Mentari tersenyum penuh kemenangan, sore itu Rembulan memintanya untuk mengantarkan makanan kesukaan Aldo ke apartemen lelaki itu. Hal itu jelas saja memudahkan rencananya untuk menjebak Aldo.
"Hai Mas, aku diminta Bulan untuk membawakan makanan ini. Katanya, ini masakan kesukaan Mas. Mama sendiri yang memasaknya," kata Mentari saat Aldo membukakan pintu. Lelaki tampan itu baru saja pulang.
"Aku kira tadi Bulan, kalian ini memang sangat mirip, ya."
"Boleh aku masuk?" tanya Mentari.
"Tentu saja, ayo masuklah. Kita juga tidak pernah bicara banyak sebelumnya. Ayo masuklah ... aku juga sedang tidak ingin makan sendiri."
Dengan luwes, Mentari menyiapkan makanan yang telah ia bawa dari rumah. Tadi, mamanya memang memasak makanan itu. Tetapi, karena saudari kembarnya itu sedang dalam masa pingitan, tentu saja dia tidak boleh keluar rumah dan menemui calon suaminya. Kata orang Jawa itu pamali.
Aldo yang baru selesai mandi harus menelan salivanya saat melihat makanan kesukaannya terhidang di meja makan.
"Wah, ini makanan kesukaan aku semua. Tante Ayu yang membuatnya?" tanya lelaki itu.
"Iya, ini semua mama yang membuatnya. Tentu dibantu oleh calon istrimu," kata Mentari sambil menyendokkan nasi ke piring Aldo.
"Kamu nggak makan?" tanya Aldo.
"Nggak, aku udah kenyang. Aku temani saja, ya. Tadi sebelum ke sini, aku sudah makan bersama papa dan mama," jawab Mentari sambil tersenyum.
Aldo pun makan dengan sangat lahap tanpa ia sadari jika di dalam makanan itu sudah dicampur dengan sesuatu yang akan merusak kehidupannya ke depan.
**
"Siapa kau?Kenapa kau bisa tidur di kamar ini?!" seru Aldo saat melihat seorang gadis berambut panjang tidur di sampingnya. Sementara gadis yang sedang tertidur itupun langsung terbangun saat mendengar teriakan Aldo. Namun, berbeda dengan reaksi Aldo, gadis itu justru membalikkan tubuhnya dengan santai dan tersenyum manis.
“Bu-Bulan?Ka-Kamu?
“Stt ... duh, Aldo sayang setelah apa yang kita lakukan semalam kamu masih tidak bisa membedakan kami? Lihat ini, ada tanda lahir di leherku. Aku Mentari, Sayang. Dan kamu semalam sangat luar biasa sekali. Aku sampai tidak merasakan sakit sama sekali di malam pertama kita.”
"Kau sudah tidak waras Tari?!"hardik Aldo sambil buru-buru mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai.
"Kenapa jadi aku?!Kamu yang semalam tiba-tiba mencium dan memelukku lalu kamu juga sudah mengambil makhkota keperawananku!" seru Mentari.
"Ka-kau masih virgin?" tanya Aldo pada Mentari. Dan segera ia menyadari bahwa pertanyaannya itu salah karena mata Mentari langsung melotot seolah ingin menelannya.
Gadis itu langsung meradang, "Kau pikir aku wanita murahan yang suka mengobral tubuhku ke sana ke sini? Aku memang seorang artis tapi aku tidak pernah menjual tubuhku.”
Aldo meremas rambutnya, tanpa sengaja ia melihat noda darah di atas sprei. Ia yakin sekali jika itu adalah-
“Aku akan menikah dua hari lagi dengan Bulan, kamu gila Tari!” serunya putus asa.Ia berusaha mengingat apa yang sudah terjadi semalam.
“Iya ... aku memang sudah gila, Sayang,” kata Mentari sambil melemparkan selimut yang menutupi tubuhnya yang polos.
Aldo meraih selimut yang dilemparkan oleh Mentari dan menutupi tubuh Mentari.
"Maaf kalau pertanyaanku menyinggung perasaanmu, tapi apa yang kita lakukan adalah kesalahan, Mentari," kata Aldo lirih. Sungguh ia menyesali apa yang sudah terjadi.
