Sepi dan sunyi kini menghiasi ruang tengah di rumah mewah milik Devan, hanya suara televisi menyala yang terdengar menemani malam yang kian larut. Berkali-kali Keysia menguap namun gadis itu tak kunjung mengistirahtkan tubuhnya. Entah sudah keberapa kali mata Keysia melirik kearah jam dinding yang terletak diatas televisi, waktu sudah menunjukkan pukul 01.11 tetapi Devan tak kunjung pulang juga.
Keysia akhirnya memutuskan untuk mematikan televisinya dan gadis itu segera berlalu menuju ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Sesampainya dikamar, Key langsung merebahkan tubuhnya kemudian menarik selimut sebatas dada, dan tidak butuh waktu lama, Key pun terlelap menuju kealam mimpinya.
*********
Keesokan harinya, Key mengerjabkan matanya tatkala silaunya sinar matahari dengan nakal menerobos masuk kedalam kamarnya melalui celah gorden yang sedikit terbuka bersamaan dengan suara burung yang mengiringi sang mentari.
Pagi yang indah, lebih indah lagi jika hal pertama yang dilihat adalah sesuatu yang juga Indah. Seperti sekarang ini, Keysia membuka mata dan hal pertama yang ia lihat adalah sosok suaminya yang masih terlelap disebelahnya dengan posisi menghadap kearahnya yang juga menghadap kearah sang suami.
Sejenak Key memandang wajah tampan Devan, ia seperti enggan untuk meninggalkan tempat tidurnya. Jangankan meninggalkan tempat tidur, merubah posisi saja Keysia sangat enggan.
“Jadi seperti ini rasanya, ketika membuka mata dan hal yang pertama dilihat adalah sosok yang hmm,” Key tidak melanjutkan ucapannya. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan segera berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Selang beberapa menit, Key keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap serta sebuah handuk yang bertengger dikepalanya guna melilit rambutnya yang masih basah.
Key berlalu untuk membuka korden dan membiarkan sinar matahari menerobos masuk kedalam kamarnya sehingga membuat Devan yang masih terlelap damai itu seketika membuka matanya.
“Eh, maaf Mas jadi ngebangunin,” Ujar Key saat membalikkan badannya dan mendapati suaminya yang terbangun karena ulahnya.
Devan mendudukkan dirinya bersandar dikepala ranjang.
“Mau aku siapain air buat mandi sekarang?” Tanya Keysia.
“Hm,” Devan berdehem kecil menanggapi perkataan Key.
Lantas, Keysia pun kembali berlalu menuju ke kamar mandi untuk menyiapkan air mandi Devan sekaligus melepaskan handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Tak berselang lama Key pun kembali keluar dengan rambut yang masih berantakan. Dilihatnya Devan sedang memainkan ponselnya. “Airnya sudah siap,” Ujarnya.
Devan menyimpan gawai yang dimainkannya ditempat yang semula. Lantas, ia beranjak dari tempat dudunya dan berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Sedangkan Keysia, ia kemudian merapikan rambutnya setelahnya ia menyiapkan setelan kantor yang akan dikenkan suaminya untuk kerja kemudian turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Suasana rumah mewah itu begitu sepi karena memang tidak ada penghuni lain selain Keysia dan Devan tentunya. Tidak ada Art karena Devan memang jarang tinggal dirumah. Namun, sesekali ada orang yang datang untuk membersihkan rumahnya.
*********
Setengah jam kemudian, Key sudah selesai dengan urusan dapurnya. Gadis itu kini menatap sandwich yang baru selesai dibuatnya itu diatas meja kemudian melepaskan apron yang dikenakannya.
Hendak dirinya kembali menuju ke kamarnya untuk memanggil Devan sarapan. Namun, laki-laki itu terlebih dahulu tiba dihadapannya.
“Sarapan dulu, Mas,” Ujar Keysia.
Devan tak menjawab, ia langsung menarik kursi dan mendudukkan dirinya. Dipandanginya Keysia yang kini sedang menyiapkan sarapan untuknya. Ah, Devan sungguh merasa di perhatikan dan diurus sekarang.
“Selamat makan,” Ujar Key. Gadis itu terlebih dahulu menikmati sandwich miliknya disusul dengan Devan tentunya.
“Siang nanti apa Mas Devan pulang?” Tanya Key memecah keheningan di meja makan.
“Kenapa?” Bukannya menjawab, Devan justru balik bertanya dengan tatapan mata yang sudah mengarah kearah Keysia.
“Biar nanti aku siapkan makan siang untuk Mas Devan,” Balas Key. Tangannya tergerak untuk mengambil gelas yang berisi susu kemudian meneguknya sedikit.
“Tidak perlu, aku akan makan di luar nanti,” Tolaknya. Tangannya tergerak untuk mengambil tisu guna membersihkan mulutnya tanda ia sudah mengakhiri acara sarapannya.
“Mungkin aku akan pulang larut malam, tidak perlu menunggu!” Ujarnya seraya beranjak dari duduknya. Tangannya tergerak untuk meraih tas kerja yang ia simpan disebelahnya kemudian segera berlalu dari meja makan disusul oleh Keysia yang mengikuti dari belakang.
Keduanya kini telah sampai di depan. “Mas Devan!”
Suara Keysia yang mengintrupsi namanya itu membuat Devan yang hendak melangkah menuju mobilnya mengurungkan niatnya. “Kenapa?” Kelakarnya. Dahinya berkerut dalam.
Keysia mendekat dan mengulurkan tangannya membuat kerutan di dahi Devan semakin tercetak dalam. Sejenak laki-laki itu membisu hingga akhirnya tangannya tergerak untuk mengambil dompet dari dalam saku jasnya dan mengambil salah satu kartu berwarna hitam dari sana.
“Aku bukan meminta itu, Mas!” Seloroh Key dengan cepat membuat Devan yang hendak memberikan kartu itu kepada Key seketika mengurungkan niatnya.
“Lantas apa?” Tanya Devan dingin.
“Aku bukanlah gadis matre!” Tegasnya. Keysia kemudian meraih tangan kanan Devan dan kemudian menciumnya membuat Devan terenyuh akan kelakuan Keysia yang diluar dugannya.
“Hati-hati dijalan, Mas!” Tuturnya kemudian seraya menjauhkan tangannya dari tangan Devan.
Devan masih terpaku, laki-laki itu menatap Keysia tidak percaya. “Ehem,” Lantas dirinya berdehem untuk mentralkan ekspresinya dan Key hanya tersenyum menanggapinya.
“Ya sudah, aku berangkat dulu,” Ujarnya seraya menyimpan kembali dompet juga black card miliknya kedalam saku jas yang dikenakannya.
Keysia mengangguk menanggapinya, Lantas Devan masuk kedalam mobilnya dan melajukan meninggalkan halaman rumahnya.
Selepas kepergian Devan, Keysia menghembuskan nafas bosan. Kini tinggal dirinya sendiri dirumah yang sebesar ini. Bingung hendak melakukan apa, lantas dirinya memutar tubuhnya dan berlalu masuk kedalam rumahnya dan mendaratkan tubuhnya diatas sofa. Punggungnya ia lemaskan disandaran sofa dengan matanya yang menatap kosong plafon rumahnya.
Tanpa terasa, setitik air mata merembes melewati pelupuk mata indahnya. “Ini bukan yang aku harapkan,” Hidup seatap dengan orang yang berstatuskan suaminya namun rasa cinta dan sayangnya bukan untuknya, tentu saja itu begitu terasa sesak bagi Keysia.
********
“Lo yakin kalau dia bukan gadis yang matre?” Kelakar Argan. Laki-laki itu terlihat sedang mendudukkan dirinya di kursi kebesaran milik Devan. Perhatian yang semula difokuskan dengan laptop yang ada dihadapannya kini beralih menatap kearah Devan yang sedang mendudukkan dirinya disofa dengan salah satu tangannya bertumpu di lengan sofa dan jari telunjuknya yang disimpan dibibirnya.
“Barangkali itu hanyalah sebuah permulaan untuk mencari muka saja,” Imbuhnya.Argan adalah sahabat Devan yang merangkap sebagai asisten pribadi Devan, itu kenapa laki-laki itu bisa bersikap lancang.
Devan beranjak dari tempat duduknya, ia lantas menggidikkan bahunya. “Lihat aja nanti!” Ujarnya.
Ditengah-tengah percakapan Devan dan Argan, pintu ruang kerja Devan tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok gadis berparas cantik yang kini sedang berjalan dengan melengkak-lengkokkan tubuhnya layaknya seorang model yang sedang berajang kopetensi.
“Dev,” Seru gadis itu.
“Hufttt, gue keluar dulu males kalau harus jadi baygon,” Argan berkelakar. Laki-laki yang memiliki paras tak kalah tampan dengan Devan itu lantas beranjak dari tempat duduknya kemudian berlalu meninggalkan ruang kerja sabahat sekaligus atasannya.
“Jones sih elu,” Ledek Devan sebelum Argan benar-benar menghilang dibalik pintu ruang kerjanya.
“Tumben kamu kesini, sayang?” Ujar Devan. Tangannya terulur untuk menarik tangan seputih salju milik Anna agar mendekat kearahnya yang berdiri tidak jauh dari meja kerjanya.
“Aku merasa bosan, ingin jalan-jalan,” Ujarnya manja. Tangannya bergerak nakal memkainkan pangkal dasi yang bertengger dikerah kemeja yang dikenakan Devan.
