Sebelum tepuk gemuruh menghilang, Bayu mengajak istrinya turun panggung. Mereka tidak jadi belanja. Bayu malah mengajak sang istri ke pantai. Suara debur ombak selalu menenangkan mereka. Karena debur ombak pantai yang menyatukan mereka dulu. “Sayang, jangan pernah ragu sama cintaku. Walau diakui kita dijodohkan, aku mencintaimu sangat dalam Eliana.” Bayu memeluk pinggang sang istri posesif.
“Tapi aku cemburu, kamu selalu baik pada banyak wanita. Kau anggap aku apa?” Eliana tiba-tiba menangis tersedu. Bayu melepaskan pelukannya kemudian meraih pipi sang istri.
“Hai, Cinta. Kok malah nangis? Aku tahu, itu artinya kamu pinter milih suami. Karena aku digemari. Hahaha, enggak bercanda. Sayang, kita tidak bisa menyuruh orang untuk berhenti menyukai atau mulai menyukai. Yang pasti, ini bukan pertama kalinya orang lain mengerumini kita. Sayang, sekali lagi Mas tegaskan. Aku hanya mencintaimu. Ini buktinya. Jadi, stop ma
Bayu mengajak istrinya pulang setelah perhelatan panas semalam. Mereka sudah berdamai. Kurang dari dua kali dua puluh empat jam, Stefan dan Miranda sudah di tangkap. Kali ini tidak ada ampun kepada mereka. Setelah ngedrop istrinya pulang, dengan seluruh emosi Bayu mendatangi penjara.“Pak Bayu, silakan. Buruan telah tertangkap,” ucap Wisnu sebagai kepala humas di kepolisian tersebut.“Stefan, kau sungguh menyedihkan! Rasa irimu membuatmu teraniaya begini. Salah apa aku sama kamu, hah? Sehingga kamu berkali-kali ingin mencelakakanku?” Di depan penjara itu Bayu meluapkan emosinya.“Salah apa? Salahmu adalah anaknya ibumu. Kamu tahu, ayahku tergila-gila pada ibumu hingga mengabaikan mama sampai meninggal,” rutuk Stefan.“Salahkah ibu kalau papamu mencintainya? Tapi nyatanya ibu nggak ernah meladeni. Lalu apa salahnya? Kamu terlalu picik, Stefan. Kita tidak perna
Bayu menyetir mobil dengan sedikit melambat. Hatinya sangat kacau sekarang. Perasaannya berantakan tidak karuan. Setefan adalah sahabat yang paling dicintainya. Tapi menjadi begini. Hati Bayu terasa porak-poranda. Dia ingin mengalah dengan Stefan dan membiarkan dia berkeliaran tanpa hukuman. Tapi rupanya Stefan tidak mengerti. Dia malah membahayakan Eliana. Sungguh sebuah kebingungan yang tidak bisa dipilihnya. Suara dering ponsel membuatnya kembali ke “Sayang, kamu di mana?” Eliana meneleponnya.“Di jalan, Cinta. Sebentar lagi Mas pulang.” Eliana memutuskan sambungannya setelah mengetahui suaminya mau pulang. Bayu sedikit mempercepat laju kendaraannya. Istrinya selalu bisa membuatnya tenang. Lelaki itu akhirnya masuk ke garasi rumahnya. Setelah mematikan mesin kendaraanya, Bayu masuk ke rumah. Terlihat Irwan dan Nilam sedang bercengkrama dengan Agung dan juga istrinya.“Bayu, dari ma
Sidang pertama Stefan dan Miranda digelar. Bayu dan keluarga datang. Sesungguhnya Bayu tidak tega melihat Stefan dalam keadaan begitu. Seperti apa pun jahatnya Stefan, dia adalah tangan dewa yang pernah menyelamatkannya. “Stefan,” panggil Bayu ketika Stefan keluar dari kursi pesakitan.“Kenapa? Mau menertawakan aku? Aku mungkin hanya seorang pecundang, tapi aku bukan seorang yang menusuk sahabat dari belakang.” Stefan berlalu saja. Eliana menepuk pundah Bayu agar lebih tenang. Demikian juga dengan Agung.“Papa mengerti sakitnya kamu, Bay. Tapi bagaimana pun kamu berusaha, tetap saja dia akan salah paham. Biarkan waktu yang akan membawa kesalah pahaman ini menjadi berarah ke mana.” Lelaki yang berambut mulai memutih itu mengajak Bayu untuk pulang. Ke kantor juga percuma karena memang sudah tidak mood lagi. Di kantor ada sekretaris yang menghendle semua pekerjaan. Biarlah mengabari jika ada perlu.
