"Maaf, Den! Den Surya gak boleh membebaskan mereka. Nanti Juragan bisa marah!" Tiba-tiba tangan Surya dicekal oleh Kek Sukir. Walaupun sudah cukup sepuh, tapi tenaga Kek Sukir cukup kuat untuk menahan Surya.
"Mang, lepaskan saya! Mereka harus dibebaskan! Mereka ini gak punya salah apa-apa!" Surya berusaha memberontak, namun Kek Sukir semakin kuat memitingnya.
"Maaf, gak bisa Den! Saya bisa dipecat sama Juragan!" kata mantan jawara itu.
Kek Sukir dulunya adalah seorang jawara kampung, namun karena nasib baik tak berpihak padanya. Dia hanya bisa bekerja sebagai seorang tukang kebun sekaligus penjaga keamanan rumah Juragan Sarjono.
Iwan, diam-diam berusaha melepaskan ikatannya yang sudah longgar. Iwan
"Sudah Maghrib, tapi mereka gak pulang-pulang," kata Bu Wiyah. Tergambar jelas, kecemasan dari raut wajahnya.Bu Wiyah berdiri di depan pintu, berharap melihat mobil yang dibawa Iwan tadi, tampak di ujung jalan. Mukenanya pun masih dipakainya selepas sholat Maghrib barusan."Sebentar lagi kita susul mereka, Bu," sahut Solihin. Dia juga merasakan kekhawatiran yang sama.Dewi diam saja, dia berusaha tenang untuk menutupi segala kecemasan yang juga sedang melanda hatinya saat ini. Beruntung kondisi Widuri sedang stabil seharian ini. Hanya dia masih terlalu lemah. Hal yang wajar, karena puluhan tahun terpasung, tentunya membuat otot-otot tubuhnya menjadi lemah.Bu Wiyah beranjak dari depan pintu, dia b
Dewi yang duduk di sebelahnya berusaha menguatkan, dengan selalu menggenggam erat tangan mertuanya itu. Batin Dewi begitu pilu, mengetahui nasib tragis yang menimpa Widuri.Kek Warno duduk juga di sebelah Widuri, dibelainya lembut rambut putri kesayangannya itu. "Kasihan kamu, Ndok. Maafkan Bapak, seandainya kamu terlahir bukan di keluarga miskin, pasti nasib kamu gak seburuk ini," kata Kek Warno. Siapa pun yang mendengar, pasti bisa merasakan kegetiran hati Kek Warno."Warno, atas nama anak saya. Saya sungguh-sungguh minta maaf. Saya tau, Surya juga salah dalam hal ini. Karena telah sangat lama menyimpan rahasia yang sangat besar ini. Tapi saya harap, kamu bisa memakluminya, Warno," kata Bu Nilam dengan rasa penyesalan, kecewa, sedih juga malu tersemat di hatinya. Kek Warno tak membalas kata-kata Bu Nilam. Dia begitu lar
"Alhamdulillah, akhirnya mereka bisa diusir juga," kata Iwan dengan nafas tersengal kelelahan."Alhamdulillah. Sepertinya makhluk-makhluk tadi sengaja dikirim. Kita harus lebih waspada lagi. Mudah-mudahan besok Ustad Faruk dan Ustad Imam cepat sampai. Karena kita berdua tak bisa meninggalkan Bu Widuri di rumah sendirian. Harus ada yang berjaga di rumah ini," kata Solihin."Saya ikut, Bang." Dewi mengajukan diri untuk ikut dalam upaya penyelamatan Roni besok malam."Kita lihat besok. Kita menunggu dulu kedatangan Ustad Faruk dan Ustad Imam. Biar mereka yang memutuskan," sahut Solihin. Dewi tampak kecewa. Dia sangat mencemaskan keadaan Roni. Dia sangat ingin melihat langsung kondisi suaminya saat ini.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ustad Faruk dan Ustad Imam langsung memberi salam, sesaat setelah memarkirkan motornya."Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Solihin dan Iwan bersamaan. Mereka langsung memeluk para guru yang sudah mereka tunggu."Bagaimana, apa hal yang sudah terjadi di sini?" tanya Ustad Faruk. Kemaren Solihin hanya menceritakan garis besarnya saja, akan peristiwa yang sudah terjadi. Tidak terlalu mendetail."Kita bicarakan di dalam Ustad," kata Solihin mengajak Ustad Imam dan Ustad Faruk masuk ke dalam rumah Kek Warno.Mata Ustad Faruk langsung tertuju pada Widuri yang masih terbaring lemah. Bu Wiyah, Bu Ipah dan Dewi langsung menangkupkan kedua
"Benar Ustad. Bapaknya Pak Surya ini, juragan paling kaya di desa ini. Dia tak merestui hubungan antara Pak Surya dan Bu Widuri. Karena menganggap mereka tak sederajat. Waktu itu, Kek Warno masih bekerja menjadi buruh di kebun sawit milik Juragan Sarjono, Bapak Pak Surya." Iwan mencoba menjelaskan, pangkal dari semua masalah yang telah terjadi."Ya ya ya, saya sudah mengerti sekarang. Lalu apa rencana kita selanjutnya?" tanya Ustad Faruk. Dia cukup mengetahui secara garis besar saja, penyebab Surya tak bisa menikahi Widuri. Beliau tak ingin terlalu memanjangkan cerita, karena sedari tadi beliau selalu memperhatikan ke arah Surya yang terlihat kurang nyaman dengan perbincangan kisah masa lalunya."Malam ini, adalah malam bulan purnama menurut Ki Agung. Dan malam ini juga, Roni akan ditumbalkan. Kita harus segera menolong Roni, s
Keriuhan sontak terjadi dengan dihadirkan Roni di tengah tengah masyarakat yang sudah gelap mata. Berbagai makian dan sumpah serapah keluar dari mulut mereka, yang dilontarkan untuk Roni."Cepat pancung anak haram kuwi!""Anak sialan, gara-gara dia kampung iki jadi sial!""Penggal!""Pateni wae!""Anak jadah!""Anak setan! Ibunya dikawini setan, pasti dia anak setan!"Hati Dewi terasa hancur mendengar setiap cercaan yang keluar dari mulut warga untuk suaminya. Pun dengan Roni. Rasanya dia ingin mengamuk dan menerjang mulut mereka yang sangat tajam. Tapi tak ada daya dan upayanya. Tulang-tulangnya
BRAAKKTiba-tiba pintu rumah Kek Warno didobrak dari luar. Bukan perkara sulit mendobrak pintu yang sudah reyot itu. Beberapa orang dengan muka yang ditutupi topeng menyeramkan langsung masuk ke dalam rumah Kek Warno. Tentu saja hal itu mengejutkan mereka yang ada di dalam rumah. Solihin langsung bangkit bersiap untuk menyerang. Namun dua orang bertopeng itu menyendera Bu Nilam dan Widuri."Jangan melawan, atau nyawa mereka taruhannya!" gertak orang yang menyandera Bu Nilam dengan cara meletakkan ujung mata pisau ke leher Bu Nilam.Solihin terpaksa menghentikan serangannya. Dia terpaksa pasrah saja ketika orang-orang bertopeng itu mengikat tangannya ke belakang. Hal yang serupa juga dilakukan terhadap Bu Wiyah dan Bu Ipah. Dengan kasar, orang-orang bertopeng itu mendorong mereka unt
Juragan Sarjono sangat gelisah, apalagi beberapa warga mencegat jalannya. Keringat dingin langsung membasahi sekujur tubuhnya. 'Apa-apaan ini! Kenapa jadi senjata makan tuan!' makinya di dalam hati."Den Surya! Ceritakan pada kami semua. Apa sebenarnya yang terjadi dulu. Kalau dulu Den Surya mengetahui cerita yang sebenarnya, kenapa Den Surya diam saja?" teriak Samijo diikuti riuh suara warga yang membenarkan kata-kata Samijo.Lidah Surya seketika menjadi kelu. Dia bingung, harus darimana dia mulai bercerita. Keadaan sekarang sudah aman buat Roni. Tapi tidak buat Bapaknya. Seburuk apapun perangainya. Juragan Sarjono tetaplah Bapaknya. Dia bergidik sendiri, membayangkan Bapaknya akan menjadi bulan-bulanan warga bila dia membongkar kedok asli sang Juragan."Pak Sur