna atau ibunya. Dia pilih jalan jalan di dalam rumah sambil menahan rasa sakit di perutnya. Rere berpikir bahwa  dia memang akan segera melahirkan. Dia observasi sendiri rasa sakit yang di alaminya.Ternyata benar, rasa sakit semakin sering dan Rere juga masih bertahan sendiri, hingga pukul dua dini hari, terasa Rere mengeluarkan cairan ketuban, Rere segera membangunkan Juna.

 Rere dengan pelan berkata,”Mas, bangun, rasanya aku mau melahirkan,”

Juna segera bangun dengan gugup dan berkata,”Kamu tidak tidur?”.

Rere menjawab, ”Tidak, dari tadi pulang.aku tidak tidur, sekarang perutku sakit, tolong panggilkan ibu”.

Tapi Juna tidak segera bergegas membangunkan Ibu seperti yang di sarankan Rere. Dia duduk termenung sambil memandang Rere dengan cemas apa yang harus dilakukan. Tiba-tiba Juna bangkit berjalan ke luar kamar menuju dapur untuk minum air dan kembali ke kamar. Rere mengulangi lagi sarannya, untuk segera memberi tahu ibu agar ibu segera bangun dan mengetahui bahwa dia akan segera melahirkan. Dengan gugup, cemas dan khawatir, Juna berjalan ke luar kamar untuk membangunkan ibu. Sampai di depan kamar ibu, Juna segera mengetuk pintu dan memanggil nama ibu.

“Ada apa?”, Suara ibu sambil membuka pintu.

Juna menjawab,”Rere  bilang mau melahirkan bu, sekarang ada di kamar,”

Ibu segera menuju ke kamar Rere.

Di dalam kamar ibu tampak panik dan berkata,”Terus gimana ini?”

Ibu juga ikut panik. Maklum saja ini adalah cucu pertama bagi ibu, jadi belum pernah mengalami sebelumnya.

 Rere tetap berusaha tenang dan berkata.”Panggilkan bidan saja bu, biar bu bidan kesini,”

Ibu segera memerintahkan Juna dan Ayah untuk pergi kerumah bidan. Tapi sayang bidan tidak mau dipanggil dan Rere harus ke rumah bidan tersebut.

Akhirnya Rere segera di bawa ke rumah bidan tersebut.dan segera di periksa untuk keperluan persalinan. Setelah lengkap pemeriksaan dan sudah siap untuk melahirkan, bidan segera memimpin persalinan. Rere di temani ibunya, sedangkan Juna menunggu di luar. Juna memang tidak mau ikut didalam. Juna tidak tega melihat Rere yang sedang melahirkan. Dia lebih memilih di luar dengan perasaan cemas.

Akhirnya Rere melahirkan dengan selamat. Bayinya sehat, lahir normal dan spontan, Rere senang sekali, Juna juga bahagia.

            Rumah tangga Rere dan Juna terasa lengkap dengan hadirnya sang buah hati. Hingga suatu hari Juna berkata pada Rere,’’Sekarang kita dah punya anak, apakah kita akan selalu tinggal di sini bareng sama orangtua? Umpama kita tinggal sendiri gimana?’’

Rere menjawab,’’Mau tinggal dimana lagi? kita belum punya rumah.’’

“Umpama kita kontrak gimana?’’ungkap Juna.

Rere menjawab, “Ndak mau, mending tinggal disini saja,”

Kemudian melanjutkan pendapatnya,” Kalau kita dah punya uang, kita beli tanah sekitar sini saja,”

Juna tak segera memberi alasan lain pada Rere. Dia mencoba untuk mendengarkan alasan Rere selanjutnya, “ Terus kita buat rumah, biar kita ndak jauh kalau kerja.”

Juna menjawab, “ Kalau  begitu, kita mulai cari informasi dulu, barangkali ada tanah sekitar sini yang mau di jual”.

