Devan mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang ramai akan mobil yang berlalu lalang. Sebelah tangannya mencengkram stir mobil dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan mulus Anna dan sesekali menciumnya.
“Kita mau kemana?” Tanya Devan. Sesekali ia menoleh kearah Anna yang nampak sedang asik mendengarkan musik yang menjadi pengiring perjalanan keduanya.
“Ke mall ajalah, temani aku belanja atau mau nonton juga sekalian sama cari makan siang nanti,” Ujar Anna seraya menoleh kearah Devan yang menatap lurus kedepan.
“Baiklah,” Devan segera melajukan mobilnya menuju sebuah mall yang berada dipusat kota. Sekali lagi Devan memberikan kecupan pada tangan mulus milik Anna yang dibalas rangkulan sayang oleh gadis itu.
“Kangen banget,” Ujar Anna dengan begitu manjanya.
Sesampainya di mall, Anna langsung melepaskan rangkulannya pada tangan Devan dan membiarkan kekasihnya itu mengemudi dengan fokus karena parkiran bagian bawah penuh jadi terpaksa Devan harus memarkirkan mobilnya diatas.
Sesampainya diatas, Yoga segera turun dari mobilnya diikuti dengan Anna. Keduanya memasuki mall dengan bergandengan mesra layaknya pasangan pada umumnya.
“Mau belanja dulu atau nonton dulu?” Tanya Devan.
Anna tidak langsung menjawab, perempuan itu mengangkat pergelangan tangannya yang menampakkan sebuah jam tangan yang melingkar dengan anggun dan elegan. “Belanja dulu deh, habis itu makan baru nonton,” Sarannya.
“Baiklah,” Devan tak menolak. Apa yang membuat kekasihnya senang itu yang akan ia lakukan. Lantas, apakah Devan melupakan istrinya sekarang? Ya laki-laki itu benar-benar melupakan Keysia yang kini sudah berstatus sebagai istrinya.
**********
Keysia terlihat sedang mendudukkan dirinya ditepi kolam renang dengan kakinya yang menjuntai dan terendam. Sesekali Key mengayun kakinya hingga menimbulkan percikan pelan. Gadis itu menghela nafas bosan, sudah sejak dari Devan berangkat kerja hingga sekarang tidak ada yang ia lakukan kecuali hal-hal yang membosankan yaitu rebahan, menonton film dan bersantai seperti saat ini.
“Perasaan dulu hidupku tidak semembosankan ini,” Gumam Keysia seraya kembali menghembuskan nafasnya untuk yang kesekian kalinya.
Lantas gadis itu mengembungkan pipinya, matanya melirik camilan juga orange jus yang ada disebelahnya. Tangannya tergerak untuk mengambil air berwarna orange itu lantas meneguknya.
“Hmmm, yaampun,” Gadis itu terus bermonolog tanpa ada yang menyahutinya kecuali angin yang beberapa kali menerpa kulitnya.
Ting
Sebuah notifikasi pesan masuk kedalam ponsel Keysia membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya untuk menatap benda pipi yang disimpan tidak jauh dari piring yang menyimpan camilannya.
Keysia meletakkan gelas yang berisikan orange jus tersebut kemudian berganti meraih ponselnya. Tulisan ‘Nana’ tampak dilayar ponselnya, Keysia pun segera membuka isi pesan tersebut untuk mengetahui isinya.
“Key, gue dirumah lo nih, tapi kok sepi ya kek nggak ada yang ngehuni aja,” Isi pesan dari Nana.
Jari-jari cantik nan lentik milik Keyisa pun segera mengetikkan balasan dan mengirimkannya kepada Nana yang notabenya adalah sahabat Keysia. “Gue nggak dirumah emang, Ada apa lo kerumah gue?”
Tak berselang lama balasan pesan yang dikirimkan oleh Keysia dibaca oleh Nana dan gadis itu pun mengetikkan balasan. “Ya cari lo lah, yakali mau bakar rumah lo!”
“Hm, kita ketemuan di café domino sekarang gimana?”
“Boleh.”
Setelah mendapat balasan dari Nana, Keysia segera bergegas untuk mengganti pakaiannya, tidak lupa ia menyimpan gelas yang berisikan jus jeruk serta camilan yang dibawannya itu kedapur.
Selang beberapa menit, Keysia terlihat sudah siap dengan balutan hodie hitam yang memiliki lengan sebatas siku serta celana baggy pants kotak-kotak hitam putih dengan sneakers hitam dan tas yang senada dengan pakaian yang dikenakannya.
Keysia berjalan menuju keluar rumahnya, namun saat diambang pintu gadis itu teringat akan suaminya yang membuatnya harus menghentikan langkahnya. “Apa aku dikasih ijin sam Mas Devan untuk keluar?” Keysia bermonolog dalam hati.
Kini dia sudah bukan lagi Keysia yang dulu, yang kemana-mana bebas tanpa harus meminta ijin kepada siapapun termasuk ayahnya. Keysia kini sudah berstatus menjadi Nyonya Aderland yang dimana kebebasannya kini sudah hilang terenggut oleh aturan serta batasan.
Keysia mengigit bibir bawahnya mengingat dirinya tidak mempunayi nomor telvon suaminya. “Astaga, istri macam apa aku ini, nomor suami sendiri saja tidak punya,” Gumamnya seraya memberikan pukulan kecil pada kepalanya.
Gawai Keysia yang disimpan didalam tasnya tiba-tiba bersuara membuat gadis itu terpaksa harus mengambilnya. Nama Nana menghiasi layar ponselnya hingga membuat Keysia harus segera menerima panggilan dari sahabatnya itu.
“Key, lo dimana? Gue sudah sampai!” Serunya.
“Iya-iya, bersabarlah sebentar Nona Nana, aku akan segera kesana!” Balas Keysia.
“Jangan lama-lama atau kau akan ku tinggal?!” Acam gadis disebrang telfon itu.
“Tinggal saja, bukannya kau yang ingin bertemu dengan ku?” Keysia menjawab dengan satai.
“Hufftt, baiklah-baiklah, Nona. Segeralah sampai disini, Aku menunggumu!” Ujar Nana yang kemudian langsung memutuskan sambungan telfonnya.
Keysia menatap layar ponselnya yang kini masih menyala, lantas ia buru-buru mematikannya kemudian melanjutkan langkahnya untuk segera menyusul Nana. Tidak lupa gadis itu mengunci pintu rumahnya.
Dengan tergesa-gesa Keysia menapaki halaman rumah suaminya yang luas itu, gadis itu tidak ingin membuat sahabtnya menunggu untuk waktu yang lebih lama lagi.
“Nona,” Suara berat yang mengintrupsi Keysia itu membuat gadis itu seketika menghentikan langkahnya.
“Nona mau kemana?” Tanya laki-laki ber seragamkan satpam yang kini sudah berdiri dihadapan Keysia.
“Paman, aku ingin pergi menemui temanku sebentar, apakah boleh?” Ujar Keysia meminta ijin.
“tentu saja, tapi apakah Nona tida ingin membawa mobil? Biar saya siapkan.”
“Tidak perlu, Paman. Key akan menggunkan taxi saja,” Tolak Keysia dengan penuh kelembutan.
“Apakah anda yakin?” Laki-laki bertubuh kekar itu mencoba memastikan.
“Iya,” Keysia mengangguk seraya tersenyum.
“Baiklah, kalau begitu Key berangkat dulu,” Imbuhnya. Keysia segera bergegas pergi namun baru beberapa langkah gadis itu kembali menghentikan langkahnya dan kembali memutar badannya menatap Satpam yang dikenal dengan nama Sam itu.
“Paman Sam, apakah paman punya kontak Mas Devan?” Tanyanya.
“Tentu saja punya, Nona.”
