Suasana hati Ayunda yang dipenuhi oleh kemarahan dan juga emosi, membuatnya kelepasan menceritakan rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari orang-orang.Kenyataan jika dirinya lah yang menjadi penyebab atas kematian Cantika, disaksikan langsung dan didengar oleh Rembulan dan juga Suseno, yang merupakan anak sekaligus suami dari mendiang Cantika.Rima menjadi saksi betapa jahatnya perempuan yang dulu memberikannya seorang bayi lelaki kepadanya, dan meminta Rima untuk membesarkan anak yang merupakan darah daging Ayunda dengan Suseno.Maka tanpa Ayunda ketahui, jika Rembulan dan Suseno ada di rumah sakit yang sama dengan dirinya sekarang berada, karena baik Rembulan dan juga Suseno sengaja mengikuti ke mana Ayunda pergi, dan baru mengetahui jika sebelumnya Ayunda memiliki anak dan menitipkannya kepada rima dan juga suaminya.“Ya, Akulah dalang di balik kematian Cantika, saudara kembarku sendiri. Dia pantas mendapatkan hukuman itu, karena dia sudah mengambil apa yang seharusnya menjad
Hubungan antara Rembulan dan juga Mentari kian membaik, pasca terjadinya sebuah peristiwa yang membuat mereka berdua saling menyadari kesalahan satu sama lain, kondisi kesehatan Suseno sampai pada Billy, sehingga membuat lelaki itu segera datang untuk melihat kondisi sahabatnya. Biar bagaimanapun juga, Billy adalah salah satu orang yang sudah memudahkan Mentari, untuk mencari tahu mengenai penyebab kematian Cantika.“Aku harap, Om tidak keberatan untuk melihat kondisi papah, karena aku sangat menghargai Om, sebagai orang yang sudah banyak membantu aku selama ini.” Mentari sendiri yang memberitahu mengenai kondisi sakitnya Suseno, kepada Billy.Dari mulut Billy lah, mengalir cerita seperti apa kehidupan Cantika di masa lalu, Billy bukan hanya sekedar sugar Daddy untuk mentari, akan tetapi dia ternyata adalah mantan kekasih Cantika, yang tahu banyak mengenai kehidupan masa lalu mendiang Cantika, Mentari memang sengaja mendekati Billy, karena dia sendiri ingin mencari tahu tentang penyeb
Perlahan kondisi Erlangga sudah mulai membaik, setelah dia mengalami kecelakaan mobil saat pulang kerja. Sebagai orang tua, tentu saja Rima dan juga Bagus merasa senang, dengan kondisi putra angkatnya, dan mereka berdua segera menghampiri Erlangga, dan juga menjelaskan kepadanya, mengenai keributan yang sempat terjadi, saat sebelum Erlangga sadar.Erlangga sempat mendengar kegaduhan, hal tersebut yang memancing kesadarannya, hingga pada akhirnya, dia bisa perlahan membuka matanya, dan sekarang sudah bisa bicara dengan lancar, meski harus pelan-pelan, dan dia pun mempertanyakan mengenai keributan antara kedua orang tuanya, dan seorang perempuan yang sama sekali tidak dikenali oleh Erlangga.“Tolong jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi. Keributan apa yang tadi aku dengar, mengenai perempuan yang berteriak menyebutkan bahwa dirinya adalah penyebab kematian saudara kandungnya sendiri?” Erlangga mendengar, ketika Ayunda berteriak dan mengakui, jika dirinya memang yang bertanggung j
Kedatangan Ayunda ke ruang inap Erlangga, memaksanya untuk bertemu dengan putranya yang selama ini dia relakan, diasuh oleh orang lain.Mereka semua terkejut dengan kedatangan Ayunda yang secara terpaksa, dan berusaha untuk berbicara kepada Erlangga, dan meminta maaf atas kesalahan dia, di masa lalu.“Mau Apa kau datang ke sini? Aku sudah mengetahui semuanya, jadi sebaiknya ... jangan pernah datang lagi untuk menemuiku.” Dengan dingin dan membuang wajah, Erlangga menyatakan hal tersebut kepada Ayunda, saat perempuan itu mendekat ke arahnya.“Mama minta maaf Erlangga, mama sama sekali tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari semua orang. Tapi saat itu, situasinya tidak memungkinkan, untuk mama memberitahukan tentang kehamilan pama pada orang rumah. Sehingga mama, memutuskan untuk kuliah di luar negeri, agar terhindar dari orang-orang ... dan melahirkan kamu di sana. Mama terpaksa menitipkanmu kepada nyonya Rima dan juga tuan Bagus, untuk membesarkanmu hingga detik ini,” ujar Ayunda
Kabar mengenai terbongkarnya kejahatan Ayunda yang selama bertahun-tahun lamanya disembunyikan dari semua orang, akhirnya membawa Buana pada satu keputusan, untuk menghubungi kakek dan juga neneknya yang sudah rentan, dan sekarang tinggal di Jogjakarta. Dia beralasan, bahwa ada hal penting yang harus mereka ketahui, mengenai kematian mendiang ibunya, dan tidak bisa dibicarakan melalui telepon.“Apa yang sebenarnya telah terjadi, saat ini? Berita besar apa ... yang membuat kita harus datang ke rumah Suseno. Apalagi, kematian Cantika sudah berlangsung lama, dan kenapa baru hari ini, kematiannya seakan sebuah misteri ... yang sebentar lagi akan terungkap.” Suara serak Kusuma, mempertanyakan mengenai hal yang sampai sekarang belum dia ketahui, tentang permintaan Buana, yang membuatnya harus segera datang ke Jakarta, dan mencari tahu semuanya.Kedatangan Kusuma dan juga Nelly Ratih, disambut hangat oleh Buana sebagai cucu, dari sepasang suami istri tersebut. Orang tua Ayunda yang sudah tua
Setiap perbuatan baik maupun buruk, pasti akan ada balasan, dan juga resiko yang harus diterima oleh pelaku kejahatan tersebut.Buana sudah menceritakan semua, mengenai masalah dan kejahatan yang selama ini dilakukan oleh Ayunda, terhadap ibunya, yaitu Cantika.Sebagai seorang ayah yang pernah berpikir jelek serta ikut mendukung mengenai pemberitaan negatif tentang putrinya, membuat Kusuma harus segera mengambil tindakan untuk menghukum Ayunda, agar dia mendapatkan balasan, dan efek jera, karena sudah melakukan tindak kejahatan terhadap saudara kembarnya sendiri.“Setelah mengetahui semua mengenai kejahatan yang selama ini disembunyikan oleh Ayunda, lalu sekarang tindakan apa yang akan kita ambil dalam permasalahan ini. Jujur, aku masih belum bisa menerima kematian Cantika, beserta fitnah-fitnah keji, yang membuat nama baiknya hancur, serta harga dirinya tercoreng oleh perbuatan saudara kandungnya sendiri,” ujar Nali Ratih kepada suaminya, ketika mereka berdua berada di kamar, pasca m
Terbongkarnya kejahatan Ayunda, dan keputusan Kusuma untuk melaporkan putri kandungnya ke polisi, sudah menjadi keputusan semua pihak, dan Ayunda pun dibawa paksa oleh polisi, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan jahatnya di masa lalu.Apa yang dilakukan oleh Ayunda, sampai menghilangkan nyawa saudara kembarnya sendiri, dan tidak ada keuntungan apapun yang bisa Ayunda dapatkan, selain penyesalan dan juga rasa bersalah, bukan hanya kepada Cantika saja, akan tetapi pada Erlangga yang merupakan anaknya dari Suseno.Di saat permasalahan Ayunda sudah selesai, kini muncul masalah baru, yaitu tentang Gina, perempuan suruhan Ayunda yang juga terbongkar kejahatannya seiring dengan terbongkar pula kejahatan Ayunda. Gina adalah istri kedua Buana, yang mengaku telah dihamili oleh Buana atas perintah dari Ayunda.“Belum juga istirahat setelah permasalahan mama Ayunda selesai, sekarang aku harus dihadapkan dengan satu kenyataan dan kebenaran lagi tentang Gina,” ujar Buana yang dibuat pusing
Tidak ada raut dari wajah Gina yang menunjukkan, jika sebentar lagi riwayatnya akan hancur, ketika Buana membeberkan kebenaran yang selama ini tidak diketahui oleh seluruh anggota keluarganya.Sejak tadi, Buana sudah tidak sabar menunggu kedatangan Gina, dan sekarang perempuan itu sudah sampai di rumah, maka Buana segera memperlihatkan rekaman video yang berhasil direkam, saat Gina bertemu dengan kekasihnya."Selama ini ... ternyata aku memelihara ular berbisa sepertimu, kami semua sudah mengetahui kejahatanmu, yang ternyata bekerja sama dengan mama Ayunda, untuk menghancurkan keluarga ini, jadi mulai detik ini dan hari ini, disaksikan oleh seluruh anggota keluargaku, maka aku jatuhkan talak 3 padamu." Dengan lantang dan juga tegas, memutuskan untuk mentalak Gina, disaksikan oleh seluruh anggota keluarganya.Suasana berubah menjadi tegang dan juga ada rasa haru menyelusup pelan ke hati Laura, sebab sejak awal dia meragukan pengakuan Gina, jika perempuan itu hamil oleh suaminya.Bersyu
Rumah Mentari mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Mentari tertawa geli. Laksmi dan Rembulan dengan semangat membagi tugas. Laksmi merawat Mentari dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Mentari.Setiap pagi, Laksmi akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Mentari minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Mentari seperti semula, Laksmi membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Mentari mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata.Belum lagi setiap pagi Laksmi mengoleskan kapur sirih yang campur jeruk nipis sebelum memakaikan bengkung yang panjangnya hampir 7 meter itu di perut Mentari. Dan, meski Mentari merasa sesak, Laksmi benar-benar
_4 bulan kemudian_Tidak banyak hal yang terjadi dalam waktu 4 bulan. Semua berjalan dengan normal dan juga lancar-lancar saja. Namun, pagi saat akan menjalankan ibadah solat subuh Mentari terkejut melihat ada darah yang menetes, dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Perlahan, ia membangunkan Aldo."Mas, perutku sakit..." keluh Mentari. Aldo langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Mentari."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar."Aldo langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Sutinah yang melihat Aldo panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah disiapkan."Untung saja seminggu sebelumnya Laksmi datang dan berinsiatif untuk mengemasi perlengkapan Mentari. Setelah memberikan tas berisi perlengkapan. Sutinah pun membantu Mentari mengganti pakaiannya. Aldo makin panik saat Men
Shanghai memang terkenal sebagai pusat wisata. Shanghai Centre Theatre adalah salah satunya. Mentari dan Aldo pun memutuskan untuk menikmati hiburan yang berbeda dengan tontonan yang lain. Mereka sangat terhibur dengan pertunjukan acrobat yang mengusung kelas dunia. Penampilan para pemainnya tidak perlu di ragukan.Karena mereka sudah sangat terlatih. Mereka menggunakan gerakan-gerakan yang sangat eksotis, untuk koreografer, Mentari pun merasa sangat terhibur. Karena koreografer yang di sajikan memang sangat mengagumkan. Wisata acrobat ini memang sangat terkenal di China, karena itulah Mentari memilih Shanghai sebagai destinasi Baby Moon mereka.Setelah menikmati tontonan yang menarik, Fengying mengajak mereka ke Pasar malam kuliner Changli.Pasar malam di Shanghai ini sering dikunjungi oleh wisatawan dan penduduk setempat yang rela antri untuk melahap daging ayam dan kebab makanan laut bakar saat mayoritas penduduk di kota itu tertidur lelap. Tempat ini merupakan tempat yang disukai t
Mentari hanya tersenyum dan mendekat kemudian masuk ke dalam pelukan Aldo. Dibiarkannya Aldo membelai perutnya dengan mesra."Mas, jika terjadi sesuatu denganku lalu kau harus memilih, siapa yang akan kau pilih? Aku atau anak kita?" tanya Mentari."Jangan pernah bertanya sesuatu hal yang aku tidak bisa menjawabnya Mentari. Kau dan anakku adalah harta yang terindah dalam hidupku. Aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian berdua.""Aku kan hanya bertanya, Mas."Tiba-tiba saja Mentari melihat suami tercintanya itu menitikkan air mata."Jangan, Ri. Aku selalu meminta pada Tuhan supaya kau dan anak kita sehat dan selamat. Aku ingin melihatmu menggendong anak kita. Aku ingin kita merawat dan membesarkan anak kita bersama, kemudian kita akan menua bersama. Kau adalah segalanya buatku Mentari," kata Aldo dengan suara yang bergetar karena air mata. Mentari terharu melihat kesungguhan di mata Aldo. Ia pun memeluk suaminya dengan erat sambil memejamkan matanya."Kau kenapa, Ri? Apa ada yang
Hari ini Aldo dan Mentari tampak rapi. Mereka akan menghadiri pesta pernikahan Kendric sahabat Aldo. Ya, Kendric akan menikah dengan wanita pilihan Sita yang bernama Herlina. Sebenarnya, Aldo sedikit khawatir dengan kondisi Mentari. Tapi, setelah bertanya kepada dokter Elvira , Aldo pun berani membawa Mentari ke pesta pernikahan. Lagipula Mentari juga merasa tidak enak jika tidak menghadiri pernikahan sahabat baik sang suami."Kita hanya sebentar saja di sana ya, sayang. Aku tidak mau kau terlalu lelah. Dan kau juga tidak boleh mengenakan sepatu tinggi. Ingat, dokter Elvira menganjurkan untuk memakai flat shoes.""Iya, Mas. Kita hanya sebentar saja kesana. Setelah itu kita langsung pulang. Lagipula, seminggu ini aku hanya berbaring seharian sambil menonton, aku ingin keluar sebentar saja," kata Mentari.Aldo tersenyum dan memeluk Mentari, perlahan ia mengelus perut Mentari yang masih rata dan mendekatkan wajahnya pada perut sang istri."Hai jagoan papa, kamu harus sehat di perut Mama
Ridwan dan Rembulan kebetulan memang sedang berada di rumah hanya tertawa mendengar cerita Aldo tentang sang istri."Mangga muda? Kamu mampir saja kemari, pohon manggaku kebetulan sedang berbuah. Dan, kalau tidak salah ada beberapa yang masih mengkal dan pasti asam rasanya. Mampirlah, biar aku pilih yang muda dan mengkal," kata Ridwan. Aldo langsung bersemangat, ia pun bergegas mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Ridwan.Sesampainya di rumah Ridwan, ternyata iparnya itu sudah menunggu."Maaf merepotkan, Wan. Tadinya aku mau mencarinya ke toko buah. Tapi...""Memang begitu wanita jika sedang ngidam," jawab Ridwan sambil tersenyum."Beberapa hari ini, aku memang melihat Mentari sering muntah-muntah. Tapi, aku pikir hanya masuk angin biasa saja. Tiba-tiba tadi pagi ia langsung jatuh pingsan. Aku benar-benar panik.""Kamu harus lebih memperhatikannya. Wanita disaat sedang hamil terlebih di trimester pertama biasanya mudah marah, mudah menangis. Mood nya harus benar-benar kamu jaga.""
_ 5 TAHUN KEMUDIAN_Tak terasa pernikahan Mentari dan Aldo menikah sudah lima tahun. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik dan begitu mesra. Pagi itu, Mentari terbangun dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman. Ia merasa seminggu ini dia begitu mudah lelah."Kenapa sayang?" tanya Aldo saat melihat sang istri kembali berbaring lagi setelah solat subuh bersama."Tidak tau, Mas. Aku rasanya tidak enak badan. Tadi,saat aku masak aroma masakan itu membuat aku mual dan pusing. Jadi, aku minta Inem yang melanjutkan. Tidak apa-apa, kan?"Aldo tersenyum, ia meraba dahi Mentari, tidak demam tapi ia melihat wajah Mentari tampak pucat."Kamu ini istriku, bukan chef atau asisten rumah tangga yang harus selalu siap memasak. Kita ke dokter, ya?""Aku mungkin hanya masuk a..."Tiba-tiba Mentari merasa mual yang luar biasa, ia bergegas bangkit dan langsung ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Demi melihat kondisi sang istri, Aldo langsung menyusul ia mengurut tengkuk
Siang itu Erlangga menepati janjinya. Ia menjenguk Ayunda di rumah sakit jiwa. Kondisi wanita itu masih sama seperti ketika Mentari datang berkunjung. Saat Erlangga datang, Mentari dan Aldo tampak baru saja mengunjungi Ayunda."Kamu sudah bertemu dia?" tanya Erlangga enggan menyebutkan nama Ayunda. Mentari hanya mengangguk."Iya, Mas. Kondisinya masih sama dan menurut dokter setiap hari dia selalu menceritakan tentang anaknya yang bernama Erlangga. Sebaiknya kamu melihatnya." Erlangga menganggukkan kepalanya."Jangan dulu pulang, kita bisa bicara kan?" tanyanya kepada sang adik. Mentari menatap ke arah Aldo dan saat sang suami menganggukkan kepalanya ia pun mengiyakan permintaan Erlangga. Erlangga pun segera melangkah ke ruangan di mana Ayunda dirawat. Tanpa terasa air matanya menetes perlahan. "Kamu nggak perlu menghukum dirimu seperti ini, Nyonya. Kamu hanya perlu bertobat dan meminta ampunan kepada Tuhan." Mendengar suara Erlangga, pandangan
Mentari baru saja menyelesaikan laporannya ketika ponselnya berdering. Saat melihat siapa yang menelepon ia pun segera mengangkatnya. Namun, setelah beberapa saat wajahnya berubah pucat. Dengan cepat ia pun segera berlari ke ruangan sang kakak, Buana. "Mas ...." Buana yang baru saja beranjak hendak makan siang langsung mengerutkan dahi saat melihat adiknya masuk dengan wajah panik."Tari, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanyanya. "Kita harus ke rumah sakit sekarang, Mas.""Siapa yang sakit? Bisma? Papa?" cecar Buana ikut panik. Mentari hanya menggelengkan kepalanya dan segera menarik tangan kakaknya itu dengan cepat. "Kita pakai mobil masing-masing saja, Mas." Buana akhirnya hanya mengikuti saja kemauan sang adik. Saat ini Rembulan dan Ridwan masih dalam perjalanan bulan madu, sementara perusahaan mereka berdua yang mengurus. Mentari yang pintar belajar dengan cepat sehingga perusahaan Suseno pun semakin maju. Buana hanya mengerutkan dahi saat Mentari me