Pagi itu suasana sedikit mendung, tampak Buana baru saja terbangun. Lelaki itu merasakan kepalanya sedikit sakit dan saat ia menoleh ke samping ia tersentak saat melihat Gina yang pulas tanpa sehelai benang pun.Dengan cepat, Buana pun membangunkan gadis cantik yang semalam sudah memuaskan hasratnya itu."Bangun! Bangun, kamu!" kata Buana sambil mengguncangkan tubuh Gina.Berbeda dengan Buana yang panik. Gina membuka matanya dan tersenyum dengan manis pada Buana."Pagi, Mas. Duh, tidurnya pulas sekali, ya. Mentang-mentang udah dipuasin. Ngomong-ngomong kamu liar banget semalam, permainanmu juga hot sekali. Aku sampai keenakan," kata Gina dengan suara yang serak- serak manja."Kita ... aku semalam udah ngapain? Kenapa kita ada di kamar ini? Kenapa kamu bisa sama aku?" cecar Buana, panik.Selama ini, dia belum pernah mengkhianati kepercayaan dari Laura. Pasti Laura sudah menunggunya sejak semalam."Kamu semalam tiba-tiba pusing dan memintaku mengantarkan ke mobilmu. Lalu, kamu mengeluh
Siang itu Suseno sudah diizinkan untuk pulang dan Buana sebagai anak lelaki paling tua pun menjemput sang ayah di rumah sakit. Aldo yang memang menangani ayah mertuanya ikut membantu Suseno masuk ke dalam mobil. Hanya Buana dan Aldo yang menjemput Suseno karena Ayunda menunggu di rumah bersama Rembulan."Papa nanti mau kalian semua berkumpul. Papa nggak mau masalah ini berlarut-larut," kata Suseno memecahkan kesunyian. Aldo yang sedang menyetir mobil menghela napas panjang dan melirik ke mertuanya."Maafkan saya, Pa. Semuanya terjadi begitu saja di malam itu. " "Jika kamu mencintai Mentari, kenapa kamu menikahi Rembulan?" tanya Buana pada akhirnya. Kembali Aldo menghela napas panjang. "Saya akan jelaskan semua di rumah," jawabnya. "Mentari di mana?" tanya Suseno. "Tadi, aku sudah meneleponnya, Pa. Dan anak itu bilang dia akan ke rumah. Saat ini dia ada di apartemen," jawab Buana. Suseno hanya menarik napas panjang. Sejak dulu, Buana dan Rembulan memang tidak pernah akur deng
Aldo menatap Rembulan dengan tatapan yang sulit untuk dimengerti. Selama beberapa saat ia menghela napas panjang dan mengembuskannya berulang-ulang. "Maafkan aku, Lan," ujarnya."Maaf aja nggak akan mengubah semuanya, Mas. Aku nggak pernah sudi jika kau duakan," kata Rembulan dengan kesal."Jadi, kau mau aku memilih?" tanya Aldo."Mas, pikirkan baik-baik. Aku nggak mau kamu menyesal nantinya," kata Mentari."Nggak, Tari. Aku mau semua selesai saat ini juga. Aku nggak bisa membiarkan masalah berlarut-larut," kata Aldo."Kau harus memilih, aku atau Mentari. Jika kau memilih Mentari, maka ceraikan aku," kata Rembulan."Baik, kalau begitu. Disaksikan kedua orang tua dan kakakmu, saat ini aku menalakmu, Rembulan. Mulai saat ini kau bukan istriku lagi.""A-aku terima, Mas," kata Rembulan dengan suara bergetar dan tangisnya pun pecah dalam pelukan sang ibu."Aldo!" seru Ayunda. Namun, Suseno menggelengkan kepalanya dan memegang tangan sang istri."Mentari ... semoga kau bahagia dengan
"Mama nggak ngerti bagaimana kamu bisa menghamili adik ipar kamu sendiri, Aldo. Mama malu kepada keluarga Pak Suseno. Kamu ini bagaimana sih!" Laksmini tampak berjalan mondar mandir dengan kesal. Ia dan Herdy sang suami jelas terkejut dengan berita yang dibawa oleh Aldo siang itu. Yang Laksmini tau hubungan Aldo dan Rembulan sangat harmonis. Wanita itu memang sempat kecewa saat mengetahui jika menantunya keguguran. Tetapi, itu tidak membuatnya membenci atau marah kepada menantunya itu. Di mata Laksmini, Rembulan adalah menantu yang sangat baik. Ia wanita karir, pengusaha yang sangat pintar meski tidak membangun karir dari nol tetapi toh semua orang bisa melihat bagaimana kinerja Rembulan membuat perusahaan milik Suseno maju. "Sudahlah, Ma. Mungkin memang jodohnya Mas Aldo dan Mbak Bulan hanya sampai sini. Kita nggak bisa memaksakan juga," sahut Ralia adik bungsu Aldo. Gadis cantik itu memang menyukai Mentari, sehingga saat mendengar jika Aldo berc
