Hari ini Aldo dan Mentari tampak rapi. Mereka akan menghadiri pesta pernikahan Kendric sahabat Aldo. Ya, Kendric akan menikah dengan wanita pilihan Sita yang bernama Herlina. Sebenarnya, Aldo sedikit khawatir dengan kondisi Mentari. Tapi, setelah bertanya kepada dokter Elvira , Aldo pun berani membawa Mentari ke pesta pernikahan. Lagipula Mentari juga merasa tidak enak jika tidak menghadiri pernikahan sahabat baik sang suami."Kita hanya sebentar saja di sana ya, sayang. Aku tidak mau kau terlalu lelah. Dan kau juga tidak boleh mengenakan sepatu tinggi. Ingat, dokter Elvira menganjurkan untuk memakai flat shoes.""Iya, Mas. Kita hanya sebentar saja kesana. Setelah itu kita langsung pulang. Lagipula, seminggu ini aku hanya berbaring seharian sambil menonton, aku ingin keluar sebentar saja," kata Mentari.Aldo tersenyum dan memeluk Mentari, perlahan ia mengelus perut Mentari yang masih rata dan mendekatkan wajahnya pada perut sang istri."Hai jagoan papa, kamu harus sehat di perut Mama
Mentari hanya tersenyum dan mendekat kemudian masuk ke dalam pelukan Aldo. Dibiarkannya Aldo membelai perutnya dengan mesra."Mas, jika terjadi sesuatu denganku lalu kau harus memilih, siapa yang akan kau pilih? Aku atau anak kita?" tanya Mentari."Jangan pernah bertanya sesuatu hal yang aku tidak bisa menjawabnya Mentari. Kau dan anakku adalah harta yang terindah dalam hidupku. Aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian berdua.""Aku kan hanya bertanya, Mas."Tiba-tiba saja Mentari melihat suami tercintanya itu menitikkan air mata."Jangan, Ri. Aku selalu meminta pada Tuhan supaya kau dan anak kita sehat dan selamat. Aku ingin melihatmu menggendong anak kita. Aku ingin kita merawat dan membesarkan anak kita bersama, kemudian kita akan menua bersama. Kau adalah segalanya buatku Mentari," kata Aldo dengan suara yang bergetar karena air mata. Mentari terharu melihat kesungguhan di mata Aldo. Ia pun memeluk suaminya dengan erat sambil memejamkan matanya."Kau kenapa, Ri? Apa ada yang
Shanghai memang terkenal sebagai pusat wisata. Shanghai Centre Theatre adalah salah satunya. Mentari dan Aldo pun memutuskan untuk menikmati hiburan yang berbeda dengan tontonan yang lain. Mereka sangat terhibur dengan pertunjukan acrobat yang mengusung kelas dunia. Penampilan para pemainnya tidak perlu di ragukan.Karena mereka sudah sangat terlatih. Mereka menggunakan gerakan-gerakan yang sangat eksotis, untuk koreografer, Mentari pun merasa sangat terhibur. Karena koreografer yang di sajikan memang sangat mengagumkan. Wisata acrobat ini memang sangat terkenal di China, karena itulah Mentari memilih Shanghai sebagai destinasi Baby Moon mereka.Setelah menikmati tontonan yang menarik, Fengying mengajak mereka ke Pasar malam kuliner Changli.Pasar malam di Shanghai ini sering dikunjungi oleh wisatawan dan penduduk setempat yang rela antri untuk melahap daging ayam dan kebab makanan laut bakar saat mayoritas penduduk di kota itu tertidur lelap. Tempat ini merupakan tempat yang disukai t
_4 bulan kemudian_Tidak banyak hal yang terjadi dalam waktu 4 bulan. Semua berjalan dengan normal dan juga lancar-lancar saja. Namun, pagi saat akan menjalankan ibadah solat subuh Mentari terkejut melihat ada darah yang menetes, dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Perlahan, ia membangunkan Aldo."Mas, perutku sakit..." keluh Mentari. Aldo langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Mentari."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar."Aldo langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Sutinah yang melihat Aldo panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah disiapkan."Untung saja seminggu sebelumnya Laksmi datang dan berinsiatif untuk mengemasi perlengkapan Mentari. Setelah memberikan tas berisi perlengkapan. Sutinah pun membantu Mentari mengganti pakaiannya. Aldo makin panik saat Men