“Kamu yakin tidak ingin menikmati tubuhku lagi?Semalam kamu begitu memujaku ... ya meski yang kamu panggil adalah Bulan. Tapi, permainanmu luar biasa,” kata Mentari.
Aldo berusaha untuk bangkit tetapi Mentari dengan cepat menaiki tubuh Aldo dan mencium, bibir lelaki itu.
Aldo memang tidak pernah mencintai Mentari, meski wajah gadis itu bak pinang dibelah dua dengan Rembulan tapi tetap saja ia mencintai Rembulan. Tapi, Aldo hanya lelaki biasa yang lemah. Seperti kucing jika disodori ikan segar tentu tidak akan menolak. Apa lagi jika ikan segar itu begitu pintar memainkan emosi dan nafsunya.
Dan apa yang seharusnya tidak terjadi pun kembali terjadi lagi. Bahkan Aldo dengan penuh nafsu menggumuli tubuh indah Mentari dan mencapai puncaknya bersama.
“Maafkan aku, Tari. Tidak seharusnya ini semua terjadi. Semalam aku tidak tau apa yang membuatku khilaf,” kata Aldo sambil merengkuh tubuh Mentari dalam pelukannya.
Mentari menyembunyikan senyum kepuasaan dalam pelukan Aldo. Ya, semalam ia memang mencampurkan obat perangsang ke dalam makanan yang ia bawa.
“Aku akan bertanggung jawab, Tari.”
“Dengan menikahi Aku?”
“Ya tentu saja. Lalu apa lagi?”
“Tidak! Kau nikahi saja Rembulan.”
“Tapi-“
“Sttt ....”
Dengan cepat Mentari membungkam bibir Aldo dengan kehangatan bibirnya.
“Aku masih akan menjadi milikmu meski kamu menikah dengan Rembulan. Tidak ada seorang pun yang tahu hal ini. Karirku juga akan hancur jika media tau aku merebut calon suami saudaraku sendiri,” kata Mentari.
“Maafkan Aku, Tari.”
“Aku tidak menyesal. Sebenarnya sejak pertama kali aku sudah jatuh cinta kepadamu, Vin. Hanya saja kamu lebih memilih Rembulan. Jadi, sebagai kakak aku rela mengalah.”
**
Masyarakat adat Jawa di Indonesia, punya rangkaian prosesi pernikahan yang terdiri dari beberapa tahap. Salah satu tahapan tersebut adalah prosesi Midodareni, yang dilakukan sebelum pernikahan tiba. Karena kebetulan keluarga Rembulan dan Aldo memiliki darah Jawa, maka menjalani prosesi Midodareni adalah hal yang wajib di lakukan.
Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari yang turun dari langit. Prosesi ini dilakukan setelah mempelai melakukan upacara siraman, yang merupakan tahap pembersihan bagi kedua calon pengantin sebelum hari sakral pernikahan.
Tradisi Midodareni berasal dari legenda Jaka Tarub dan Nawangwulan. Konon dari cerita tersebut, para bidadari datang ke bumi menyambangi calon mempelai wanita yang sedang berdiam diri di kamar menjelang malam pernikahan.
Masyarakat Jawa yang memegang tradisi ini percaya, ini adalah malam saat bidadari mempercantik calon pengantin wanita supaya lebih elok. Calon mempelai wanita tidak tidur dan didampingi oleh sanak keluarga serta pini sepuh.
Ia mendengarkan nasihat dari leluhur dan para tamu wanita tentang bagaimana menjalankan kehidupan rumah tangga. Prosesi ini juga berisi doa-doa pada Sang Pencipta untuk calon mempelai agar selalu diberi berkah, rahmat, serta kebahagiaan.
Ayunda hanya tertawa melihat Rembulan yang sedikit merengut.
"Kenapa sih, Ma aku nggak boleh ketemu Aldo? Udah di pinggit juga, loh," protes Rembulan.
"Ya ampuun, Rembulan sayang. Besok itu sudah pernikahan, kau tidak sabaran sekali sih."
"Aku sudah bosan, Ma. Tidak boleh keluar rumah. Tidak boleh ke mana-mana. Padahal, biasanya aku bisa sesuka hatiku mau ke mana pun. Dan juga tidak bisa bekerja,” jawab Rembulan.