“Mau jalan-jalan kemana, hm?” Tangan kekar Devan tergerak untuk mengusap surai pirang bergelombang milik Anna dengan penuh sayang.
“Kemana saja asal sama kamu.”
“Ya udah ayo!” Tangan Devan tergerak untuk meraih kunco mobil yang ia letakkan diatas meja kemudian merangkul mesra pinggul Anna dan segera berlalu keluar dengan kekasihnya itu.
*
*
*
Terimaksih buat yang sudah mampir, jangan lupa tinggalkan jejaknya :)
Devan mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang ramai akan mobil yang berlalu lalang. Sebelah tangannya mencengkram stir mobil dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan mulus Anna dan sesekali menciumnya.“Kita mau kemana?” Tanya Devan. Sesekali ia menoleh kearah Anna yang nampak sedang asik mendengarkan musik yang menjadi pengiring perjalanan keduanya.“Ke mall ajalah, temani aku belanja atau mau nonton juga
“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu, rumah tangga Keysia dan Devan masih sama hambar seperti saat dulu hari pertama. Setiap harinya mereka melalui hari-harinya dengan perdebatan-berdebatan kecil yang sebenarnya itu bukanlah sepatutnya diperdebatkan. Seperti sekarang ini, Keysia sedang membantu Devan memakaikan dasinya.Dengan balutan dress rumahan, Keysia nampak sudah cantik. Kini, ia sedang memperhatikan penampilannya didepan cermin yang ada dihadapannya hingga suara pintu yang terbuka membuat Keysia mengalihkan atensinya.“Kau sudah selesai?” tanyanya pada suaminya— Devan yang terlihat baru saja keluar dari ruang ganti dengan balutan setelah jas yang membungkus tubuh kekarnya.”Ya, bantu aku untuk memakai dasi!” pintanya seraya mengulurkan sebuah kain panjang yang memiliki warna senada dengan jas ya
Keysia nampak sedang berdiri didepan rak yang menyimpan begitu banyak keperluan dapur. Jari-jemari lentiknya menyusuri masing-masing botol nutella yang ada dihadapannya kemudian mengambil salah satu dan menyimpannya kedalam keranjang belanjaannya.“Sepertinya sudah semua,” Gumam Keysia seraya mengecek bahan belanjaanya yang sudah disimpan didalam keranjang.Setelah benar-benar memastikan tidak ada yang kurang, lantas Keysia s
Makan malam sudah berakhir lima belas menit yang lalu, Keysia nampak sedang merapikan tempat tidurnya sedangkan Devan sibuk di ruang kerjanya.Dering ponsel yang terdengar begitu nyaring itu menyita atensi Keysia untuk mengintip siapa yang menelfonnya. Keysia mempercepat aktivitanya kemudian bergegas menerima telfon dari Nana.“Ada apa?” Tanya Keysa. Kakinya melangkah menuju sofa yang berada disudut kamarnya kemudian mendaratkan tubuhnya.
Devan menutup perlahan pintu kamarnya, laki-laki itu mendapati Keysia yang tengah duduk berselonjoran diatas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang berada digenggamannya. Keysia nampak begitu fokus dengan buku yang kini sedang dibacanya hingga kedatangan Devan pun tak membuat ia mengalihkan atensinya.Devan mendudukkan dirinya disebelah Keysia dengan posisi yang sama, berselonjoran. Tangannya terulur untuk meraih ponsel yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya kemudian memainkannya.
Keysia segera memalingkan wajahnya saat sedikit lagi Devan hendak mencapai bibir merah muda milik Keysia membuat laki-laki itu lagi-lagi gagal untuk mendapatkan bibir yang sudah lama ia damba.“Ekhem, aku akan tidur terlebih dahulu, kau makan saja buah itu!” Keysia segera merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sebatas dada. Keysia merubah posisinya menjadi miring kemudian segera memejamkan matanya meskipun rasa kantuknya kini telah sirna.Sedangkan Devan, ia kemudian membenarkan posisinya, meletakkan kembali garpu yang dipegangnya dan disimpannya piring tersebut diatas nakas sebelahnya. Televisi yang masih menyala itupun segera ia matikan.Lantas, Devan beranjak dari tempat tidurnya dan belalu menuju ke tempat kerja yang berada disebelah kamarnya. Devan langsung mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan kedua kakinya yang disimpan diatas meja, tubuhnya yang menyandar sepenunya, mata terpejam serta salah satu tangan yang diletakkan diatas peipisnya.I
“Nona,” Sapa laki-laki itu membuat Keysia menoleh ke sumber suara.“Kita bertemu lagi,” Ujar laki-laki itu dengan seulas senyum manis diwajah tampannya.Keysia nampak mengerutkan dahinya mencoba mengingat siapa laki-laki yang mengajaknya berbicara hingga akhirnya, “Anda yang waktu itu menolong saya kan?”
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki