Share

Oh Baby (INDONESIA)
Oh Baby (INDONESIA)
Author: Little Zee

BAB 1

Author: Little Zee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Vote sebelum membaca 😘

.

.

Waktu adalah pencuri. Itulah kalimat yang selama ini Sophia percayai. Waktu mencuri segalanya, termasuk orang yang ia cintai dan sayangi. Waktu itu penjahat, tapi mengapa semua orang membutuhkan penjahat itu.

Siapa pun akan melakukan segalanya demi memiliki waktu yang banyak bersama orang yang kita sayang. Namun apalah daya, dia hanya seorang remaja yang belum sepenuhnya siap melawan kerasnya dunia. Tak seperti dulu, kini ia harus bekerja banting tulang demi mengulur waktu agar bisa bersama orang yang ia sayangi.

Dulu apa pun yang ia inginkan pasti akan selalu terpenuhi, sebelum kejadian itu merengut nyawa kedua orang tuanya. Sebelum waktu merampas kebahagiaanya dan Tuhan memberinya jalan pahit. Waktu yang bersalah dan Tuhan tidak adil.

"Berhentilah menghabiskan uangmu untukku Sophia, waktu nenek takkan lama," ujar seorang wanita tua renta yang terbaring lemah dengan selang infus yang menempel ditangan dan hidungnya. Wanita tua itu mengelus tangan cucunya dengan sayang sambil tersenyum kecil.

Sophia menggelengkan kepalanya tidak setuju, matanya berkaca-kaca saat neneknya memulai percakapan ini. Dengan sekuat tenaga ia menahan air mata yang akan tumpah.

"Kau lebih penting dari segalanya Nek!" ucap Sophia sedikit membentak.

"Bukankah kau ingin kuliah?"

Sophia terdiam mendengar perkataan neneknya, munafik jika ia bilang tidak ingin. Masuk Universitas adalah salah satu mimpi indah yang dimilikinya. Namun waktu dan Tuhan seakan berencana tidak memberinya izin.

Sophia menggeleng kepalanya pelan, ia tak tahu harus menjawab apa, Martina menghembuskan napasnya berat melihat cucunya yang rela bekerja siang malam demi mengobati penyakit yang dideritanya. Jika Tuhan memberinya pilihan maka ia rela mati agar cucunya bahagia.

TOK

TOK

"Maaf mengganggu, bisa ikut saya, Nona Sophia?" tanya seorang suster di ambang pintu.

Sophia melihat ke belakang lalu mengangguk lemah, ia mencium kening Martina sebelum pergi mengikuti suster yang memiliki perawakan gemuk dan kulit sawo matang. Keduanya berjalan melewati lorong rumah sakit, hati Sophia tak karuan saat ia tahu ke mana suster itu membawanya.

"Silakan ...." Suster itu membukakan pintu berwarna cokelat setelah mempersilahkan Sophia masuk.

Sophia melangkahkan kakinya pelan, matanya menangkap seorang pria berkacamata yang mengisyaratkannya untuk duduk. Detak jantungnya seakan tidak beraturan, bukan karena jatuh cinta melainkan karena kalimat yang keluar dari bibir dokter itu selalu membahagiakan atau menyakiti perasaanya.

"Penyakit nenekmu semakin parah Sophie." Sophia menghela napas dan menundukan kepalanya. Dokter Allarick memperlihatkan hasil rontgen kepada Sophia.

"Kanker hati yang bersarang di tubuh nenekmu sudah memasuki stadium lanjutan. Pada stadium atau tahapan ke tiga ini, sel kanker yang terdiri dari satu sel atau lebih, muncul pada bagian lobus hati dengan ukuran yang lebih besar dari 2 cm. Pada stadium tiga, kemungkinan kanker dapat menginfeksi kelenjar getah bening yang berada berdekatan dengan hati. Selain itu, pembuluh darah yang berada di sekitar hati memiliki potensi untuk terpengaruh sel kanker. Kita harus segera melakukan tindakan lebih lanjut Sophie."

dr. Allarick memberikan penjelasan secara detail agar Sophia paham. Tapi gadis itu malah mengigit jari tangan kanannya dan berkecamuk dengan pemikirannya sendiri. Perkataan Allarick terngiang ditelinganya.

"Pilihan apa yang aku miliki?" Sophia bertanya dengan suara pelan.

"Yang pertama adalah ablasi frekuensi radio, yaitu penggunaan sebuah perangkat listrik yang khusus digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di organ hati. Kedua adalah operasi reseksi, yaitu proses pengangkatan bagian-bagian tertentu dari organ hati yang terinfeksi. Yang ketiga adalah transplantasi hati, yaitu mengganti organ hati penderita dengan organ hati dari pendonor."

Sophia masih diam dan menunduk enggan menatap Allarick. Matanya terpejam sesaat meresapi perkataan dokter itu.

"Kita tidak memiliki banyak waktu, Sophie," lanjut Allarick.

"A ... aku akan secepatnya mencari uang dokter."

***

"Sophia kau terlambat! Cepat lari!" teriak seorang pria berkumis sambil menunjuk Sophia yang sedang berlari. Matanya menatap tajam tidak suka saat pegawainya terlambat bekerja.

Gadis yang sedang berlari itu mengelap keringat yang menetes di dahinya dan melewati pria berkumis yang tak lain adalah bossnya. Sophia segera masuk kedalam dapur dan memakai celemek miliknya. Ia mencuci tangannya dan memulai membuat adonan kue dengan cepat, di depan sana sudah banyak pelanggan yang mengantri menunggu kue andalan buatan Sophia.

