Share

PAMER SUAMI
PAMER SUAMI
Penulis: Intan Resa

Pertemuan

[Baru bangun langsung makan. Makasih ya, Bebeb akoh] tulis sebuah akun bernama Inayah di wall f******k miliknya, entah kapan kami berteman dan aku tak mengenalnya.

Aku tidak terbiasa meng-add akun yang tidak kukenal. Tapi terkadang aku mengkonfirmasi semuanya saat senggang karena beberapa orang temanku ada yang chat kalau mereka menggunakan akun dengan nama samaran ataupun anak sendiri. Mungkin akun Inayah ini yang add aku duluan. Dan entah kenapa, aku suka melihat semua postingannya. Lumayan mengobati rindu pada suamiku yang telah meninggal dunia. Lelaki yang mencintaiku meskipun ia tahu hatiku masih memikirkan seseorang dari masa lalu. 

Aku memutar video yang memperlihatkan seorang lelaki sedang memasak nasi goreng dan menyajikannya di atas piring. 

Maskulin sekali. Seorang lelaki yang memperlakukan istrinya dengan lembut bagiku sangat mempesona.Aku mulai tertarik. 

Memang ada stiker menutupi wajahnya lelaki yang merupakan suami dari Inayah itu, tapi tetap saja banjir pujian dari warganet. 

[Udah macho, rajin bantuin istri pula. Duh, suami idaman banget] tulisku, ikut meramaikan komentar. Ini komentar pertamaku setelah sekian lama. Rasanya gatal saja jemari ini kalau tidak ikut menanggapi. 

[Kalau masih ada suami seperti ini, sisakan satu untukku] tulis yang lain. 

[Duh, iri deh ngelihatnya. Suamiku boro-boro mau masakin istri, muji msakanakunaka gak pernah]

[Suamiku kalau lagi libur malah main-main sama temannya]

Berbagai pujian sejenisnya  dan ada juga yang menegur pemilik akun itu karena dianggap terlalu pamer suami. Bukan sekali dua kali dia memperlihatkan kebaikan suami, hampir setiap hari. Ya, meskipun dengan kata-kata manis atau sekedar foto dan selalu ramai dengan tanggapan dari akun yang didominasi para wanita.

Dari sekian banyak komentar, satu yang mencuri perhatianku. Dia memberikan tanggapan emoticon tertawa di akunku yang bernama Carisa. Aku sampai menelusuri komentar akun yang lain dan memang cuma aku. Apakah dia mengenalku? Atau dia temanku yang sudah melakukan operasi plastik hingga tak kukenali? 

Ah, mungkin saja komentarku baginya terlalu lucu.

Aku menutup ponsel dan kembali berkutat dengan laptop, menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang kukerjakan dari rumah. Sengaja tak ke kantor karena anakku, Boy, sedang tak enak badan.

Balita berusia empat tahun itu sesekali mengingau, lalu kembali tidur saat aku mengusap-usap rambutnya.

*

[Aku memang tak mengenal suami kamu, tapi dari semua postinganmu, aku yakin kalau dia tampan, pekerja keras, sayang istri dan setia. Apa Mbak ini sebenarnya mau cari adik madu?]komentarku ditambah emot tertawa di postingan Inayah yang memperlihatkan seorang lelaki yang tidur di atas ranjang memakai celana panjang dan singlet. Seperti biasa stiker menutupi wajah itu.

Seperti sebelumnya, sekarang pun ia memberikan react tertawa.

[Silakan goda suamiku, Ca. Jika dia mau menjadikanmu yang kedua, tak masalah. Namun, jika kamu dapat penolakan dari suamiku, pasti harga dirimu akan terluka] balas Inayah dengan sombongnya.

Lima menit berlalu. Aku masih mematung membaca tulisan akun ini.

Silakan goda suamiku?

Astaga, apa wanita ini sudah tak war@s? Ketika seorang istri takut kalau suaminya berpaling, dia malah begitu yakin kalau pria yang menikahinya itu tak akan pernah tergoda dengan wanita manapun.

Apa aku harus meladeninya?

Seperti ada yang mendorong dari dalam, ingin tahu seperti apa sih setianya suami dari Inayah itu. Apalagi aku seperti mengenal bentuk badannya. Terkadang orang yang suka pamer itu hanya untuk menutupi betapa tak bahagianya hidupnya sehingga butuh pujian dari dunia luar, meskipun tak saling kenal.

Aku memilih mengirim pesan secara pribadi.

[Mbak, apakah serius dengan komentarnya tadi? Kalau iya, kebetulan saya sedang cari suami]

[Oh, tentu saja. Tapi saya takut kalau kamu akan kecewa]

Aku menelan saliva membaca balasannya.

[Saya terbiasa kecewa. Kalau pemilik rumah sudah mengizinkan bertamu, share lock saja, nanti sore aku akan datang] balasku, tak lupa dengan emot tertawa seperti biasanya. 

Aku yakin kalau nyalinya akan ciut. Namun tak menunggu lama, sebuah alamat lengkap sudah ia kirimkan. Tidak terlalu jauh dari sini. 

Baiklah, mungkin tidak salah kalau aku datang ke sana. Hitung-hitung hiburan untuk mengobati kejenuhan akan rutinitas yang monoton.

Pukul tiga sore, aku melajukan kenderaan roda empatku ke alamat rumah yang dikirimkan Inayah. Tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 30 menit perjalanan. Sebuah rumah permanen minimalis sesuai dengan nomor rumah yang ia kirim.

Ini seperti model rumah impianku dengan seseorang yang pernah mengisi ruang hati ini. Ah, perih bila mengingatnya.

Aku melangkahkan kaki dengan gamang. Tujuanku hanya iseng dan juga penasaran. Bisa juga Inayah hanya iseng memberikanku alamat palsu. Ah, bod*hnya aku bisa datang ke sini. 

Aku melihat tirai jendela tersingkap, lalu pintu terbuka dengan lebar.

"Mbak Carisa, ya?" tanyanya.

Aku mengangguk ragu. Ternyata akun Inayah itu memang berwujud manusia, bukan sejenis kuntilanak atupun wewe gombel. Dia memang manis, sesuai dengan fotonya.

"Mari masuk, Mbak. Kebetulan suami saya di dalam," ajaknya setelah kami berjabat tangan.

Kegilaan macam apa ini? Sudah kepalang basah, ya sudah mandi saja sekalian. Aku melangkahkan kaki mengikuti wanita itu dan duduk di sofa.

"Siapa, Yang?" Suara lelaki terdengar dari kamar. Suara itu seperti …. Ah, tidak mungkin.

Aku menatap fokus ke pintu kamar yang mulai terbuka. Mataku membola dan napas rasanya tercekat. Aku langsung berdiri dan hendak pulang. Aku yakin kalau Inayah ini mengetahui kisah masa lalu kami dan sekarang sengaja memanas-manasi.

"Caca?" gumam lelaki itu.

Aku menahan langkah. Ya, aku pasti tidak salah orang.Hanya mantan tunanganku, pria bernama Bian itu dan keluarganya yang memanggilku Caca.Mungkin ia pun tak menyangka kalau aku bisa bertamu ke rumahnya.

Suasana mendadak hening melihat pria yang pernah kucintai kini ada di hadapanku. Aku telah menghilang cukup lama, tapi kenapa takdir seolah ingin mempertemukan kami melalui sosial media istrinya.

Aku melirik sekilas ke arah Inayah. Bibir mungil wanita itu menyunggingkan senyuman mengejek. Aku jadi curiga kalau setiap postingannya di medsos hanya untuk memancingku. Aku belum tahu motif aslinya. Tapi besar dugaanku kalau Inayah ingin memamerkan kalau dia telah mendapatkan seseorang yang sering hadir di mimpiku.

"Ngapain kamu kesini? Bagaimana bisa kamu tahu rumah ini? Setelah aku mampu mengobati sayatan yang kamu torehkan dan sudah mencintai istriku, kamu mau menyiram lukaku lagi?" bentak lelaki itu. 

"A-ku sampai ke sini karena undangan dari Inayah. Kami berteman di f******k," balasku, berusaha tenang.

Sekarang dia sudah berumah tangga, jangan sampai dia merasa terusik atau tidak enak hati atas kehadiranku. Aku memang tidak pernah mencarinya setelah tragedi beberapa tahun lalu, di saat hari pernikahan kami tinggal seminggu lagi. Aku tiba-tiba hilang karena sesuatu hal yang tidak bisa kujelaskan, tapi pasti meningalkan luka mendalam bagi Bian dan keluarganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status