Rere menjawab,” iya, saya setuju, sambil kita mengumpulkan uang sedikit,siapa tahu ada gunanya.

            Sesuai dengan kesepakatan antara keduanya, kini mereka rajin mendengarkan informasi dari beberapa tetangga yang sudah biasa menyampaikan berita tentang penjualan tanah. Pernah beberapa kali Juna melihat tanah yang menurut informasi akan di jual, namun selalu saja kurang pas di hatinya. Hingga beberapa bulan, mereka belum juga menemukan tanah yang pas untuk mereka beli.

            Hingga suatu hari, ada seorang tetangga yang mengabarkan bahwa ada tanah yang hendak di jual. Rere segera mencari kabar tentang  kebenaran berita tersebut. Dan ternyata benar, setelah di telusuri Rere, memang ada sebidang tanah yang hendak di jual. Rere segera memberi tahu Juna tentang kabar tersebut. Kebetulan sekali tanah itu berada tidak jauh dari rumah orang tua Rere.

            Hingga suatu hari Rere akhirnya mengabarkan pada Juna untuk segera melihat tanah yang di maksud, barangkali cocok dan dapat mereka beli.

Setelah informasi cukup Rere berkata, “Kabarnya ada tanah di jual.’’

’’Dimana ada tanah di jual?’’ kata Juna balik bertanya

’Di dekat jalan raya depan sana, kamu mesti lewat kok,” Jawab Rere.

Rere berkata kembali,” Kalau memang cocok, kita beli itu saja, tapi mungkin uang tabunganku tidak cukup untuk beli tanah itu, ndak tahu, kalau kurang solusinya gimana?’’.

Juna menjawab, “Kalau kurang nanti aku pinjam bank saja, ini ada pinjaman yang bisa aku gunakan.”

Akhirnya Juna melihat tanah yang dimaksud Rere. Ternyata Juna tertarik, orang tua Juna dan Rere setuju. Akhirnya Juna membeli tanah tersebut dengan uang tabungan Rere dan Juna pinjam dari bank.

            Karena punya pinjaman bank, gaji Juna kini harus di sisihkan untuk bayar angsuran bank tersebut.Rere dan Juna belajar untuk hidup hemat. Mencoba dengan sedikit pengeluaran. Uang hasil bekerja di tabung kembali oleh Rere.Tak jarang Rere kebingungan untuk membagi uang belanja, karena bila jatah angsuran sudah dibayar, tinggal sisa sedikit yang terkumpul, saudara Juna pasti pinjam untuk kebutuhan keluarganya, tapi tak pernah di kembalikan. Rere bingung, mau tidak dipinjami, tapi saudara. Kalau dipinjami, Rere sendiri juga ada kebutuhan untuk hidupnya dan juga anaknya. Tapi Rere selalu meminjami, walau kadang dia sendiri kebingungan mengatur keuangan, karena yang di pinjam saudaranya Juna tak pernah ada yang di kembalikan. Rere selalu berdoa. Semoga ini menjadi yang terbaik bagi semuanya, walaupun bingung untuk membagi uangnya. Rere yakin Allah pasti akan memberikan rizky dari pintu yang lain.

            Rere masih selalu berusaha menyisihkan uang dari hasil kerja mereka. Hingga suatu hari, Juna bermaksud untuk membangun rumah di atas tanah yang mereka beli.

Rere berkata,’’Kalau mau bangun Rumah, uang apa yang akan kita gunakan? Tabunganku jelas ndak cukup”.

Juna menjawab, “Aku mau pinjam lagi di bank, sisa gajiku bisa untuk angsurannya, tapi kita harus mulai mikir bikin usaha,’’

Rere menjawab,’’Apa ndak sebaiknya di tunda dulu, ntar kita malah bingung sendiri, coba kita bilang sama ibu dn bapak, gimana pendapat mereka,”

Juna menjawab,’’ Iya deh, coba kita ngomong ibu bapak dulu, apa jawabannya’’.

Akhirnya sore hari, setelah makan malam dan saat santai di ruang keluarga, Juna berkata pada bapak dan ibu tentang keinginannya untuk membuat rumah di tanah yang sudah mereka beli, dengan meminjam uang dari bank dan angsurannya dari gajinya Juna. Selanjutnya Juna akan bikin usaha. Orang tua setuju malah mereka bersedia membantu semua kekurangan untuk pembuatan rumah nanti hingga selesai

            Pembuatan rumah dimulai, orangtua Rere membantu pembuatan rumah sampai selesai. Walau tak sebagus dan semewah yang ada di kota tapi sudah bisa di tempati. Meskipun saat ini daun pintu dan daun jendela belum ada, Juna dan Rere sudah tak sabar ingin menempati, mereka tutup semua itu dengan anyaman bambu yang ada di sekitarnya. Kini mereka telah menempati rumah sendiri

            Rumah Rere dan Juna berada di dekat sawah warga, jadi tak heran jika dirumah Rere dan Juna udara terasa segar,sejuk, angin bertiup sepoi-sepoi, membuat yang berada di rumah terasa rileks. Jika sore datang, berjalan ke belakang rumah yang tidak begitu jauh, sudah terdapat gubug tempat para petani beristirahat sambil menikmati tanaman yang sedang musim di tanam. Walaupun rumah belum jadi sempurna, namun sudah bisa di gunakan untuk berteduh dari panas dan hujan. Rere dan Juna senang sekali menempati rumah mereka dengan keadaan yang masih serba kekurangan

Related chapters

  • PELANGI JIWA   III- MULAI USAHA

    Di rumah ini kini Rere tinggal bersama Juna dan anak semata wayangnya, Juna mulai berpikir untuk merintis usaha sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal itu di sampaikan pada Rere. ’’Aku pingin bikin usaha, kira kira usaha apa yang cocok ya,yang bisa aku lakukan setelah pulang kerja,’’ kata Juna, Rere menjawab,’’Aku ndak tau, belum kepikiran, soale aku ndak pernah usaha apa-apa.’’ Juna menjawab sambil tertawa kecil,’’Ya, aku percaya, soalnya setelah sekolah kamu langsung menikah ’’ Sambil membaca koran yang di bawa Juna dari kantor, ternyata Juna menemukan salah satu pabrik detergen yang membutuhkan agen. Juna bermaksud untuk mengambil kesempatan tersebut. Hal itu segera di sampaikan pada Rere sambil menunjukkan berita yang ada di koran tersebut. Juna berencana untuk berdagang sabun mandi dan sabun detergen. Rencananya akan di jalankan setelah pulang kerja. Juna men

    Last Updated : 2021-08-21
  • PELANGI JIWA   IV- AMANAH SELANJUTNYA

    Setiap anugrah harus kita syukuri... Tak terasa sudah enam tahun berlalu. Keadaan ekononi yang di alami Rere dan Juna belum juga menemukan titik terang. Tapi Rere tetap mencoba untuk tidak putus asa. Hanya Indra yang bisa membuat Rere semangat untuk hidup, tapi Rere juga kawatir, apabila suatu saat nanti jika hamil, apa yang harus dilakukan? Kehendak Allah memang tidak bisa di hindari oleh manusia. Indra sekarang sudah mulai tumbuh menjadi anak yang lucu dan bisa menghibur hati Rere. Ocehan cerita dari mulut Indra yang terdengar saat bicara, membuat Rere marasa ada seseorang yang masih membutuhkannya. Dalam kecemasannya Rere berkata pada Juna,” Mas, Keadaan kita sekarang masih seperti ini, bagaimana jika suatu hari nanti tiba-tiba aku hamil adiknya Indra?” Juna menjawab,” Kalau bisa jangan dulu lah, satu aja sudah cukup” Rere melanjutkan,” Tapi kalau cuma satu anak, ka

    Last Updated : 2021-09-19
  • PELANGI JIWA   V-TUGAS

    Sampai di lokasi hari masih cukup pagi. Udara masih segar, belum banyak asap kendaraan yang mengotorinya. Tak berapa lama kemudian di lokasi, sudah banyak yang datang. Mereka dari berbagai daerah dengan tujuan yang sama, tapi profesi berbeda-beda. Karena tuntutan aturan, mereka harus punya surat Registrasi di profesi masing-masing. Untuk mendapatkan surat tersebut mereka semua harus mengikuti uji kempetensi yang di adakan dan di nyatakan lulus. Untuk mencapai kelulusan tersebut bukan hal yang mudah. Banyak sekali diantara mereka yang harus mengulang lagi. Teman Rere juga ada yang mengulang. Lain dengan Rere, dia sebelumnya belum pernah mengikuti ujian ini. Jadi ini adalah ujian yang pertama dan semoga sukses. Suasana betambah ramai dan mereka saling berkenalan satu sama lain. Rere segera menghubungi beberapa teman yang juga mengikuti kegiatan

    Last Updated : 2021-09-19
  • PELANGI JIWA   VI - TERHARU DAN BAHAGIA

    Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup ti

    Last Updated : 2021-09-19
  • PELANGI JIWA   VII- MENCOBA HAL BARU

    Dunia baru dan hal baru, siapa takut. Udara di rumah Rere dan Juna cukup segar. Hal ini karena rumah mereka berada di sekitar sawah. Tanaman yang ada di sawah bisa membuat mata yang lelah menjadi segar. Bila pagi datang udara sejuk, tak banyak terdapat asap yang menjadikan polusi udara. Sekarang sawah sekitar rumah terdapat taanaman cabai. Para petani di desa sekarang sedang bertanam cabai, banyak di antara mereka yang berhasil menanam cabai dan dapat merubah keadaan ekonomi mereka. Orang tua Rere sendiri juga mempunyai sawah yang cukup luas, tapi sawah mereka tidak di tanami cabai. Ayah dan ibu Rere lebih senang bertanam padi dari pada cabai. Suatu hari Juna berniat untuk mencoba bertanam cabai di sawah orang tua Rere. Hal

    Last Updated : 2021-09-23
  • PELANGI JIWA   VIII- PERDANA

    Keesokan harinya, Juna pergi kesawah untuk melihat tanaman cabai. Ternyata sampai di sawah pak Said yang di beri tugas untuk bekerja di sawah belum datang, Juna berkata dalam hati, apakah setiap hari begini kerjanya pak Said, kalau tidak di kontrol tiap hari, jangan jangan tidak masuk kerja, tapi minta gaji utuh,kalau begini caranya bisa hancur nantinya. Tapi tak berapa lama pak Said datang dan segera menuju ke tengah sawah untuk menyiram tanaman cabai. Memang tanaman ini setiap hari disiram, apalagi sekarang musim kemarau. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih maksimal terutama untuk urusan air. Pak said segera bicara dengan Juna,” Pak mulai besuk ini sudah ada yang berbuah, tapi masih jarang, coba lihat pohonnya, pasti ada yang sudah mulai berbuah”.” Iya, ini kelihatannya mulai berbuah, semoga saja buahnya lebat dan harganya bisa mahal”,Juna segera berjalan mengelilingi sawah untuk melihat dan me

    Last Updated : 2021-09-24
  • PELANGI JIWA   IX- HARAPAN BARU

    HARAPAN BARUSiang hari Juna segera mendapat kabar dari pak Said. Panen hari ini selesai dan telah diantar ke rumah Parlan. Hasil yang diperoleh 4kilogram panen pertama. Masalah harga belum ada kabar dan diusahakan sore Juna bertemu sendiri dengan Parlan.” Pak, penen sudah selesai mendapat 4kilogram dan sudah saya setor,”” Iya, nanti sore saya tanya sendiri ke sana, memangnya tidak langsung tahu harganya ya Pak?”“Iya pak, kalau untuk cabai memang begitu, harga baru di ketahui setelah barang tersebut di setor oleh pengepul, semua pengepul juga begitu, Pak,” Sore hari Juna segera ke rumah pak Parlan untuk menanyakan tentang panen cabai yang sudah di setor pak Said kepadanya. Sampai di rumah Parlan, Juna segera bertanya dan mendapat penjelasan tentang setoran dan harga.&

    Last Updated : 2021-09-27
  • PELANGI JIWA   X- KECEWA

    KECEWAHari hari selanjutnya, panen seperti biasa. Tiap dua hari atau tiga hari sekali panen tetap berlangsung,tapi hasilnya kini semakin menurun. Maklumlah sudah pengambilan yang ke sekian kalinya, tapi harga masih tetap tidak naik. Rere sedih bila ingat kalau modal yang di gunakan cukup banyak dan tidak bisa balik modal. Apalagi cara pembayaraannya masih menunggu hasil setoran pengepul. Hal ini cukup membuat Rere kebingungan, tapi Juna selalu menghibur dan menguatkan hati Rere. Juna selau mengajak berdo’a semoga ini adalah awal yang terbaik untuk keluarga mereka. Rere hanya pasrah dengan keadaan yang terjadi. Dalam hati dia berkata,’akankah hidupnya dan keluarga selalu dalam kekurangan dan kebingungan urusan ekonomi. Rere berdo’a dan mengharap yang terbaik yang di berikan Allah untuk keluarganya. Sampai akhirnya panen cabai di sawah selesai. Semua sudah habis di p

    Last Updated : 2021-09-27

Latest chapter

  • PELANGI JIWA   XXVI- BAGAI MENGINJAK BARA API

    BAGAI MENGINJAK BARA APIPernah suatu hari, Juna mendapat tagihan dari seorang teman. Sebenarnya teman Juna tersebut cukup mampu dan kaya. Juna mencoba pinjam uang kepadanya. Tapi kini uang terseut di minta kembali. Saat itu Juna dan Rere tidak punya uang sama sekali. Teman Juna bernama pak Ali. Dia meminta uang harus kembali besuk jam enam pagi. Juna sudah mengatakan minta tempo untuk mencari pinjaman dulu karena sekarang Juna tidak punya uang sama sekali. Tapi pak Ali menolak dan memaksa Juna untuk mengembalikan sesuai dengan keinginannya. Untuk itu Juna harus mencari pinjaman uang ke sana kemari.Semalam Juna tidak tidur, begitu juga Rere. Mulai jam sepuluh malam Juna terus pergi kesana kemari untuk mencari pinjaman uang. Tapi belum juga berhasil. Jam dua belas malam pak Ali menagih kembali uang tersebut. Juna belum punya dan harus mencari pinjaman lagi. Tengah malam itu pun Juna berangkat mencari pinjamaman ke beberapa teman yaang dia kenal. Sampai ha

  • PELANGI JIWA   XXVI- HARAPAN TERAKHIR

    HARAPAN TERAKHIRKini usaha Rere dan Juna hanya mengandalkan dari Joni. Rere selalu berharap usaha dengan Joni berhasil. Banyak sekali kebutuhan yang harus di penuhi. Bila ingat hal tersebut Rere selalu bersedih. Usaha bersama Joni masih terus berjalan. Walau kadang hasilnya menurun, tapi masih tetap mendapatkan hasilnya. Hal ini membuat Rere semakin khawatir. Apalagi Tina dan Marni yang kurang bisa menerima jika hasilnya menurun. Rere mencoba memberi pengertian pada Marni dan Tina jika hasilnya menurun. Jika sudah tidak bisa memberi pengertian pada Tina dan Marni, Rere meminta Juna untuk memberi pengertian pada mereka tentang sebab turunnya usaha tersebut. Hingga suatu hari, kabar yang idak mengenakkan terdengar dari Juna. Terasa Rere ingin pi

  • PELANGI JIWA   XXV - SERASA TAK ADA HARAPAN

    Tak ada harapan Selama beberapa tahun ini Rere dan Juna menjalankan usaha mereka. Disamping mereka punya pekerjaan tetap mereka harus bekerja lagi dengan menjalankan usaha sampingan tersebut. Beban hidup yang cukup berat membuat mereka harus bekerja keras untuk menyelesaikannya. Hingga sampai sekarang mereka masih terbelenggu dengan keadaan yang cukup menyulitkan mereka. Tapi mereka harus tetap bertahan. Ada harapan tiap bulan selain dari pendapatan mereka, yakni dari hasil usaha yang telah mereka lakukan selama ini. Walau masih banyak keinginan Juna untuk usaha yang bermacam-macam, tapi sebisa mungkin Rere mengingatkan pada Juna. Beberapa tahun terakhir ini mereka menjalankan beberapa usaha di antaranya kantin, usaha bakso, dan investasi saham. Da

  • PELANGI JIWA   XXIV- KEBERHASILAN SEMU

    KEBERHASILAN SEMU Suatu hari ada salah seorang teman Rere bertanya, tentang usaha yang sedang di jalankan. Teman Rere bernama Tina, dia sekantor dengan Rere. Sebenarnya Rere enggan bercerita dan memberitahu Tina tentang usaha yang sedang di jalankannya, tapi Tina sedikit mendesak tentang apa saja usaha yang sedang di jalankannya. Akhirnya Rere bercerita tentang saha yang sedang di jalankan, mulai dari kantin, bakso, dan juga investasi saham pada teman Juna.Ternyata Tina tertarik dengan beberapa usaha Rere dan bermaksud untuk mencontohnya. Rere tidak memaksa untuk mencontoh usahanya. Bahkan Rere memberi gambaran betapa repotnya punya usaha sampingan, jangan hanya memikirkan untungnya saja, tapi juga kerugian yang mungkin terjadi, baik waktu, pikiran maupun modal. Tapi Tina sudah bertekat untuk membuka usaha seperti yang di lakukan Rere. Akhirnya Rere menunjukkan salah satu te

  • PELANGI JIWA   XXIII- INVESTASI

    INVESTASI Suatu hari, Juna sedang meluangkan waktu untuk bersantai ke kota. Dia tidak punya tujuan khusus. Dia hanya ingin menikmati pemandangan di taman kota. Kebetulan hari ini sedang libur kerja. Juna berangkat sendiri ke kota, dia tidak mengajak serta Rere dan anak-anak. Suasana taman kota hari itu cukup ramai. Banyak sekali para pengunjung yang datang hari itu. Maklum saja hari libur membuat banyak sekali keluarga menikmati hari libur bersama keluarga di taman kota. Di taman ini pengunjung bisa menikmati pamandangan aneka bunga yang sangat indah dan udara yang sejuk karena banyak pohon rindang yang tumbuh di taman ini. Wahana permainan anak yang cukup sederhana dan murah menjadikan alternatif para keluarga untuk memilih tempat ini menjadi tempat berlibur bersama. Taman ini bi

  • PELANGI JIWA   XXII - AKHIRNYA BERTAMBAH

    AKHIRNYA BERTAMBAH Ternyata Juna menambah lagi jumlah gerobak untuk jual bakso. Rere tak bisa menghalanginya. Juna berkata bahwa gerobak sudah di pesan dan sudah siap untuk di antar.“ Aku sudah pesan gerobak dan sudah siap untuk di antar”, kata Juna suatu hari“ Tapi aku tidak punya uang untuk membayar gerobak yang baru nanti,” jawab Rere“ Kita cari pinjaman untuk membayarnya,” jawab Juna“ Cari sendiri ya, aku tidak sanggup membantu,” jawab Rere“ Iya aku cari, tapi kalau butuh bantuan aku tetap minta tolong kamu”, kata JunaRere diam tak menjawab perkataan Juna yang terakhir. Dia kembali berpikir, jika nanti tidak bisa membayar gerobak yang baru bagaimana, tempat untuk jualan juga belum ada. Masih harus mencari lagi. Banyak sekali pertanyaan yang berada di pikiran Rere. Tapi dia idak mengungkapkan pada Jun

  • PELANGI JIWA   XXI - HOBI YANG MENGHASILKAN

    HOBI YANG MENGHASILKANSetelah bertemu dengan Bambang dan usaha kantin berjalan, Juna bertemu dengan Rian. Dia adalah pengusaha bakso yang sudah mempunyai beberapa cabang. Juna di ajak kerja sama, untuk membuka cabang lagi di kota Juna tinggal, kebetulan belum ada di kota ini Juna setuju.Juna segera memberi tahu Rere tentang rencana yang akan di laksanakan.“Aku tadi bertemu dengan temanku, Rian,”“Kenapa dengan Rian? Ada hubungan apa?”“Dia menawarkan usaha kepada saya”“Usahanya apa?”“Jual bakso.”“Apa tidak repot?”“Kemungkinan tidak”“Aku tidak bisa buat bakso”“Kita tidak usah buat bakso, sebab dia yang akan membuatnya, kita bekerja sama dengan dia dengan cara membeli gerobaknya.”“Terus gimana lagi,’’“Setelah kita punya gerobak dia akan m

  • PELANGI JIWA   XX- PERTEMUAN TAK TERDUGA

    PERTEMUAN TAK TERDUGA Sampai di kantin, Rere dan Juna segera menemui petugas yang mengantar barang tersebut. Mereka menjelaskan bahwa kali ini yang datang baru kuklasnya saja, isinya masih tiga hari lagi. Maka dari itu tiga hari ke depan tepatnya hari rabu pagi. Petugas tersebut berpesan agar kuklas si fungsikan, agar nanti bila isinya datang, sudah siap untuk diisi. Rere mengerti dengan penjelasan tersebut, dan segera menata tempat untuk freser yang baru datang pada tempatnya. Setelah semua beres, Rere berpesan pada Lina tentang pesan dari petugasnya tadi sambil melihat barang-barang yang perlu tambahan untuk di jual besuk. Setelah semua beres Rere mengajak Juna untuk mengantarkannya ke toko membeli semua kebutuhan dagangannya yang habis. Mereka berangkat belanja. Setelah semua kebutuhan Rere beres mereka segera kembali ke kantin untuk mengantar hasil belanjaannya tersebut. Kini isi kantin Rere semakin lengkap. Dikantinnya sudah bisa melayani minuman dingin sendiri

  • PELANGI JIWA   XIX- KANTIN DI KOLAM RENANG

    KANTIN DI KOLAM RENANG Hari itu hari sabtu, seperti biasa sebelum pulang kerja Rere bermaksud hendak pergi ke kantin sambil menyiapkan dagangan untuk besuk. Sebelum berangkat saat masih di kantor, Rere memberi tahu Juna hendak pergi ke kantin sambil menambah dagangannya. Tapi Juna melarangnya, Juna menyuruh Rere untuk pulang ke rumah dulu dan ke kantin sore hari saja. Rencananya Juna mau mengantarkan Rere. Rere setuju mengingat besuk hari libur belanja barang pasti butuh cukup banyak untuk persediaan besuk. Biasanya hari minggu adalah hari yang cukup ramai pengunjung sehingga banyak sekali barang yang harus di beli. Anak-anak rencananya akan di ajak serta supaya mereka bisa menikmati liburan bersama. Setelah Juna memberitahu demikian Rere segera pulang. Sore hari Rere segera menyiapkan segala sesuatu yang akan di gunakan untuk persiapan

DMCA.com Protection Status