"Ikuti saja prosesnya Bulan sayang. Nanti malam, kita akan ke hotel setelah acara midodareni ini selesai. Kamar pengantinmu sudah siap di hotel. Bahkan perias pengantin sudah ada di sana," kata Ayunda.
Rembulan mengembuskan napasnya perlahan. Sebenarnya, ia merasa sedikit senewen karena tegang dan berdebar-debar.
“Ma, semua sudah berjalan sesuai dengan rencana, kan? Dua hari aku bahkan tidak bisa menghubungi Mas Aldo. Apa dia tidak apa-apa?”
“Bulan, nggak usah lebay. Yang penting kan semua sudah berjalan sampai dengan sejauh ini,” celetuk Mentari yang memang sedang berada di kamar. Mendengar hal itu Ayunda langsung mendelik.
“Nggak usah bicara yang aneh-aneh, Tari,” tegur Ayunda.
“Aku nggak bicara aneh-aneh, Ma. Hanya tidak bisa dihubungi saja ribet. Besok kan kalian juga menikah,” jawab Mentari ketus. Ayunda baru saja hendak membuka suara tetapi Rembulan dengan cepat menyentuh tangan sang ibu dan menggelengkan kepalanya perlahan. Ia tidak ingin ada keributan di malam yang sakral ini.
Mentari hanya berdecak dan kemudian melangkah keluar kamar. Sementara Ayunda hanya bisa menghela napas panjang.
“Heran ... anak itu kenapa adatnya menyebalkan sekali. Beda jauh denganmu dan kakakmu Buana.”
Pagi hari setelah mandi Rembulan langsung didandani oleh MUA yang sudah siap sejak semalam.“Aldo juga ada di hotel ini, kamu jangan cemas,” kata Ayunda sambil tersenyum.“Iya, Ma. Aku hanya tidak tenang saja, Ma.”“Jangan kamu dengarkan saudara kembarmu itu.”Rembulan menatap Ayunda dan tersenyum manis.“Ma, kita semua tau bagaimana sifat Tari. Dia memang begitu kan. Tapi kita tetap mencintai dia, Ma. Biar bagaimana dia anak mama juga,” kata Rembulan.“Mama hanya ingin dia lebih bertanggung jawab. Kamu dan Buana saja bisa menjadi penerus papa kalian di perusahaan kenapa dia tidak?”“Ma, Tari itu artis yang hebat. Dia juga memiliki banyak fans. Mama seharusnya bangga atas semua prestasi yang dia raih,” kata Rembulan lagi.Tiba-tiba bel di pintu kamar berbunyi, Ayunda bergegas membuka pintu kamar, ternyata salah seorang dari Wedding Organizer yang memberitahu bahwa akad akan segera dimulai."Ayo, Bulan, kita keluar ya," kata Ayunda. Ayunda menggandeng putrinya itu dengan perasaan baha
Setelah menikah, Rembulan dan Aldo tinggal di rumah baru yang dibelikan oleh Suseno sebagai hadiah pernikahan untuk putri kesayangannya itu.Perabot rumah tangga yang diinginkan Rembulan sudah dibeli dan ditata sesuai keinginannya. Hari berikutnya, dia akan menggunakan jasa design interior untuk merancang dapur impiannya.Setelah makan malam berdua bersama Aldo, Rembulan kini di dalam kamar mandi memandangi dirinya dan sedang mengenakan sesuatu yang menurut dia sendiri pun aneh.“Aduh, Kak Laura nggak salah memberiku yang seperti ini?”Pertanyaan itu dia tujukan untuk diri sendiri.Rembulan mengenakan lingerie berwarna merah maroon. Dengan model Japanese Sexxy Lace yang menyerupai bentuk kimono. Dengan lengan yang mengembang, pita di bagian depan dan menerawang, sehingga menampilkan visual kulit putih Rembulan. Dengan ukuran XS dan panjangnya tidak sampai menutup setengah paha Rembulan.Menatap dirinya melalui pantulan cermin yang merefleksikan keindahan tubuhnya, membuat Rembulan mer
"Dari mana, Mas? Kamu kok bisa datang bersama dengan Tari?" sambut Rembulan di depan pintu."Kamu ini, nggak liat suami kamu bawa belanjaan banyak malah tanya hal yang nggak penting. Mobil aku rusak di bengkel dan tadi kebetulan suami kamu lewat dan menawariku untuk menumpang karena aku memang mau ke sini!" Mentari menjawab dengan ketus sebelum Aldo sempat menjawab pertanyaan Rembulan.Sadar jika sang suami memang kerepotan dengan belanjaan di tangan, Rembulan pun bergegas membantu."Maafin aku, Mas," ujar wanita cantik itu lirih. Aldo hanya tersenyum kecil. Jauh dalam hatinya yang terdalam ia merasa menyesal sudah berdusta bahkan di awal pernikahan mereka."Mama udah masak, kita makan sama-sama, ya.""Hmm...."Rembulan menghela napas panjang, ia sadar jika tadi pertanyaannya mungkin menyinggung sang suami."Loh, katanya belanja untuk stok di rumah kalian, kenapa dibawa turun?" tanya Celia saat melihat menantunya membawa beberapa plastik belanjaan."Ini sebagian buat di sini, Ma. Untu
Pulau Dewata adalah pulau yang memiliki sejuta keindahan. Dan ke pulau itulah Rembulan dan Aldo akan pergi untuk berbulan madu. Sebenarnya, Rembulan ingin sekali ke Gili Trawangan terlebih dahulu. Tetapi, Aldo ingin mereka ke Bali dulu, baru setelah itu ke Giri. Toh, dari Bali ke Lombok mereka bisa naik Kapal laut. Penyebrangan dari Bali melalui Pelabuhan Padangbai sedangkan Lombok melalui Pelabuhan Lembar.Lokasi Pelabuhan Padangbai berada di Manggis, Karangasem Regency (kabupaten Karangasem), Bali.Sedangkan lokasi Pelabuhan Lembar berada di Desa Labuan Tereng, Kecamatan Lembar, Lombok Barat. Jarak sekitar 20 kilometer dari Kota Mataram.Jadi, mereka tidak perlu khawatir jika memang ingin melanjutkan bulan madu ke Gili Trawangan nanti. Bahkan mereka bisa sekalian juga berlibur dan menikmati keindahan pulau Lombok. Pulau Bali memiliki desa terbersih di dunia, nama desanya desa Penglipuran di Kabupaten Bangli. Saat jalan – jalan di desa Penglipuran, pengunjung akan melihat desa y
"Kau saja yang angkat, Lan. Masa iya aku yang angkat," kata Aldo sambil memberikan ponselnya kepada Rembulan. "Loh, Tari kan meneleponmu?" "Kau tidak membawa ponsel, kan?" tanya Aldo. Rembulan terdiam, ia baru ingat jika tadi ia memang meninggalkan ponselnya di kamar. Maka, ia pun meraih ponsel milik sang suami dan mengangkat telepon dari saudarinya itu."Ada apa Tari?" sapanya langsung dengan nada sedikit ketus. "Kau tidak membawa ponselmu? Hanya karena kau sedang bulan madu bukan berarti kau tidak menyelesaikan tugasmu dulu dengan baik, Lan. Tadi aku bertemu dengan klienmu dan dia mengira aku adalah dirimu. Aku tidak mau tau kau harus membereskannya. Mungkin dia sudah menghubungi Papa atau Mas Buana aku tidak peduli. Hanya saja aku tidak suka jika kau bekerja tidak becus lalu orang memarahiku karena mengira aku adalah dirimu!" TUUUT!Tanpa menunggu jawaban Rembulan, Mentari di seberang sana langsung menutup telponnya. Aldo menatap sang istri, sebenarnya ia penasaran sekaligus ju
Watersport Bali adalah wahana wisata air yang sangat popular. Aldo dan Rembulan yang ingin melengkapi liburan dengan petualangan tentu tidak melewatkan wahana air di Bali ini. Tanjung Benoa watersport menyediakan berbagai wahana menarik seperti Ocean Walker Bali hingga Parasailing dan banyak lainnya. Dan hari ini mereka pun sudah berada di lokasi. Wajah Rembulan tampak sangat sumringah. Ia menikmati sekali bulan madunya bersama Aldo. Aldo dan Rembulan dipertemukan karena sebuah kecelakaan. Mobil Rembulan waktu itu mengalami kecelakaan tunggal, dan Aldolah yang merawat Rembulan selama beberapa hari. Sejak saat itulah mereka menjadi dekat hingga akhirnya benih cinta pun muncul di antara keduanya. Rembulan yang memang baru saja putus dengan kekasihnya menerima cinta Aldo. "Kamu senang dengan liburan bulan madu kita?" tanya Aldo."Tentu saja, Mas. Tapi, jangan lupa ya, kita harus mampir ke pulau Lombok. Aku ingin sekali menikmati keindahan pantai senggigi dan juga ke pulau Gili," kat
Setelah menghabiskan beberapa malam di Bali, akhirnya Rembulan dan Aldo pun bertolak menuju ke Gili Trawangan di pulau Lombok. Rembulan memang sudah sejak lama menginginkan untuk pergi ke pulau yang terkenal indah itu. Mereka pun sepakat menginap di Pearl of Trawangan terletak di pulau Gili Trawangan yang indah. Pearl of Trawangan terletak di tepi pantai serta kolam renang luar ruangan dan bar tepi kolam renang. Rembulan yang memang sangat menyukai olahraga renang dan keindahan pantai tentu saja memilih hotel ini sebagai tempat berbulan madu.Namun, kebahagiaan Rembulan terasa terenggut saat ia melihat seseorang muncul tepat dari kamar sebelahnya."Tari, kau sedang apa di sini?"Rembulan benar-benar tidak menyangka jika Mentari berada di pulau ini juga. "Ini bukan pulau pribadimu, kan? Suka-suka aku dong kalau aku juga mau liburan di sini. Lagian, kamu kan bukannya ada di Bali, ngapain mendadak ada di sini? Nggak ada kerjaan banget sih," jawab Mentari ketus. Dua saudari kembar itu
Rembulan memang sudah tidak bertanya lagi kepada Aldo mengenai kehadiran Mentari di Lombok. Tetapi, wanita cantik itu tidak mau begitu saja percaya. Ia tau betul bagaimana kelakuan saudari kembarnya itu. Mentari adalah seorang yang sangat ambisius. Jadi, jujur saja Rembulan tidak bisa percaya begitu saja kepada kakak kembarnya itu. Sudah beberapa kali Mentari mengacaukan hubungannya dengan beberapa lelaki hingga akhirnya ia menikah dengan Aldo. Apakah sekarang kakak kembarnya itu akan kembali menghancurkan kisah cintanya?Rembulan hanya bisa mengelus dada. Dan Papa mereka sangat memanjakan Mentari. Itulah sebabnya terkadang kakak kembarnya itu bisa bersikap seenaknya sendiri. "Kamu kenapa?" tanya Aldo saat melihat Rembulan hanya diam tanpa menyentuh makanannya sama sekali. "Nggak apa-apa, Mas. Aku hanya kurang suka dengan makanannya.""Banyak menu yang lainnya, kan? Kamu bisa ambil yang lain, Sayang." Rembulan tersenyum, tentu saja bukan karena makanan yang tidak enak. Sebenarnya
Rumah Mentari mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Mentari tertawa geli. Laksmi dan Rembulan dengan semangat membagi tugas. Laksmi merawat Mentari dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Mentari.Setiap pagi, Laksmi akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Mentari minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Mentari seperti semula, Laksmi membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Mentari mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata.Belum lagi setiap pagi Laksmi mengoleskan kapur sirih yang campur jeruk nipis sebelum memakaikan bengkung yang panjangnya hampir 7 meter itu di perut Mentari. Dan, meski Mentari merasa sesak, Laksmi benar-benar
_4 bulan kemudian_Tidak banyak hal yang terjadi dalam waktu 4 bulan. Semua berjalan dengan normal dan juga lancar-lancar saja. Namun, pagi saat akan menjalankan ibadah solat subuh Mentari terkejut melihat ada darah yang menetes, dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Perlahan, ia membangunkan Aldo."Mas, perutku sakit..." keluh Mentari. Aldo langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Mentari."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar."Aldo langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Sutinah yang melihat Aldo panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah disiapkan."Untung saja seminggu sebelumnya Laksmi datang dan berinsiatif untuk mengemasi perlengkapan Mentari. Setelah memberikan tas berisi perlengkapan. Sutinah pun membantu Mentari mengganti pakaiannya. Aldo makin panik saat Men