"Aku nggak pernah membunuh siapa pun, Tari!" "Tidak dengan tanganmu sendiri, Tante. Dan sekarang jangan bilang kamu sedih dengan kondisi papa. Sejak dulu kamu selalu melarang jika Papa membelaku. Semua kamu lakukan karena sengaja ingin memisahkan aku dan kedua saudaraku. Supaya anak harammu bisa menguasai harta Papa kelak. Itu kan yang kamu rencanakan selama ini?" Ayunda menatap anak sambung sekaligus keponakannya ini. Ah, masa lalu itu ... kenapa Mentari bisa tau?"Kamu-""Aku tau kalau Tante punya anak yang Tante jauhkan dari kami karena permintaan Oma dan Opa. Aku tau semuanya, Tante. Jadi, jangan bersikap sok manis di depanku. Aku memang jahat sudah merebut Aldo dari Rembulan. Tapi, aku punya alasan." Ayunda tertawa sinis, "Kamu melakukan itu semua karena kamu memang busuk hati, Tari." "Ya ... ya. Aku memang tidak akan pernah mau terkalahkan oleh siapa pun termasuk kamu, Tante!" "Katakan kepadaku apa rencanamu?" tanya Ayunda. "Aku belum gila, Tante. Yang je
Siang itu, pernikahan Mentari dan Aldo digelar di rumah besar milik Suseno. Karena perceraian Aldo dan Rembulan masih diurus secara hukum, maka Mentari pun menerima jika mereka sementara menikah siri terlebih dahulu. Tampak Laksmini dan Herdy datang untuk memberi restu sekaligus juga meminta maaf atas kesalahan anak sulung mereka. "Mas Seno, kami meminta maaf atas apa yang sudah Aldo lakukan. Jika tahu begini, sejak awal kami akan melamar Mentari dan bukan Rembulan," kata Herdy kepada Suseno saat ijab qobul sudah selesai. Suseno hanya tersenyum, walau ia sebenarnya ingin marah tetapi semua sudah terjadi. Dan ia pun tidak mau menyalahkan Mentari. Suseno sangat mengenal putrinya itu. Mentari memang tidak pernah mau terbuka kepada keluarga. Hanya kepada dirinya lah sang putri terkadang mau berbagi cerita. "Saya tidak apa-apa meski awalnya sedikit kecewa. Tapi, ya sudahlah. Toh kita tetap menjadi besan, bukan?" ujar Suseno. "Semoga saja cucu kita lahir dengan selamat dan Mentari seha
“Akal bulus apa? Kamu jangan kurang ajar, saya masih baik hati mengundang kamu ke rumah saya untuk bicara dengan kami sekeluarga,” kata Ayunda.“Papa dan Mama saya bukan orang yang nggak tau sopan santun, Mbak. Apa salahnya kalau Mbak masuk ke dalam rumah dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Nggak kayak gini caranya.”Mentari yang sedari tadi diam mulai membuka suara. Perlahan dia menarik tangan Gina. Gina yang melihat Mentari langsung mengerti. Ia pun segera melepaskan cengkramannya di pakaian Buana lalu menoleh pada Ayunda dan Suseno.“Om dan Tante orang tua Buana?” tanyanya.“Iya, saya papanya. Mari kita selesaikan semua ini di dalam rumah.”Dengan terpaksa, Ayunda mengizinkan Gina dan seorang temannya masuk ke dalam rumah mereka.“Silakan duduk dulu, biar saya buatkan minum. Kalian mau minum apa?” tanya Laura. Meski ia kesal dan emosi tetapi wanita itu masih tetap menghargai suami dan kedua mertuanya.“Saya bukan mau ngobrol! Kalian pikir saya mau ngajak ngopi-ngopi cantik,
"Ya, aku tau jika kamu mencintai kakakku. Tapi, aku tidak menyangka kamu senekad ini. Kamu sudah gila? Aku nggak pernah menyuruhmu benar-benar tidur dengannya. Aku hanya memintamu untuk ... Ah, sudahlah Gin. Aku tidak mau bertanggung jawab dengan kehamilanmu ini." "Tidak usah khawatir, Tari. Aku tidak akan melibatkanmu untuk ini. Aku sudah tau konsekuensinya dan aku akan menanggung semuanya sendiri," kata Gina mencoba menenangkan. Mentari hanya bisa menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Semua ini benar-benar diluar rencananya. Rencana Mentari hanyalah mengambil alih perusahaan sang ayah. Cukup sampai di situ, bukan menambah anggota keluarga baru. ** Meski tidak dirayakan dengan meriah, berita pernikahan Mentari langsung terendus oleh media. Mentari adalah artis yang sedang naik daun dan tentu saja menjadi sasaran para kuli tinta. Awalnya, Mentari mendapat hujatan. Tetapi, Aldo dengan berani mengadakan jumpa pers dan mengakui jika dua hari