Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Aldo dan Rembulan pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Aldo tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Aldo dan Rembulan pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti.Dan, sesuai request dari Rembulan, pagi ini mereka sudah siap sejak pukul 7 pagi. Fengying juga sudah datang, karena Aldo mengajaknya sarapan pagi bersama mereka di Hotel. Setelah itu mereka menuju ke Disneyland.Disneyland Shanghai adalah Disneyland Park yang paling otentik dari seluruh Disneyland yang ada di dunia. Pasalnya di sana tidak akan ditemukan “Main Street USA” . Semua bertemakan dengan dekorasi khas negara Tiongkok. Alih-alih menemukan “Mikey Avenue” yang kental dengan nuansa oriental. Rumah-rumah khas Tiongkok yang di dominasi dengan warna merah dan emas, bunga Peoni yang bermekaran. Di sana juga dapat di temukan 12 Chinese
Rembulan langsung menghentikan kegiatannya dan langsung menoleh ke arah sang suami.“Ada apa, Mas?”“Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”“Apa?”"Tolong jawab dulu pertanyaanku dengan jujur," kata Aldo. "Iya, aku akan jawab dengan jujur, Mas. Apa yang ingin kamu tanyakan?""Kamu memilih menjadi istri pertama atau menjadi janda karena hadirnya wanita lain?" Perasaan Rembulan mendadak saja tidak enak. Apa ini satu pertanda? Benarkah apa yang dikatakan oleh Dara dulu? Apakah yang Mentari katakan waktu itu adalah hubungan dengan Aldo? Suaminya?"Maksud pertanyaan kamu apa, ya? Kita ini baru saja pulang dari bulan madu. Tiba- tiba saja kamu bertanya tentang hal ini? Apa kamu memiliki wanita lain selain aku? Benarkah apa yang dulu ... ah, tidak. Kamu dan Mentari, kalian ada hubungan apa?" Aldo menghela napas, "Kamu sudah tau?" tanyanya."Jadi, benar. Kamu dan Mentari memiliki hubungan?" "Mentari sedang mengandung anakku. Dan, aku akan mengajaknya ke Singa
Kondisi Suseno yang tidak terlalu parah membuat Ayunda merasa sedikit tenang, tetapi tentu saja ia merasa sangat penasaran dengan apa yang terjadi.“Sebenarnya ada apa? Kenapa papa kalian bisa jatuh pingsan seperti tadi?” tanya Ayunda kepada Mentari dan Rembulan.Mereka baru saja pulang ke rumah sementara Suseno dijaga oleh Laura.“Mentari hamil, Ma. Itu yang membuat papa kaget,” jawab Rembulan dengan tegas membuat Ayunda kaget luar biasa.“Tari, benar apa yang dikatakan oleh Bulan? Kamu ini benar-benar tidak tau malu! Pekerjaan kamu itu saja sudah membuat mama malu, lalu sekarang kamu hamil, sejak dulu kamu ini tidak pernah mau berubah. Lihat Rembulan, dia tidak pernah menyusahkan. Katakan siapa ayah dari bayi dalam kandunganmu itu!” cecar Ayunda emosi."Ayah bayi itu adalah aku," kata Aldo dengan lantang. Hal ini jelas membuat Ayunda mereka panik."Kamu nggak usah becanda!" hardik Buana dengan cepat."Iya, Aldo. Ini sama sekali nggak lucu," kata Ayunda.Aldo menggelengkan kepalanya,
“Sudahlah, sekarang ini aku minta Mama, kau dan Tari jangan berdebat terus. Kita pikirkan saja dulu kesehatan papa. Aku harus ke kantor untuk mengurus klien. Seharusnya ini tugasmu Lan, hanya saja kau kemarin pergi liburan. Aku mohon kalian jangan bertengkar lagi. Kita pikirkan nanti saja masalah ini.” Ayunda menghela napas panjang, ia pun mengangguk mengiyakan perkataan sang anak. Benar yang dikatakan Buana. Saat ini mereka harus fokus dulu pada kesehatan Suseno.Mentari yang merasa kesal segera menyambar kunci mobilnya dan bergegas menuju apartemennya. Sementara Rembulan dan Ayunda mempersiapkan segala keperluan Suseno. Buana sendiri bergegas ke kantor karena klien sudah menanti.**Di dalam ruang kerja Buana.“Mau minum apa, Mbak Gina?” tanya Buana, sopan pada Gina.“Gak usah repot-repot, Pak. Kita bisa langsung ke intinya aja?” kata Gina yang mempunyai gaya bicara manja.Buana kembali duduk di sofa tamu, ruang kerjanya setelah Gina menolak tawaran minumnya.“Ok, jadi bagaimana in
Rupanya Gina juga sudah siap menyambut kedatangan Buana, semua sudah ia rencanakan dengan sangat baik. Ia hanya mengenakan tank top yang mencetak dua bukit untuk didaki dan celana pendek ketat yang memperlihatkan kedua tungkai kakinya yang mulus di balik pakaian yang ia kenakan tadi.Sama-sama saling berinisiatif, tangan Buana melepaskan tank top dan celana pendek Gina, sedangkan gadis itu pun membalas dengan membuka kemeja dan celana panjang Buana.Sekarang Buana bisa melihat jelas semua lekuk tubuh Gina. Bentuk dan ukuran dadanya membuat lelaki itu semakin terangsang. Kini dengan puas Buana remas dan lumat. Ternyata setelah tanpa pakaian, lebih indah dan lebih montok aslinya! Pantas saja ia begitu membanggakan asetnya yang berharga ini. Lelaki normal mana yang tidak terobsesi untuk menelanjanginya.“Gina,” desahku berterus terang, di antara napas yang tersengal-sengal.”Kamu cantik sekali sayang. Aku menginginkanmu.”“Aku tahu,” jawab Gina sambil terus memegangi kepala Buana yang me
Pagi itu suasana sedikit mendung, tampak Buana baru saja terbangun. Lelaki itu merasakan kepalanya sedikit sakit dan saat ia menoleh ke samping ia tersentak saat melihat Gina yang pulas tanpa sehelai benang pun.Dengan cepat, Buana pun membangunkan gadis cantik yang semalam sudah memuaskan hasratnya itu."Bangun! Bangun, kamu!" kata Buana sambil mengguncangkan tubuh Gina.Berbeda dengan Buana yang panik. Gina membuka matanya dan tersenyum dengan manis pada Buana."Pagi, Mas. Duh, tidurnya pulas sekali, ya. Mentang-mentang udah dipuasin. Ngomong-ngomong kamu liar banget semalam, permainanmu juga hot sekali. Aku sampai keenakan," kata Gina dengan suara yang serak- serak manja."Kita ... aku semalam udah ngapain? Kenapa kita ada di kamar ini? Kenapa kamu bisa sama aku?" cecar Buana, panik.Selama ini, dia belum pernah mengkhianati kepercayaan dari Laura. Pasti Laura sudah menunggunya sejak semalam."Kamu semalam tiba-tiba pusing dan memintaku mengantarkan ke mobilmu. Lalu, kamu mengeluh
Siang itu Suseno sudah diizinkan untuk pulang dan Buana sebagai anak lelaki paling tua pun menjemput sang ayah di rumah sakit. Aldo yang memang menangani ayah mertuanya ikut membantu Suseno masuk ke dalam mobil. Hanya Buana dan Aldo yang menjemput Suseno karena Ayunda menunggu di rumah bersama Rembulan."Papa nanti mau kalian semua berkumpul. Papa nggak mau masalah ini berlarut-larut," kata Suseno memecahkan kesunyian. Aldo yang sedang menyetir mobil menghela napas panjang dan melirik ke mertuanya."Maafkan saya, Pa. Semuanya terjadi begitu saja di malam itu. " "Jika kamu mencintai Mentari, kenapa kamu menikahi Rembulan?" tanya Buana pada akhirnya. Kembali Aldo menghela napas panjang. "Saya akan jelaskan semua di rumah," jawabnya. "Mentari di mana?" tanya Suseno. "Tadi, aku sudah meneleponnya, Pa. Dan anak itu bilang dia akan ke rumah. Saat ini dia ada di apartemen," jawab Buana. Suseno hanya menarik napas panjang. Sejak dulu, Buana dan Rembulan memang tidak pernah akur deng
Aldo menatap Rembulan dengan tatapan yang sulit untuk dimengerti. Selama beberapa saat ia menghela napas panjang dan mengembuskannya berulang-ulang. "Maafkan aku, Lan," ujarnya."Maaf aja nggak akan mengubah semuanya, Mas. Aku nggak pernah sudi jika kau duakan," kata Rembulan dengan kesal."Jadi, kau mau aku memilih?" tanya Aldo."Mas, pikirkan baik-baik. Aku nggak mau kamu menyesal nantinya," kata Mentari."Nggak, Tari. Aku mau semua selesai saat ini juga. Aku nggak bisa membiarkan masalah berlarut-larut," kata Aldo."Kau harus memilih, aku atau Mentari. Jika kau memilih Mentari, maka ceraikan aku," kata Rembulan."Baik, kalau begitu. Disaksikan kedua orang tua dan kakakmu, saat ini aku menalakmu, Rembulan. Mulai saat ini kau bukan istriku lagi.""A-aku terima, Mas," kata Rembulan dengan suara bergetar dan tangisnya pun pecah dalam pelukan sang ibu."Aldo!" seru Ayunda. Namun, Suseno menggelengkan kepalanya dan memegang tangan sang istri."Mentari ... semoga kau bahagia dengan