Stefan berhenti sebentar melihat Bayu dan keluarganya saat akan pulang ke rutan. Dia melirik tajam ke arah mereka. Hatinya penuh dengan rasa dendam yang kian berkobar-kobar. Mata membunuhnya seolah siap merobekkan semua yang dia pandang. Beberapa detik kemudian, dengan tangan yang masih terborgol dia ditarik oleh petugas berseragam sipir dan beberapa polisi yang menjaganya dengan senjata lengkap dan seluruh peralatan seperti Stefan adalah seorang penjahat kelas wahid.Stefan langsung didorong ke dalam mobil tahanan. Hati Stefan miris dan menertawakan dirinya. Dadanya semakin panas saat melihat Bayu menggandeng Eliana masuk ke dalam mobil mewah. “Seharusnya aku, Bayu yang di sana. Kamu memang brengsek seberengsek-brengseknya. Aku membencimu!” Stefan diam saja sampai kantor tahanan. Dia sudah dimasukkan ke selnya. Lelaki itu menatap nyalang ke arah kepergian petugas yang sudah kembali mengunci pintu penjara itu.Lelaki dewasa itu m
Bayu mondar-mandi di depan ruang bersalin. Dia bingung, mau ikut masuk tapi takut. Tidak ikut, tapi kasihan. Bayu melongok ke dalam seolah-olah dapat terlihat dari pintu itu. “Bayu, Eli memanggilmu.” Bayu gemetar masuk ke ruangan itu.“Mas, kamu ke mana aja? Aku mau melahirkan.” Bayu tersenyum yang terkesan dipaksakan. Dia duduk di samping istrinya dan menggenggam tangannya.“Nyonya, sudah merasa mau buang air besar?” tanya dokter.“Iya, apa aku harus ke kamar mandi?” tanya Eliana.“Tidak usah, ayo mengejan saja. Biarkan feces ikut keluar nanti kami yang membersihkan. Ayo dorong!” Eliana mengejan, bersamaan dengan itu dia menjambak rambutnya Bayu dengan sangat kuat.“Aaa!” Bukan suara Bayu melainkan suara Eliana yang terdengar.“Bagus, ayo brnapas dulu. Tarik napas panjang, mengejan
Bayu merasa matanya mengantuk karena memang suah malam. Keluarga semua sudah pulang, tinggal dia yang menjaga. Padahal malam ini Irwan juga jaga malam. Kesepian di kamar itu membuatnya mengantuk. Baby twin juga sudah dialihkan ke inkubator. Tinggalah Bayu seorang menemani Eliana yang masih terpejam. Dia mamandang nyalan ke arah tangan Eliana. Satu tangan dialiri darah, yang satunya lagi infus. Bayu mengusap anakan rambut Eliana yang tidak teratur lagi.Bayu menaikan temperatur ruangan itu agar istrinya tidak terlalu kedinginan. Dia menarik selimut sang istri agar sampai ked leher. Satu ciuaman mendarat di kening sang istri yang hari ini begitu heroik berjuang untuk kedua jagoannya yang sudah nyenyak dengan balutan kain bedong. Satu warna biru dan satu lagi warna merah dengan boneka dan juga buah-buahan seakan menempel menjadi lucu dan terlihat menyenangkan.“Sayang, aku mengantuk,” ucap Bayu. Dia berkali-kali menguap. Ucapannya t
Hari ini Eliana dan bayinya boleh pulang. Sambutan yang meriah bagi mereka untuks ampai di rumah. Pesta penyambutan dengan tumpeng dan juga banyak makanan dengan menundang anak-anak yatim seperti keinginan Bayu sudah berjejer. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Suara salawat yanabi salam mengalun dari mulut mungil anak-anak kecil itu. Bayu menggendong kedua anaknya tangan kanan dan kiri. Nama akan diumumkan bebarengan dengan lepas pusar nanti. Sebenarnya Bayu sudah memiliki nama, tapi nanti saja ngumuminnnya. Dia sudah memiliki rencana untuk istrinya dan bayinya.Wajah-wajah ceria anak-anak itu tergambar jelas. Suara terbangan dari tangan-tangan mungil itu membuat Bayu menyunggingkan senyuman. Dia membawa kedua jagoannya melewati mereka. Kemudian berakhir di depan dan beebrapa adat Jawa dengan ditaburi beras yang dicampur kunyit. “Anak-anak, terima kasih.” Hanya itu yang diucapkan Bayu. Setelah ramah tamah, maka anak-anak i
Pagi hari baby twin sudah tertidur lelap. Eliana juga tertidur karena merasakan sangat lelah. tapi Bayu harus rapat pagi ini. dia mencium kening kedua bayinya kemudian istrinya secara bergiliran. Setelah itu, lelaki jangkung itu pergi dari kamarnya. Letih rasanya. Baru dua hari menjadi ayah sudah merasa sangat payah. Dia mulai sdar, bahwa memang seperti itu payahnya mengasuh anak.Di kantor, dia berusaha konsentrasi walau badannya sebenarnya sangat terasa remuk. Berkali-kali dia mengulat untuk membuat pinggangnya lebih baik. “Pak, apakah memerlukan sesuatu?” ucap Sasa.“Ah, tidak, Sa. Biar saya bikin sendiri kalau nanti merasa ingin meminum sesuatu.” Bayu lebih hati-hati sejak Miranda mengerjai dia dengan obat tidur. Dia tidak percaya dengan siapa pun. Dia memijit kepalanya yang berdenyut karena kurang tidur. Lelaki kuning langsat itu menutup pintu ruangannya dan menguncinya. Dia tidur untuk sementara. Demi apa pun sa
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska