Ayunda sudah mendapat hukumannya, begitu juga dengan Gina. Dia keluar dari rumah Suseno, setelah Buana mentalaknya, dan sekarang keluarga besar Suseno berkumpul lagi, meskipun tidak ada Ayunda.Suasana rumah Suseno sudah mulai kondusif, dan rona kebahagiaan jelas terlihat dari wajah-wajah semua orang, yang selama bertahun-tahun tidak terlihat kebahagiaan, serta hanya ada suasana muram di rumah tersebut.Kondisi kesehatan Suseno juga sudah pulih, setelah dia dirawat beberapa hari di rumah sakit, karena serangan jantungnya yang kumat lagi.Sementara hubungan Rembulan dengan Ridwan kembali akrab, dan sepertinya keluarga Rajasa menginginkan, jika putra dan juga putri dari Suseno, bersatu dalam sebuah pernikahan.“Papa sama sekali tidak keberatan, kalau kamu ingin menikahi Rembulan, justru papa sangat senang sekali ... dan bahagia, bisa berbesanan dengan Suseno. Karena sejak lama, papa memang menginginkan bisa besanan sama dia. Kapan kiranya keluarga kita, bisa datang ke rumah Rembulan, un
Hari pernikahan Rembulan dan juga Ridwan semakin dekat dan tinggal menghitung hari, sesuai dengan adat dari keluarga Suseno yang merupakan keturunan Jawa, maka sebagai mempelai pengantin perempuan, diadakan malam midodareni, salah satu adat yang memang biasa digunakan menjelang pernikahan, ada kado spesial yang sudah disiapkan Mentari, untuk adik kembarnya.Keluarga besar Suseno memakai seragam untuk acara malam midodareni, yang akan digelar sebentar lagi. Bahkan Nali Ratih dan juga Kusuma, terlihat sangat tampan serta cantik, meskipun usia keduanya sudah tidak mudah lagi. Begitu juga dengan Buana serta Laura, ditambah dengan Mentari , Aldo dan anak mereka, yaitu Bisma. Seluruh keluarga besar Suseno, serta sanak family, turut serta dalam acara bahagia sebelum ijab qobul, dilaksanakan hari lusanya.“Apakah semuanya sudah selesai semua? Hidangan dan juga yang lainnya?” tanya Neli Ratih kepada orang-orang yang ditunjuk sebagai panitia dalam acara midodareni ini.“Sudah semua, Nenek tena
Serangkaian acara menuju pernikahan dengan menggunakan adat Jawa, berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.Kedua belah pihak keluarga besar sama-sama bahagia, melewati beberapa acara, sampai tadi malam acara midodareni, yang membuat semua tamu undangan begitu puas dan terkesan.Adat Jawa begitu kental mewarnai perjalanan kisah cinta Rembulan dan juga Ridwan, hingga sampai pada bersatunya hubungan mereka ke tahap jenjang pernikahan.Acara selanjutnya adalah ijab kabul, yang dilakukan di salah satu gedung yang sudah disewa oleh Suseno. Tempat yang akan menjadi saksi tentang menyatunya ikatan suci cinta Ridwan serta Rembulan, dalam pernikahan. Mempelai pengantin perempuan masih berada di ruangan, sedang didandani oleh perias yang sengaja didatangkan khusus dari kota Jogjakarta.Paes Ageng, adalah salah satu riasan khas dari Jawa yang digunakan oleh Rembulan, untuk acara Ijab Qobulnya hari ini. Kecantikan wajahnya adalah warisan dari mendiang ibunya, yang juga hampir memiliki wajah sama
Rembulan mengembuskan napasnya perlahan. Saat ini ia dan Ridwan sudah berada dalam satu kamar. Acara resepsi telah selesai dan saat ini Ridwan sedang mandi . Rembulan sendiri sudah mengganti gaun pengantinnya dengan gaun tidur yang sedikit menerawang pemberian Laura. Mendadak ia menyesal mengapa sebelum berangkat ke hotel pagi tadi, ia tidak memeriksa lagi pakaian yang dimasukkan Laura ke dalam kopernya. Rembulan merasa ketegangan yang luar biasa."Lan, kau kenapa?"Rembulan tersentak, ia menoleh dan melihat Ridwan sudah keluar dari kamar mandi dan mengenakan piyama tidur. Dada Rembulan mendadak terasa sesak. Ridwan mendekat dan memeluknya dari belakang sambil mencium teruk leher Rembulan perlahan."Akhirnya, aku bebas untuk mencium dan menyentuhmu," kata Ridwan."Mas, aku..."Ridwan tersenyum lalu perlahan ia membimbing Rembulan berjalan ke ranjang pengantin mereka."Kau mau menonton televisi?" tanyanya. Rembulan melongo, tapi ia tak kuat menahan tawanya. Mereka pun tertawa