Shanghai memang terkenal sebagai pusat wisata. Shanghai Centre Theatre adalah salah satunya. Mentari dan Aldo pun memutuskan untuk menikmati hiburan yang berbeda dengan tontonan yang lain. Mereka sangat terhibur dengan pertunjukan acrobat yang mengusung kelas dunia. Penampilan para pemainnya tidak perlu di ragukan.Karena mereka sudah sangat terlatih. Mereka menggunakan gerakan-gerakan yang sangat eksotis, untuk koreografer, Mentari pun merasa sangat terhibur. Karena koreografer yang di sajikan memang sangat mengagumkan. Wisata acrobat ini memang sangat terkenal di China, karena itulah Mentari memilih Shanghai sebagai destinasi Baby Moon mereka.Setelah menikmati tontonan yang menarik, Fengying mengajak mereka ke Pasar malam kuliner Changli.Pasar malam di Shanghai ini sering dikunjungi oleh wisatawan dan penduduk setempat yang rela antri untuk melahap daging ayam dan kebab makanan laut bakar saat mayoritas penduduk di kota itu tertidur lelap. Tempat ini merupakan tempat yang disukai t
Mentari hanya tersenyum dan mendekat kemudian masuk ke dalam pelukan Aldo. Dibiarkannya Aldo membelai perutnya dengan mesra."Mas, jika terjadi sesuatu denganku lalu kau harus memilih, siapa yang akan kau pilih? Aku atau anak kita?" tanya Mentari."Jangan pernah bertanya sesuatu hal yang aku tidak bisa menjawabnya Mentari. Kau dan anakku adalah harta yang terindah dalam hidupku. Aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian berdua.""Aku kan hanya bertanya, Mas."Tiba-tiba saja Mentari melihat suami tercintanya itu menitikkan air mata."Jangan, Ri. Aku selalu meminta pada Tuhan supaya kau dan anak kita sehat dan selamat. Aku ingin melihatmu menggendong anak kita. Aku ingin kita merawat dan membesarkan anak kita bersama, kemudian kita akan menua bersama. Kau adalah segalanya buatku Mentari," kata Aldo dengan suara yang bergetar karena air mata. Mentari terharu melihat kesungguhan di mata Aldo. Ia pun memeluk suaminya dengan erat sambil memejamkan matanya."Kau kenapa, Ri? Apa ada yang
Hari ini Aldo dan Mentari tampak rapi. Mereka akan menghadiri pesta pernikahan Kendric sahabat Aldo. Ya, Kendric akan menikah dengan wanita pilihan Sita yang bernama Herlina. Sebenarnya, Aldo sedikit khawatir dengan kondisi Mentari. Tapi, setelah bertanya kepada dokter Elvira , Aldo pun berani membawa Mentari ke pesta pernikahan. Lagipula Mentari juga merasa tidak enak jika tidak menghadiri pernikahan sahabat baik sang suami."Kita hanya sebentar saja di sana ya, sayang. Aku tidak mau kau terlalu lelah. Dan kau juga tidak boleh mengenakan sepatu tinggi. Ingat, dokter Elvira menganjurkan untuk memakai flat shoes.""Iya, Mas. Kita hanya sebentar saja kesana. Setelah itu kita langsung pulang. Lagipula, seminggu ini aku hanya berbaring seharian sambil menonton, aku ingin keluar sebentar saja," kata Mentari.Aldo tersenyum dan memeluk Mentari, perlahan ia mengelus perut Mentari yang masih rata dan mendekatkan wajahnya pada perut sang istri."Hai jagoan papa, kamu harus sehat di perut Mama
Ridwan dan Rembulan kebetulan memang sedang berada di rumah hanya tertawa mendengar cerita Aldo tentang sang istri."Mangga muda? Kamu mampir saja kemari, pohon manggaku kebetulan sedang berbuah. Dan, kalau tidak salah ada beberapa yang masih mengkal dan pasti asam rasanya. Mampirlah, biar aku pilih yang muda dan mengkal," kata Ridwan. Aldo langsung bersemangat, ia pun bergegas mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Ridwan.Sesampainya di rumah Ridwan, ternyata iparnya itu sudah menunggu."Maaf merepotkan, Wan. Tadinya aku mau mencarinya ke toko buah. Tapi...""Memang begitu wanita jika sedang ngidam," jawab Ridwan sambil tersenyum."Beberapa hari ini, aku memang melihat Mentari sering muntah-muntah. Tapi, aku pikir hanya masuk angin biasa saja. Tiba-tiba tadi pagi ia langsung jatuh pingsan. Aku benar-benar panik.""Kamu harus lebih memperhatikannya. Wanita disaat sedang hamil terlebih di trimester pertama biasanya mudah marah, mudah menangis. Mood nya harus benar-benar kamu jaga.""
_ 5 TAHUN KEMUDIAN_Tak terasa pernikahan Mentari dan Aldo menikah sudah lima tahun. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik dan begitu mesra. Pagi itu, Mentari terbangun dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman. Ia merasa seminggu ini dia begitu mudah lelah."Kenapa sayang?" tanya Aldo saat melihat sang istri kembali berbaring lagi setelah solat subuh bersama."Tidak tau, Mas. Aku rasanya tidak enak badan. Tadi,saat aku masak aroma masakan itu membuat aku mual dan pusing. Jadi, aku minta Inem yang melanjutkan. Tidak apa-apa, kan?"Aldo tersenyum, ia meraba dahi Mentari, tidak demam tapi ia melihat wajah Mentari tampak pucat."Kamu ini istriku, bukan chef atau asisten rumah tangga yang harus selalu siap memasak. Kita ke dokter, ya?""Aku mungkin hanya masuk a..."Tiba-tiba Mentari merasa mual yang luar biasa, ia bergegas bangkit dan langsung ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Demi melihat kondisi sang istri, Aldo langsung menyusul ia mengurut tengkuk
Siang itu Erlangga menepati janjinya. Ia menjenguk Ayunda di rumah sakit jiwa. Kondisi wanita itu masih sama seperti ketika Mentari datang berkunjung. Saat Erlangga datang, Mentari dan Aldo tampak baru saja mengunjungi Ayunda."Kamu sudah bertemu dia?" tanya Erlangga enggan menyebutkan nama Ayunda. Mentari hanya mengangguk."Iya, Mas. Kondisinya masih sama dan menurut dokter setiap hari dia selalu menceritakan tentang anaknya yang bernama Erlangga. Sebaiknya kamu melihatnya." Erlangga menganggukkan kepalanya."Jangan dulu pulang, kita bisa bicara kan?" tanyanya kepada sang adik. Mentari menatap ke arah Aldo dan saat sang suami menganggukkan kepalanya ia pun mengiyakan permintaan Erlangga. Erlangga pun segera melangkah ke ruangan di mana Ayunda dirawat. Tanpa terasa air matanya menetes perlahan. "Kamu nggak perlu menghukum dirimu seperti ini, Nyonya. Kamu hanya perlu bertobat dan meminta ampunan kepada Tuhan." Mendengar suara Erlangga, pandangan
Mentari baru saja menyelesaikan laporannya ketika ponselnya berdering. Saat melihat siapa yang menelepon ia pun segera mengangkatnya. Namun, setelah beberapa saat wajahnya berubah pucat. Dengan cepat ia pun segera berlari ke ruangan sang kakak, Buana. "Mas ...." Buana yang baru saja beranjak hendak makan siang langsung mengerutkan dahi saat melihat adiknya masuk dengan wajah panik."Tari, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanyanya. "Kita harus ke rumah sakit sekarang, Mas.""Siapa yang sakit? Bisma? Papa?" cecar Buana ikut panik. Mentari hanya menggelengkan kepalanya dan segera menarik tangan kakaknya itu dengan cepat. "Kita pakai mobil masing-masing saja, Mas." Buana akhirnya hanya mengikuti saja kemauan sang adik. Saat ini Rembulan dan Ridwan masih dalam perjalanan bulan madu, sementara perusahaan mereka berdua yang mengurus. Mentari yang pintar belajar dengan cepat sehingga perusahaan Suseno pun semakin maju. Buana hanya mengerutkan dahi saat Mentari me