“Bolehkan aku meminjam ponsel paman sebentar saja untuk menghubungi Mas Devan?”
“Tentu saja, jangan sungkan!” Paman Sam segera meraih ponsel miliknya yang disimpan disaku seragam kerjanya lantas memberikan kepada Keysia, dan gadis itu pun langsung menrimnya kemudian mencari kontak Devan dan menghubunginya.
********
Devan terlihat sedang bergandengan mesra dengan Anna, laki-laki itu kini sedang menemani kekasihnya yang sedang memilih baju yang Anna inginkan.
“Devan, menurutmu ini bagus tidak?” Anna menunjuk sebuah gaun yang terpajang dihadapannya.
“Bagus,” Jawab Devan.
“Apakah cocok jika aku yang mengenakannya?” Ujarnya meminta saran.
“Apapun yang kamu kenakan pasti akan teteap cantik, sayang!” Jawab Devan gemas seraya memberikan kecupan sayang dipelipis Anna.
Drrtttt…. Drrrrtttt….
Devan melepaskan diri dari Anna saat bunyi nyaring yang berasal dari saku jassnya itu mengganggu momen mesranya dengan kekasih tercinta.
“Sebentar,” Ujar Devan. Tangannya tergerak untuk merogoh saku jassnya dan mengambil ponselnya. Ditatapnya benda berbentuk pipih itu, nama paman Sam terlihat menghiasi layar ponselnya yang menyala membuat Devan mnegeryitkan dahinya kemudian segera menerimanya.
“Hallo, Mas Devan?” Ujar Keysia ketika panggilan sudah terhubung.
“Siapa sayang?” Tanya Anna dengan suara yang masih mampu terdengar jelas di indra pedengaran Keysia.
Deg,
“Sayang?” Gumam Keysia dalam hati. Lantas gadis itu langsung meremas tangannya yang kini tersimpan didepan dada.
“Jadi Mas Devan sedang sama kekasihnya,” Pikir Keysia. Gadis itu merasakan nyeri didadanya hingga membuat suara yang hendak ia keluarkan kini kembali tertelan.
“Aku terima telfon dulu,” Setelah sepersekian detik terdiam, Devan akhirnya membuka suara membuat hati Keysia semakin tersayat kuat.
Devan segera berlalu menjauh dari jangkauan Anna kemudian kembali membuka suara. “Keysia,” Serunya. Namun tidak ada balasan dari sebrang membuat Devan kembali menyebutkan nama istrinya.
“Keysia!” Kini suara baritone milik Devan berhasil menyentak telinganya.
“Iya, Mas?” Keysia membalas dengan cepat.
“Ada apa kamu menelfonku?” Tanya Devan.
“Maaf kalau sudah mengganggu waktu Mas Devan, aku hanya ingin meminta ijin untuk bertemu dengan teman ku,” Terang Keysia. Kegetiran kini menyerang dirinya. Sesak bercampur sakit juga cemburu kini Keysia rasakan.
"Kenapa aku haru merasakan ini semua, bukankah pernikahn ini tidak berlandaskan rasa cinta?!" Keysia mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri. menguasai diri dari api cemburu yang seperti sedang membakar hati.
“Dimana?” Tanya Devan.
“Café Domino.”
“Pergilah!”
“Boleh?”
“Hm, jangan lupa pulang sebelum petang!” Ujar Devan yang kemudian langsung memutus sambungan telfonnya sepihak.
Keysia menatap layar ponsel yang masih menyala itu kemudian segera memberikannya kepada pemiliknya. “Paman, terima kasih,” Ujarnya dengan seulas senyum yang dipaksakan.
“Iya, sama-sama, Nona,” Paman Sam menerima ponselnya kemudian kembali menyimpannya.
“Baiklah paman, Key pergi dulu,” Pamitnya kemudian segera berlalu meninggalkan rumah mewah milik suaminya.
*
*
*
Hallo hallo semua, terimakasih untuk yang sudah mampir jangan lupa jejaknya :)
“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu, rumah tangga Keysia dan Devan masih sama hambar seperti saat dulu hari pertama. Setiap harinya mereka melalui hari-harinya dengan perdebatan-berdebatan kecil yang sebenarnya itu bukanlah sepatutnya diperdebatkan. Seperti sekarang ini, Keysia sedang membantu Devan memakaikan dasinya.Dengan balutan dress rumahan, Keysia nampak sudah cantik. Kini, ia sedang memperhatikan penampilannya didepan cermin yang ada dihadapannya hingga suara pintu yang terbuka membuat Keysia mengalihkan atensinya.“Kau sudah selesai?” tanyanya pada suaminya— Devan yang terlihat baru saja keluar dari ruang ganti dengan balutan setelah jas yang membungkus tubuh kekarnya.”Ya, bantu aku untuk memakai dasi!” pintanya seraya mengulurkan sebuah kain panjang yang memiliki warna senada dengan jas ya
Keysia nampak sedang berdiri didepan rak yang menyimpan begitu banyak keperluan dapur. Jari-jemari lentiknya menyusuri masing-masing botol nutella yang ada dihadapannya kemudian mengambil salah satu dan menyimpannya kedalam keranjang belanjaannya.“Sepertinya sudah semua,” Gumam Keysia seraya mengecek bahan belanjaanya yang sudah disimpan didalam keranjang.Setelah benar-benar memastikan tidak ada yang kurang, lantas Keysia s
Makan malam sudah berakhir lima belas menit yang lalu, Keysia nampak sedang merapikan tempat tidurnya sedangkan Devan sibuk di ruang kerjanya.Dering ponsel yang terdengar begitu nyaring itu menyita atensi Keysia untuk mengintip siapa yang menelfonnya. Keysia mempercepat aktivitanya kemudian bergegas menerima telfon dari Nana.“Ada apa?” Tanya Keysa. Kakinya melangkah menuju sofa yang berada disudut kamarnya kemudian mendaratkan tubuhnya.
Devan menutup perlahan pintu kamarnya, laki-laki itu mendapati Keysia yang tengah duduk berselonjoran diatas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang berada digenggamannya. Keysia nampak begitu fokus dengan buku yang kini sedang dibacanya hingga kedatangan Devan pun tak membuat ia mengalihkan atensinya.Devan mendudukkan dirinya disebelah Keysia dengan posisi yang sama, berselonjoran. Tangannya terulur untuk meraih ponsel yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya kemudian memainkannya.
Keysia segera memalingkan wajahnya saat sedikit lagi Devan hendak mencapai bibir merah muda milik Keysia membuat laki-laki itu lagi-lagi gagal untuk mendapatkan bibir yang sudah lama ia damba.“Ekhem, aku akan tidur terlebih dahulu, kau makan saja buah itu!” Keysia segera merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sebatas dada. Keysia merubah posisinya menjadi miring kemudian segera memejamkan matanya meskipun rasa kantuknya kini telah sirna.Sedangkan Devan, ia kemudian membenarkan posisinya, meletakkan kembali garpu yang dipegangnya dan disimpannya piring tersebut diatas nakas sebelahnya. Televisi yang masih menyala itupun segera ia matikan.Lantas, Devan beranjak dari tempat tidurnya dan belalu menuju ke tempat kerja yang berada disebelah kamarnya. Devan langsung mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan kedua kakinya yang disimpan diatas meja, tubuhnya yang menyandar sepenunya, mata terpejam serta salah satu tangan yang diletakkan diatas peipisnya.I
“Nona,” Sapa laki-laki itu membuat Keysia menoleh ke sumber suara.“Kita bertemu lagi,” Ujar laki-laki itu dengan seulas senyum manis diwajah tampannya.Keysia nampak mengerutkan dahinya mencoba mengingat siapa laki-laki yang mengajaknya berbicara hingga akhirnya, “Anda yang waktu itu menolong saya kan?”
Devan nampak selesai dari acara membersihkan dirinya. Tubuhnya yang hanya dibalut oleh handuk berwarna putih sebatas pinggang terlihat keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih sangat basah. Sangat tampan bagi siapapun yang memandang. Tubuhnya begitu atletis.“Mana baju ganti ku?” Tanya Devan. Ia mendekati Keysia yang sedang asik membaca bukunya.Lantaran Keysia menoleh kearah Devan yang masih bertelanjang dada, sontak Keysia segera memalingkan wajahnya. “Apa kau sengaja tidak memakai b
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.“Aku berangkat dulu,&rdqu
Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menyambutnya ceria. Seperti biasa, Keysia terlebih dahulu terbangun dari suaminya. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka korden kamarnya membiarkan sinar matahari menerangi kamarnya.Keysia merenggangkan tubuhnya saat matanya mendapati pemandangan pagi dari kamarnya. Setelahnya, Keysia menuju Devan untuk membangunkan suaminya itu.Keysia menyentuh pipi Devan sontak membuat Keysia membelalakkan matanya. “Astaga, Dev bangun,” seru Keysia saat merasakan tubuh Devan yang sangat panas.“Dev!” Keysia menepuk perlahan pipi Devan sampai pada akhirnya laki-laki itu mulai mengerjabkan matanya hingga terbuka.“Minum dulu,” Keysia memberikan air putih yang baru saja diambilnya dari nakas dan membantu suaminya itu untuk minum.“Kamu demam, kita ke rumah sakit ya,” ujar Keysia namun Devan menggelengkan kepalanya.“Tapi suhu badan kamu panas
Hujan terdengar begitu lebat diseratai dengan angin hingga menggerakkan korden kamar Keysia yang masih terbuka sepenuhnya. “Apa disana juga hujan selebat ini?” pikir Keysia. Lantaran ia segera turun dari tempat duduknya dan segera menutup pintu kaca penghubung antara kamar dan balkon kamarnya.Sejenak, Keysia menatap keluar, memperhatikan dengan seksama air hujan yang jatuh membasahi tanah. “Semoga Devan baik-baik saja,” gumam Keysia sebelum akhirnya ia menutup pintu juga tirai kamarnya.Keysia kembali mendudukkan dirinya diatas ranjang, tangannya tergerak untuk meraih ponselnya yang diletakkan diatas kasur, waktu kini sudah menunjukkan pukul 23.53 WIB. “Seharusnya Devan sudah hampir sampai,” gumam Keysia.***********“Hujannya lebat sekali,” umpat Devan kesal karena percikan air hujan membuat ia tidak bisa melihat dengan jelas jalanan depan sehingga membuat ia harus mengurangi kecepa
Keysia mendaratkan tubuhnya pada kursi kebesarannya. Pikirannya kini terlempar pada Reyhan yang melamarnya tapi ternyata dirinya telah mempunyai seorang kekasih.“Bagaimana mungkin dia bisa melamar perempuan lain untuk menjadi istrinya kalau dia sendiri mempunyai seorang kekasih?” gumam Keysia.“Itulah manusia, yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Kenapa para pria itu sangat suka meyakiti hati para wanita? Apakah mereka tidak memikirkan ibunya?” tambahnya.Drtttt…..drttttt….drttttt…..Suara getaran yang berasal dari ponsel Keysia kini membuat gadis itu lantaran mengalihkan atensinya pada benda pipih yang kini tergeletak diatas mej. Nama Devan kini memenuhi laray ponselnya membuat Keysia sontak mengulas senyum manisnya, “Dev, akhirnya dia menghubungi juga,” ujar Keysia seraya mengambil ponselnya dan segera menerima panggilan dari suaminya.“Hallo,” ujar Devan disebrang
Siang harinya, benar apa yang dikatakan oleh Nana. Reyhan berserta staf kantornya kini tiba diresto dan café milik Keysia yang sekarang akrab dengan nama panggilan Key Resto and Café. Para pelayan kini nampak disibukkan untuk mengantarkan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan sebelumnya.Suasana kini nampak begitu canggung pada salah satu meja yang dimana meja tersebut nampak sedang diduduki oleh Keysia, Reyhan dan juga Nana.“Kalian kenapa diam-diam saja? Ayo makan makanannya nanti keburu dingin,” Nana yang sudah tidak tahan dengan atmosfer dingin yang menyelimuti tepat duduknya lantaran membuka suara.“Iya,” ujar Keysia yang lantas menikmati makan siang miliknya, pun dengan Reyhan. Ketiganya kini sama-sama menikmati makanan yang ada dihadapannya tanpa mengucapkan sepatah kata hingga pada kahirnya Reyhan memutuskan untuk membuka suara.“Menunya oke juga,” ujarnya.“Tentu saj
Dentingan jarum jam kini menemani malam sepasang suami istri yang terlihat tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain dibalik balutan selimut tebal yang membungkus tubuh keduanya.Dengan lembut, Devan mengusap wajah Keysia seraya berkata, “Tidurlah, ini sudah hampir pagi.”“Apa besok kamu akan pergi lama?” tanya Keysia.“Hanya sehari saja, mungkin malam aku sudah sampai rumah,” ujar Devan.“Hm, baiklah,” balas Keysia.“Sudah, sekarang tidurlah,” Devan mengusap puncak kepala Keysia lantas mendaratkan sebuah ciuman pada puncak kepala istrinya.“Iya,” Keyisa lantas mencari posisi ternyaman, menelusupkan wajahnya dibalik dada bidang milik Devan lantaran memejamkan matanya. Melihat hal itu, sontak Devan pun lantas ikut memejamkan matanya.************Mentari kini telah kembali menyinari bumi, kicauan burung pun mengalun indah namu
“Hai sayang, akhirnya kamu sampai juga,” ujar Anna yang menyambut kedatangan Devan.Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dress berwarna merah. Sepertinya Anna sengaja mengenakan pakaian yang memiliki warna mencolok itu untuk menarik perhatian lebih dari Devan. Apalagi, kini Anna mengenkan pakaian yang bisa dikatakan cukup kurang bahan.“Duduklah, aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu, semoga kamu suka,” ujar Anna seraya mengambilkan makanan untuk Devan yang kini sudah mendudukkan dirinya pada kursi yang baru saja ditariknya.“Sepertinya ini enak, kamu benar-benar memasaknya sendiri?” tanya Devan.“Iya, demi kamu aku belajar memasak ini semua sampai tanganku pun menjadi korban pisau,” adunya seraya meletakkan piring yang sudah berisikan naik beserta lauk pauk dihadapan Devan.“Kenapa kau tidak berhati-hati, kemarikan tanganmu biar aku bantu mengobati,” Devan mengulurkan tangannya menc
“Ibu Meira, kita tidak bisa seperti ini terus menerus, saham diperusahaan kita semakin hari semakin menurun sejak wafatnya tuan Arya, kalau seperti ini terus menerus maka kita lama-lama akan bangkrut,” ujar salah seorang laki-laki dengan setelan jas kantornya.“Itu benar, dan perusahan pak Reyhan tidak mungkin terus menerus menyokong perusahan kita,” timpal salah seorang dewan direksi yang satunya lagi.“Satu-satunya solusi adalah dengan cara kita mencari investor baru untuk perusahaan kita ini,” salah satu dari dewan direksi itupun menyahut kembali.“Sekarang ini, hanya ada Aderland Crop yang bisa menolong kita, tetapi aku dengar sangat susah untuk bisa bekerjasama dengan perusahaan tersebut,” ujar Dewan Direksi yang pertama membuka suara.“Selain Aderland Crop, Arman Crop juga merupakan salah satu perusahaan terbesar dieropa kini sedang mencoba untuk memasuki pasaran di Indonesia, bagaiamana kalau ki