Mentari baru saja menyelesaikan laporannya ketika ponselnya berdering. Saat melihat siapa yang menelepon ia pun segera mengangkatnya. Namun, setelah beberapa saat wajahnya berubah pucat. Dengan cepat ia pun segera berlari ke ruangan sang kakak, Buana. "Mas ...." Buana yang baru saja beranjak hendak makan siang langsung mengerutkan dahi saat melihat adiknya masuk dengan wajah panik."Tari, ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanyanya. "Kita harus ke rumah sakit sekarang, Mas.""Siapa yang sakit? Bisma? Papa?" cecar Buana ikut panik. Mentari hanya menggelengkan kepalanya dan segera menarik tangan kakaknya itu dengan cepat. "Kita pakai mobil masing-masing saja, Mas." Buana akhirnya hanya mengikuti saja kemauan sang adik. Saat ini Rembulan dan Ridwan masih dalam perjalanan bulan madu, sementara perusahaan mereka berdua yang mengurus. Mentari yang pintar belajar dengan cepat sehingga perusahaan Suseno pun semakin maju. Buana hanya mengerutkan dahi saat Mentari me
Siang itu Erlangga menepati janjinya. Ia menjenguk Ayunda di rumah sakit jiwa. Kondisi wanita itu masih sama seperti ketika Mentari datang berkunjung. Saat Erlangga datang, Mentari dan Aldo tampak baru saja mengunjungi Ayunda."Kamu sudah bertemu dia?" tanya Erlangga enggan menyebutkan nama Ayunda. Mentari hanya mengangguk."Iya, Mas. Kondisinya masih sama dan menurut dokter setiap hari dia selalu menceritakan tentang anaknya yang bernama Erlangga. Sebaiknya kamu melihatnya." Erlangga menganggukkan kepalanya."Jangan dulu pulang, kita bisa bicara kan?" tanyanya kepada sang adik. Mentari menatap ke arah Aldo dan saat sang suami menganggukkan kepalanya ia pun mengiyakan permintaan Erlangga. Erlangga pun segera melangkah ke ruangan di mana Ayunda dirawat. Tanpa terasa air matanya menetes perlahan. "Kamu nggak perlu menghukum dirimu seperti ini, Nyonya. Kamu hanya perlu bertobat dan meminta ampunan kepada Tuhan." Mendengar suara Erlangga, pandangan
_ 5 TAHUN KEMUDIAN_Tak terasa pernikahan Mentari dan Aldo menikah sudah lima tahun. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan sangat baik dan begitu mesra. Pagi itu, Mentari terbangun dengan perasaan yang sedikit tidak nyaman. Ia merasa seminggu ini dia begitu mudah lelah."Kenapa sayang?" tanya Aldo saat melihat sang istri kembali berbaring lagi setelah solat subuh bersama."Tidak tau, Mas. Aku rasanya tidak enak badan. Tadi,saat aku masak aroma masakan itu membuat aku mual dan pusing. Jadi, aku minta Inem yang melanjutkan. Tidak apa-apa, kan?"Aldo tersenyum, ia meraba dahi Mentari, tidak demam tapi ia melihat wajah Mentari tampak pucat."Kamu ini istriku, bukan chef atau asisten rumah tangga yang harus selalu siap memasak. Kita ke dokter, ya?""Aku mungkin hanya masuk a..."Tiba-tiba Mentari merasa mual yang luar biasa, ia bergegas bangkit dan langsung ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Demi melihat kondisi sang istri, Aldo langsung menyusul ia mengurut tengkuk
Ridwan dan Rembulan kebetulan memang sedang berada di rumah hanya tertawa mendengar cerita Aldo tentang sang istri."Mangga muda? Kamu mampir saja kemari, pohon manggaku kebetulan sedang berbuah. Dan, kalau tidak salah ada beberapa yang masih mengkal dan pasti asam rasanya. Mampirlah, biar aku pilih yang muda dan mengkal," kata Ridwan. Aldo langsung bersemangat, ia pun bergegas mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Ridwan.Sesampainya di rumah Ridwan, ternyata iparnya itu sudah menunggu."Maaf merepotkan, Wan. Tadinya aku mau mencarinya ke toko buah. Tapi...""Memang begitu wanita jika sedang ngidam," jawab Ridwan sambil tersenyum."Beberapa hari ini, aku memang melihat Mentari sering muntah-muntah. Tapi, aku pikir hanya masuk angin biasa saja. Tiba-tiba tadi pagi ia langsung jatuh pingsan. Aku benar-benar panik.""Kamu harus lebih memperhatikannya. Wanita disaat sedang hamil terlebih di trimester pertama biasanya mudah marah, mudah menangis. Mood nya harus benar-benar kamu jaga.""