Rumah Mentari mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Mentari tertawa geli. Laksmi dan Rembulan dengan semangat membagi tugas. Laksmi merawat Mentari dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Mentari.Setiap pagi, Laksmi akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Mentari minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Mentari seperti semula, Laksmi membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Mentari mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata.Belum lagi setiap pagi Laksmi mengoleskan kapur sirih yang campur jeruk nipis sebelum memakaikan bengkung yang panjangnya hampir 7 meter itu di perut Mentari. Dan, meski Mentari merasa sesak, Laksmi benar-benar
"Bulan boleh menikah, tapi Mas Aldo harus memberikan mahar yang sama kepadaku karena aku kakak kembarnya sudah dilangkahi!" tegas Mentari sambil mendelik ke arah keluarga besar Aldo yang saat ini sedang melamar saudari kembarnya Rembulan."Tari, jangan bersikap tidak sopan begitu," tegur Ayunda sang ibu."Aku tidak salah, Ma. Di mana- mana pengantin pria harus memberikan mahar yang sama jika kakak wanitanya dilangkahi.""Tidak masalah, Tante. Saya akan memberikan mahar yang sama kepada Tari sebagai pelangkah."Rembulan menarik napas panjang dan menatap calon suaminya dengan perasaan tidak enak. Ia merasa jika permintaan sang kakak memang sudah sedikit kelewatan. Memang betul jika dalam adat mereka harus ada pelangkah yang diberikan apa bila seorang adik menikah duluan. Tetapi, apa yang diminta Mentari rasanya sedikit berlebihan."Tuh, Mas Aldo saja tidak keberatan kok. Jadi, karena semua sudah setuju, silakan dilanjutkan acaranya. Aku permisi duluan karena ada pemotretan," kata Ment
Mentari tersenyum penuh kemenangan, sore itu Rembulan memintanya untuk mengantarkan makanan kesukaan Aldo ke apartemen lelaki itu. Hal itu jelas saja memudahkan rencananya untuk menjebak Aldo. "Hai Mas, aku diminta Bulan untuk membawakan makanan ini. Katanya, ini masakan kesukaan Mas. Mama sendiri yang memasaknya," kata Mentari saat Aldo membukakan pintu. Lelaki tampan itu baru saja pulang. "Aku kira tadi Bulan, kalian ini memang sangat mirip, ya." "Boleh aku masuk?" tanya Mentari. "Tentu saja, ayo masuklah. Kita juga tidak pernah bicara banyak sebelumnya. Ayo masuklah ... aku juga sedang tidak ingin makan sendiri."Dengan luwes, Mentari menyiapkan makanan yang telah ia bawa dari rumah. Tadi, mamanya memang memasak makanan itu. Tetapi, karena saudari kembarnya itu sedang dalam masa pingitan, tentu saja dia tidak boleh keluar rumah dan menemui calon suaminya. Kata orang Jawa itu pamali. Aldo yang baru selesai mandi harus menelan salivanya saat melihat makanan kesukaannya terhidan
Pagi hari setelah mandi Rembulan langsung didandani oleh MUA yang sudah siap sejak semalam.“Aldo juga ada di hotel ini, kamu jangan cemas,” kata Ayunda sambil tersenyum.“Iya, Ma. Aku hanya tidak tenang saja, Ma.”“Jangan kamu dengarkan saudara kembarmu itu.”Rembulan menatap Ayunda dan tersenyum manis.“Ma, kita semua tau bagaimana sifat Tari. Dia memang begitu kan. Tapi kita tetap mencintai dia, Ma. Biar bagaimana dia anak mama juga,” kata Rembulan.“Mama hanya ingin dia lebih bertanggung jawab. Kamu dan Buana saja bisa menjadi penerus papa kalian di perusahaan kenapa dia tidak?”“Ma, Tari itu artis yang hebat. Dia juga memiliki banyak fans. Mama seharusnya bangga atas semua prestasi yang dia raih,” kata Rembulan lagi.Tiba-tiba bel di pintu kamar berbunyi, Ayunda bergegas membuka pintu kamar, ternyata salah seorang dari Wedding Organizer yang memberitahu bahwa akad akan segera dimulai."Ayo, Bulan, kita keluar ya," kata Ayunda. Ayunda menggandeng putrinya itu dengan perasaan baha