Keesokan harinya. Rere dan Juna aktifitas seperti biasa. Mereka berangkat ke kantor masing-masing. Setibanya di kantor Rere segera memberikan oleh-oleh yang telah di beli kemarin. Teman-teman Rere bertanya bagaimana tentang perjalanan kemarin. Waktu istirahat mereka berkumpul dan Rere mengatakan bahwa kemarian dia diantar oleh Juna. Soal yang di kerjakan cukup sulit, peserta juga cukup banyak dari berbagai wilayah. Tak lupa Rere bercerita naik tangga pada saat akan melaksanakan sholat dhuhur dengan menaiki tangga untuk menuju masjidnya. Teman- teman Rere membayngkan naik tangga yang cukup tinggi dengan keadaan perut Rere yang cukup besar.
”Memang kamu itu nekat, perut sudah begitu besar, masih saja nekat naik tangga, kalau terjadi sesuatu gimana?”kata Rini yang sudah pernah kesana dan bisa membayangkan anak tangga yang di lewati Rere.
Rere menjawab dengan tenang. ”Soalnya aku penasaran, tapi walau naik tangga cukup tinggi, tidak terasa kok, alhamdulillah, aman dan selamat”.
Begitulah hari-hari Rere selanjutnya. Tak lupa Rere selalu berdo’a semoga soal yang di kerjakan kemarin bisa membuahkan nilai yang baik. Dan Rere tak perlu mengulang lagi. Aktifitas sehari-hari juga masih berjalan seperti biasa. Rere belum ambil cuti untuk kelahiran anaknya. Rere ingin waktu cuti nanti di ambil tepat waktu tiga bulan mulai anaknya lahir.
Hari ini hari libur, baik Rere maupun Juna. Tak terasa sudah sembilan bulan usia kehamilannya. Rere bermaksud mengajak Juna ke kota untuk membeli perlengkapan bayi, bila suatu saat nanti lahir, mengingat sudah usia kehamilan sembilan bulan. Juna setuju. Setelah semua urusan rumah beres, Rere dan Juna berangkat ke kota untuk membeli barang persiapan menyambut anak yang kedua ini, Rere segera memilih perlengkapan bayi, mulai baju, popok, gendong, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan USG bayi yang di kandung Rere kali ini adalah perempuan. Rere dan Juna cukup senang dan berdoa semoga bayi ini nanti lahir perempuan, dan lahir dengan selamat. Rere memilihkan perelengkapan yang cocok untuk bayi perempuan. Setelah semua di rasa cukup dan waktu juga sudah cukup siang, Rere dan Juna segera pulang. Mereka berencana bila ada keperluan bayi yang masih kurang, akan di belikan nanti dilain hari.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Tak terasa sudah tinggal satu minggu masa kehamilan Rere dari perkiraan USG. Itu artinya seminggu lagi bayi yang di kandungnya akan lahir kedunia. Siang itu setelah pulang dari kantor masing-masing Rere dan Juna istirahat sambil berkata,
” Sepertinya nanti malam saya mau melahirkan, soalnya perut terasa mules-mules”.
Juna menjawab,” Masak sih, kalau mau melahirkan kok masih bisa aktifitas seperti biasa”, Kata Juna sambil memperhatikan Rere yang cukup tenang.
Rere memang bisa menahan rasa nyeri saat kontraksi berlangsung. Bukan untuk disembunyikan dari Juna, tetapi memang Rere masih belum begitu terasa proses untuk melahirkan. Cuma Rere sudah tau dan merasakan bahwa nanti malam atau besuk bayi yang dikandung ini akan lahir. Rere tahu Juna orang yang tidak tega bila ada yang sakit apalagi nanti dia tahu bahwa Rere mau melahirkan, malah Rere berpikir nanti Juna yang jadi perhatian. Soalnya pasti Juna stres menghadapi kelahiran anaknya yang kedua kenyataan ini terbalik. Seharusnya Rere yang bingung dan panik menghadapi kelahiran, tapi Rere tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Juna, seandainya mengetahui bahwa saat ini Rere sedang dalam keadaan proses persalinan, pasti Juna sudah bingung sendiri sehingga malah membuat Rere tidak tenang.
Sampai waktu magrib, Rere masih menjalankan aktifitas seperti biasa, tapi rasa kontraksi diperutnya bertambah sering. Juna tak menyadari hal itu. Dia anggap Rere masih seperti biasa, tak menunjukkan rasa kesakitan atau suatu apa. Hingga malam menjelang, Rere masih mengantarkan Indra ke TPQ untuk belajar seperti biasa. Sampai Indra tidur setelah seharian bermain bersama teman-teman sebayanya. Rere segera menyiapkan sendiri perlengkapan yang nanti di gunakan untuk proses persalinanya.
Juna berkata,” Sudah persiapan semua, memangnya sudah terasa waktu untuk melahirkan ya?”
Rere menjawab dengan tenang,” Ini persiapan saja, siapa tahu nanti malam atau besuk pagi aku harus melahirkan, ntar siapa yang menyiapkan? kamu pasti tidak tahu,iya kan?”
Juna tersenyum dan membenarkan kata-kata Rere. Memang Juna tidak pernah tahu tentang urusan itu. Rere selalu membereskan urusannya sendiri. Kalaupun nanti minta tolong pada Juna pasti tidak akan sesuai dengan apa yang di maksudkan Rere. Maka dari itu dia memutuskan untuk menyiapkan sendiri keperluannya.
Hingga malam semakin larut Juna pamit untuk istirahat dulu. Rere setuju,sedangkan Rere sendiri belum mengantuk dan masih santai nonton televisi sambil merasakan perut yang semakin terasa nyeri. Rere mulai berjalan mondar mandir di dalam rumahnya. Bila nyeri bartambah Rere bernafas panjang untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dengan cara rileksasi. Hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, Rere berniat membangunkan Juna. Juna terkejut saat Rere membangunkannya.
Rere berkata,” Mas, bangun tolong antarkan aku, rasanya ini sudah waktunya untuk melahirkan”.
Rere berkata dengan tenang dengan harapan juna tidak cemas dengan keadaannya yang akan melahirkan. Sesekali Reremenghela nafas panjang bila terjadi kontraksi perut
Juna bangun sambil terkejut dan segera telphon ibunya Rere untuk menunggu di rumah karena Indra masih tidur pulas. Juna berkata pada Rere seolah tidak percaya kalau Rere akan melahirkan, karena Rere masih berjalan seperti biasa tidak tampak rasa sakit yang sedang di rasakannya. Rere segera mengambil semua persiapan untuk di bawa ke klinik bersalin yang tidak jaun dari rumahnya. Juna malah tambah bingung sendiri, Rere malah tersenyum melihat Juna tampak kebingungan sambil bergurau,
” Aku yang mau melahirkan, kok malah kamu yang bingung”.
Juna menjawab,” Berarti kamu semalam sudah tidak tidur?’’
Rere mengangangguk tanda setuju.Tak berapa lama orang tua Rere tiba akhirnya mereka berangkat ke klinik untuk proses persalinan.
Sampai di klinik, Rere segera masuk, kebetulan dia sudah kenal baik dengan semua petugas di klinik tersebut, karena satu kantor dengan Rere. Segera dilakukan pemeriksaan dan sesuai perkiraan nanti sekitar dua jam lagi baru akan mulai proses persalinannya. Rere memilih untuk jalan- jalan dulu di lingkungan klinik sambil menumggu waktu persalinan. Rasa nyeri di perut semakin terasa.
Menjelang subuh ibu Rere menyusul ke klinik diantar ayah Rere. Sang ayah kembali karena Indra masih tidur di rumah. Tak berapa lama setelah adzan subuh, perut Rere semakin tampah nyeri, Rere memutuskan untuk tidur di kamar bersalin dan dilakukan pemeriksaan lagi. Ternyata waktu persalinan sudah bisa di mulai. Juna menunggu di luar dengan cemas. Memang Juna tidak pernah tahu proses kelahiran anaknya, termasuk dulu waktu Indra dilahirkan dan kini anak keduanya.
Tak berapa lama terdengar suara tangis bayi dari ruangan tanda persalinan sudah selesai, Alhamdulillah berjalan lancar. Juna segera masuk ke ruangan dan bersyukur. Bayi lahir dengan selamat, seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik.menangis dengan keras. Rere juga selamat. Juna dan semua keluarga bahagia.
Kabar kelahiran anak kedua mereka segera terdengan semua kerabat. Satu persatu mereka berkunjung ke klinik tempat dimana Rere malahirkan, semua keluarga bahagia. Teman-teman di kantor segera tahu, bahwa kini anak mereka telah lahir, seorang bayi perempuan. Lengkap sudah kini keluarga Rere dan Juna. Kini mereka punya dua anak, laki-laki dan perempuan. Mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Dunia baru dan hal baru, siapa takut. Udara di rumah Rere dan Juna cukup segar. Hal ini karena rumah mereka berada di sekitar sawah. Tanaman yang ada di sawah bisa membuat mata yang lelah menjadi segar. Bila pagi datang udara sejuk, tak banyak terdapat asap yang menjadikan polusi udara. Sekarang sawah sekitar rumah terdapat taanaman cabai. Para petani di desa sekarang sedang bertanam cabai, banyak di antara mereka yang berhasil menanam cabai dan dapat merubah keadaan ekonomi mereka. Orang tua Rere sendiri juga mempunyai sawah yang cukup luas, tapi sawah mereka tidak di tanami cabai. Ayah dan ibu Rere lebih senang bertanam padi dari pada cabai. Suatu hari Juna berniat untuk mencoba bertanam cabai di sawah orang tua Rere. Hal
Keesokan harinya, Juna pergi kesawah untuk melihat tanaman cabai. Ternyata sampai di sawah pak Said yang di beri tugas untuk bekerja di sawah belum datang, Juna berkata dalam hati, apakah setiap hari begini kerjanya pak Said, kalau tidak di kontrol tiap hari, jangan jangan tidak masuk kerja, tapi minta gaji utuh,kalau begini caranya bisa hancur nantinya. Tapi tak berapa lama pak Said datang dan segera menuju ke tengah sawah untuk menyiram tanaman cabai. Memang tanaman ini setiap hari disiram, apalagi sekarang musim kemarau. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih maksimal terutama untuk urusan air. Pak said segera bicara dengan Juna,” Pak mulai besuk ini sudah ada yang berbuah, tapi masih jarang, coba lihat pohonnya, pasti ada yang sudah mulai berbuah”.” Iya, ini kelihatannya mulai berbuah, semoga saja buahnya lebat dan harganya bisa mahal”,Juna segera berjalan mengelilingi sawah untuk melihat dan me
HARAPAN BARUSiang hari Juna segera mendapat kabar dari pak Said. Panen hari ini selesai dan telah diantar ke rumah Parlan. Hasil yang diperoleh 4kilogram panen pertama. Masalah harga belum ada kabar dan diusahakan sore Juna bertemu sendiri dengan Parlan.” Pak, penen sudah selesai mendapat 4kilogram dan sudah saya setor,”” Iya, nanti sore saya tanya sendiri ke sana, memangnya tidak langsung tahu harganya ya Pak?”“Iya pak, kalau untuk cabai memang begitu, harga baru di ketahui setelah barang tersebut di setor oleh pengepul, semua pengepul juga begitu, Pak,” Sore hari Juna segera ke rumah pak Parlan untuk menanyakan tentang panen cabai yang sudah di setor pak Said kepadanya. Sampai di rumah Parlan, Juna segera bertanya dan mendapat penjelasan tentang setoran dan harga.&
KECEWAHari hari selanjutnya, panen seperti biasa. Tiap dua hari atau tiga hari sekali panen tetap berlangsung,tapi hasilnya kini semakin menurun. Maklumlah sudah pengambilan yang ke sekian kalinya, tapi harga masih tetap tidak naik. Rere sedih bila ingat kalau modal yang di gunakan cukup banyak dan tidak bisa balik modal. Apalagi cara pembayaraannya masih menunggu hasil setoran pengepul. Hal ini cukup membuat Rere kebingungan, tapi Juna selalu menghibur dan menguatkan hati Rere. Juna selau mengajak berdo’a semoga ini adalah awal yang terbaik untuk keluarga mereka. Rere hanya pasrah dengan keadaan yang terjadi. Dalam hati dia berkata,’akankah hidupnya dan keluarga selalu dalam kekurangan dan kebingungan urusan ekonomi. Rere berdo’a dan mengharap yang terbaik yang di berikan Allah untuk keluarganya. Sampai akhirnya panen cabai di sawah selesai. Semua sudah habis di p
