Share

Maka matilah!.

"Coba saja jika berani tidak datang, kamu pasti mati kali ini."

Di sela rasa lemas dan pusing kepala, Anggara masih sempat membuat rencana singkat untuk mempersulit Angel.

Pria tersebut mengurungkan niatnya untuk menghubungi Handoko, dan telah menemukan titik fokus baru, untuk menyiksa wanita tersebut.

"Kita lihat, siapa yang akan sial tujuh turunan." Gumamnya pelan untuk diri sendiri.

Selang waktu kurang lebih 15 menitan, bel pintu apartemen Anggara berbunyi.

Dengan tubuh yang sedikit di paksakan, Anggara bangun dari ranjang dan berjalan keluar kamar dengan sedikit gontai.

Sebenarnya, ada rencana untuk membiarkan sosok tamu di biarkan menunggu.

Akan tetapi, entah mengapa begitu bel pintu bernyanyi, tubuhnya secara reflek bergerak dan bangkit dari ranjang.

Anggara membenci reflek ini. Bahkan jika itu sang ayah yang datang, biasanya pria tersebut tidak seantusias sekarang, untuk segera membukakan pintu.

Terlebih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status