BULAN PENUH BERKAHMelepas rindu yang terpendam selama bartahun-tahun tentu sangat berkesan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Pada bulan ini seluruh umat Islam melaksanakan puasa. Selain itu, banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk menambah pahala dan memuliakan bulan Ramadhan ini. Seperti halnya umat Islam yang lain, Rere, Juna dan seluruh keluarga juga melaksanakan ibadah puasa. Termasuk ayah dan ibu. Dari zaman dulu saat Rere masih kecil, Ibu dan Ayah selalu mengajarkan agar selalu menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan. Tak jarang setiap waktu sahur Ayah dan Ibu sering membangunkan Rere dan Juna. Pada waktu masih tinggal serumah, Rere selalu di bangunkan oleh Ibu atau Ayah untuk makan sahur bersama. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang. Walaupun Rere dan Juna sudah tidak tinggal ser
HARI KEMENANGAN Kesesokan harinya, Juna dan Rere berangkat kerja seperti biasa. Di tempat kerja pada waktu istirahat, kebetulan ada kabar dari atasan Juna bahwa akan ada pinjaman dari koperasi untuk para pegawai di hari raya. Dengan segera Juna mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pinjaman tersebut. Tidak hanya juna, beberapa teman Juna juga ikut ambil pinjaman tersebut. Ternyata hari raya membuat semua orang meningkat kebutuhannya. Sampai di rumah Juna segera memberi tahu Rere bahwa dia sudah mendaftarkan diri untuk mengambil pinjaman hari raya. Dengan harapan bisa dijadikan tambahan untuk kebutuhannya nanti. Rere cukup senang mendengar berita tersebut. Tak terasa romadhon hampir berlalu,tinggal beberapa hari lagi. Menurut cerita Ib
REUNI DI RUMAH IBU Seminggu kemudian tepat tanggal 1 Syawal. Hari raya umat islam di rayakan.Waktu lebaran tiba, semua bahagia. Silaturrahmi ke sanak famili di lakukan. Hari kemenangan bagi semua umat Islam yang ada di dunia. Begitu juga Rere dan keluarga. Semua bahagia. Rere dan Juna bersilaturrahmi ke sanak famili. Setelah semua di rasa cukup. Rere dan Juna berkumpul di rumah ibunya. Di rumah ibu masih ramai para tamu. Maklum saja, Ibu dan ayah Rere termasuk orang tua, jadi semua saudara masih mengunjungi beliau. Sampai beberapa hari, rumah ibu masih banyak tamu yang bersilaturrahmi. Suatu hari di rumah ibu di ruang keluarga, kita semua keluarga berkumpul dengan santai sambil menikmati hidangan yang masih ada dan minuman es yang cukup segar, semua keluarga berkumpul. Tidak lupa televisi tetap menyala, entah
REUNI DI RUMAH IBUIbu adalah sosok wanita yang sangat kuat, sederhana, dan mandiri. Beliau tinggal dalam kesederhanaan, seperti yang diajarkannya pada kami. Selama ini, ibu tidak pernah mengeluh sakit yang sangat berat. Ibu selalu sehat. Apabila ada keluhan itu adalah wajar. Ibu biasa mengeluh pusing, atau kembung di perut seperti keluhan sakit maag pada umumnya. Walau biasanya mengeluh pusing, tapi ibu tidak pernah bolos kerja. Selama ibu masih kuat berjalan dan berdiri pasti ibu akan berangkat kerja. Karena menurut ibu, pekerjaan yang sudah di jalani selama ini adalah merupakan tanggung jawab yang harus di laksanakan. Ayah pun demikian. Ayah juga seorang pekerja keras. Tanggung jawab sebagai pendidik selalu beliau jalankan. Tidak pernah beliau bolos kerja karena hal sepele. Seperti halnya ibu, ayah pun jarang punya keluhan. Walau pusing atau keluhan yang lain, selama masih mampu berdiri
BAGAI MENGINJAK BARA APIPernah suatu hari, Juna mendapat tagihan dari seorang teman. Sebenarnya teman Juna tersebut cukup mampu dan kaya. Juna mencoba pinjam uang kepadanya. Tapi kini uang terseut di minta kembali. Saat itu Juna dan Rere tidak punya uang sama sekali. Teman Juna bernama pak Ali. Dia meminta uang harus kembali besuk jam enam pagi. Juna sudah mengatakan minta tempo untuk mencari pinjaman dulu karena sekarang Juna tidak punya uang sama sekali. Tapi pak Ali menolak dan memaksa Juna untuk mengembalikan sesuai dengan keinginannya. Untuk itu Juna harus mencari pinjaman uang ke sana kemari.Semalam Juna tidak tidur, begitu juga Rere. Mulai jam sepuluh malam Juna terus pergi kesana kemari untuk mencari pinjaman uang. Tapi belum juga berhasil. Jam dua belas malam pak Ali menagih kembali uang tersebut. Juna belum punya dan harus mencari pinjaman lagi. Tengah malam itu pun Juna berangkat mencari pinjamaman ke beberapa teman yaang dia kenal. Sampai ha
HARAPAN TERAKHIRKini usaha Rere dan Juna hanya mengandalkan dari Joni. Rere selalu berharap usaha dengan Joni berhasil. Banyak sekali kebutuhan yang harus di penuhi. Bila ingat hal tersebut Rere selalu bersedih. Usaha bersama Joni masih terus berjalan. Walau kadang hasilnya menurun, tapi masih tetap mendapatkan hasilnya. Hal ini membuat Rere semakin khawatir. Apalagi Tina dan Marni yang kurang bisa menerima jika hasilnya menurun. Rere mencoba memberi pengertian pada Marni dan Tina jika hasilnya menurun. Jika sudah tidak bisa memberi pengertian pada Tina dan Marni, Rere meminta Juna untuk memberi pengertian pada mereka tentang sebab turunnya usaha tersebut. Hingga suatu hari, kabar yang idak mengenakkan terdengar dari Juna. Terasa Rere ingin pi
Tak ada harapan Selama beberapa tahun ini Rere dan Juna menjalankan usaha mereka. Disamping mereka punya pekerjaan tetap mereka harus bekerja lagi dengan menjalankan usaha sampingan tersebut. Beban hidup yang cukup berat membuat mereka harus bekerja keras untuk menyelesaikannya. Hingga sampai sekarang mereka masih terbelenggu dengan keadaan yang cukup menyulitkan mereka. Tapi mereka harus tetap bertahan. Ada harapan tiap bulan selain dari pendapatan mereka, yakni dari hasil usaha yang telah mereka lakukan selama ini. Walau masih banyak keinginan Juna untuk usaha yang bermacam-macam, tapi sebisa mungkin Rere mengingatkan pada Juna. Beberapa tahun terakhir ini mereka menjalankan beberapa usaha di antaranya kantin, usaha bakso, dan investasi saham. Da
KEBERHASILAN SEMU Suatu hari ada salah seorang teman Rere bertanya, tentang usaha yang sedang di jalankan. Teman Rere bernama Tina, dia sekantor dengan Rere. Sebenarnya Rere enggan bercerita dan memberitahu Tina tentang usaha yang sedang di jalankannya, tapi Tina sedikit mendesak tentang apa saja usaha yang sedang di jalankannya. Akhirnya Rere bercerita tentang saha yang sedang di jalankan, mulai dari kantin, bakso, dan juga investasi saham pada teman Juna.Ternyata Tina tertarik dengan beberapa usaha Rere dan bermaksud untuk mencontohnya. Rere tidak memaksa untuk mencontoh usahanya. Bahkan Rere memberi gambaran betapa repotnya punya usaha sampingan, jangan hanya memikirkan untungnya saja, tapi juga kerugian yang mungkin terjadi, baik waktu, pikiran maupun modal. Tapi Tina sudah bertekat untuk membuka usaha seperti yang di lakukan Rere. Akhirnya Rere menunjukkan salah satu te
INVESTASI Suatu hari, Juna sedang meluangkan waktu untuk bersantai ke kota. Dia tidak punya tujuan khusus. Dia hanya ingin menikmati pemandangan di taman kota. Kebetulan hari ini sedang libur kerja. Juna berangkat sendiri ke kota, dia tidak mengajak serta Rere dan anak-anak. Suasana taman kota hari itu cukup ramai. Banyak sekali para pengunjung yang datang hari itu. Maklum saja hari libur membuat banyak sekali keluarga menikmati hari libur bersama keluarga di taman kota. Di taman ini pengunjung bisa menikmati pamandangan aneka bunga yang sangat indah dan udara yang sejuk karena banyak pohon rindang yang tumbuh di taman ini. Wahana permainan anak yang cukup sederhana dan murah menjadikan alternatif para keluarga untuk memilih tempat ini menjadi tempat berlibur bersama. Taman ini bi
AKHIRNYA BERTAMBAH Ternyata Juna menambah lagi jumlah gerobak untuk jual bakso. Rere tak bisa menghalanginya. Juna berkata bahwa gerobak sudah di pesan dan sudah siap untuk di antar.“ Aku sudah pesan gerobak dan sudah siap untuk di antar”, kata Juna suatu hari“ Tapi aku tidak punya uang untuk membayar gerobak yang baru nanti,” jawab Rere“ Kita cari pinjaman untuk membayarnya,” jawab Juna“ Cari sendiri ya, aku tidak sanggup membantu,” jawab Rere“ Iya aku cari, tapi kalau butuh bantuan aku tetap minta tolong kamu”, kata JunaRere diam tak menjawab perkataan Juna yang terakhir. Dia kembali berpikir, jika nanti tidak bisa membayar gerobak yang baru bagaimana, tempat untuk jualan juga belum ada. Masih harus mencari lagi. Banyak sekali pertanyaan yang berada di pikiran Rere. Tapi dia idak mengungkapkan pada Jun
HOBI YANG MENGHASILKANSetelah bertemu dengan Bambang dan usaha kantin berjalan, Juna bertemu dengan Rian. Dia adalah pengusaha bakso yang sudah mempunyai beberapa cabang. Juna di ajak kerja sama, untuk membuka cabang lagi di kota Juna tinggal, kebetulan belum ada di kota ini Juna setuju.Juna segera memberi tahu Rere tentang rencana yang akan di laksanakan.“Aku tadi bertemu dengan temanku, Rian,”“Kenapa dengan Rian? Ada hubungan apa?”“Dia menawarkan usaha kepada saya”“Usahanya apa?”“Jual bakso.”“Apa tidak repot?”“Kemungkinan tidak”“Aku tidak bisa buat bakso”“Kita tidak usah buat bakso, sebab dia yang akan membuatnya, kita bekerja sama dengan dia dengan cara membeli gerobaknya.”“Terus gimana lagi,’’“Setelah kita punya gerobak dia akan m
PERTEMUAN TAK TERDUGA Sampai di kantin, Rere dan Juna segera menemui petugas yang mengantar barang tersebut. Mereka menjelaskan bahwa kali ini yang datang baru kuklasnya saja, isinya masih tiga hari lagi. Maka dari itu tiga hari ke depan tepatnya hari rabu pagi. Petugas tersebut berpesan agar kuklas si fungsikan, agar nanti bila isinya datang, sudah siap untuk diisi. Rere mengerti dengan penjelasan tersebut, dan segera menata tempat untuk freser yang baru datang pada tempatnya. Setelah semua beres, Rere berpesan pada Lina tentang pesan dari petugasnya tadi sambil melihat barang-barang yang perlu tambahan untuk di jual besuk. Setelah semua beres Rere mengajak Juna untuk mengantarkannya ke toko membeli semua kebutuhan dagangannya yang habis. Mereka berangkat belanja. Setelah semua kebutuhan Rere beres mereka segera kembali ke kantin untuk mengantar hasil belanjaannya tersebut. Kini isi kantin Rere semakin lengkap. Dikantinnya sudah bisa melayani minuman dingin sendiri
KANTIN DI KOLAM RENANG Hari itu hari sabtu, seperti biasa sebelum pulang kerja Rere bermaksud hendak pergi ke kantin sambil menyiapkan dagangan untuk besuk. Sebelum berangkat saat masih di kantor, Rere memberi tahu Juna hendak pergi ke kantin sambil menambah dagangannya. Tapi Juna melarangnya, Juna menyuruh Rere untuk pulang ke rumah dulu dan ke kantin sore hari saja. Rencananya Juna mau mengantarkan Rere. Rere setuju mengingat besuk hari libur belanja barang pasti butuh cukup banyak untuk persediaan besuk. Biasanya hari minggu adalah hari yang cukup ramai pengunjung sehingga banyak sekali barang yang harus di beli. Anak-anak rencananya akan di ajak serta supaya mereka bisa menikmati liburan bersama. Setelah Juna memberitahu demikian Rere segera pulang. Sore hari Rere segera menyiapkan segala sesuatu yang akan di gunakan untuk persiapan