Dulu sewaktu kecil Sophia mempunyai rutinitas membuat kue dan roti setiap akhir pekan bersama ibunya. Sehingga kemampuan itu mampu ia manfaatkan untuk bekerja di sebuah toko kue dan roti sekarang ini. Gajinya memang tidak terlalu banyak, namun itu dapat membantu penghasilannya. Resep kue milik ibunya, Sophia pakai di sini dan itu sangat disukai banyak orang.

Rumah dan properti milik keluarga Sophia disita oleh bank, bukan hanya meninggalkan Sophia seorang diri. Orang tua Sophia juga meninggalkan hutang yang sangat besar yang harus ia lunasi. Ayahnya memang meminjam uang ke mana-mana saat perusahaannya di ambang kebangkrutan.

Tuhan berkata lain, saat orang tua Sophia akan pergi ke Seattle untuk bertemu para investor, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan sehingga mendarat di laut dan itu menyebabkan orang tuanya tewas. Sophia tidak pernah membenci orang tuanya yang meninggalkan hutang, ia menyayangi orang tuanya. Selalu. Namun kebenciannya tumbuh pada Tuhan sejak saat itu.

"Kau dari mana saja?" tanya Aurin teman Sophia yang satu pekerjaan dengannya.

"Menjenguk nenekku," jawab Sophia tidak menghentikan pekerjaannya mencampur adonan kue

"Kau tahu Tuan Headen hampir saja meledakan kepalaku." Aurin mengerucutkan bibirnya kesal sembari mencampur kacang kenari ke dalam adonan.

"Maaf," ucap Sophia sambil membawa kue yang siap dipanggang ke dalam oven

"Sepertinya aku harus mengelola tempatku sendiri."

"Dan membiarkan pak kumis itu bangkrut." Aurin menambahkan kalimat yang keluar dari mulut Sophia.

"Hahahaahaha!!" keduanya larut dalam tawa mereka masing masing.

"Bekerja kalian berdua!!" Sophia dan Aurin menghentikan tawa mereka dan kembali bekerja seolah tak terjadi apa-apa begitu Tuan Headen membentak keduanya.

Aurin adalah teman baik Sophia. Mereka berdua saling mengenal saat bekerja bersama di toko roti 'Magician Bride and cookies' sejak lima bulan yang lalu. Aurin lebih tua lima tahun dari Sophia, tapi itu tidak membuat Sophia canggung karena ia adalah orang yang mudah bergaul.

"Ayo kita shooping Sophie." Kaki Aurin berjingkrak-jingkrak dengan tangannya mengibas-ngibaskan amplop berwarna cokelat.

"Berhenti melakukan hal konyol." Jaden memukul kepala Aurin dengan amplop cokelat miliknya. Aurin berdecak sebal, ia pergi dari toko roti setelah memeluk Sophia. Kebiasaan Aurin saat gajian selalu shooping.

"Kau mau kuantar pulang Sophie?" tawar Jaden. Selain Aurin, Jaden juga teman satu pekerjaannya.

"Tidak perlu Jaden, aku harus ke suatu tempat."

"Baiklah sampai jumpa Sophie." Jaden mengedipkan matanya menggoda, Sophia tertawa geli melihat hal itu.

Matahari mulai menenggelamkan dirinya dan digantikan dengan bulan yang masih nampak malu-malu di balik awan. Sophia memasuki mini market kecil di dekat tempat tinggalnya.

"Seperti biasa?" tanya kasir di sana saat Sophia menyodorkan barang belanjaannya.

"Ya, telur dan mie instant."

"Mie tidak baik untukmu Sophie, jangan terlalu sering," ucap Kelly sambil membungkus barang belanjaan Sophia.

"Akan kucoba Kelly." Sophia tersenyum kecil, ia keluar dari mini market itu dan berjalan menuju tempat ia melepas lelahnya.

Sophia memasuki apartemen kecil miliknya. Walaupun kecil tapi di dalamnya sangatlah nyaman bagi Sophia. Harga sewanya tidak terlalu mahal dan lingkungannya cukup baik bagi kesehatan.

Gadis itu menyeduh mie instant dan memakannya dengan nasi yang ia masak tadi pagi. Setelah makan, Sophia membersihkan dirinya dan bersiap-siap pergi bekerja lagi malam ini.

TOK ! TOK ! TOK !

Suara ketukan pintu berkali-kali sangat menganggu Sophia yang sedang menyisir rambutnya. Dengan malas, ia membukakan pintu dan terkejut mengetahui siapa yang mengetuk pintunya. Tiga orang pria dengan wajah yang menyeramkan.

"Mana uangnya?!" tanya seorang pria bertubuh besar dengan kalung rantai di lehernya.

"Ini belum waktunya," ucap Sophia mencegah mereka masuk dengan merentangkan kedua tangannya.

"Kau ingin aku menghancurkan apartemen-mu lagi hah?!" teriak pria lain. Sophia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mau.

"Kumohon beri aku waktu satu minggu." Sophia memohon kepada tiga orang pria yang ada di hadapannya.

Ketiga pria itu tak mendengarkan ucapan Sophia dan menerobos begitu saja ke dalam apartemen lalu mengobrak-abrik semuanya untuk mencari uang. Sophia berusaha menghentikan mereka namun dirinya malah terpental ke belakang akibat dorongan dari salah satu pria bertubuh besar.

"Hentikan!" perintah seseorang yang membuat ke tiga orang gila itu menghentikan kegiatan mengacak-acak apartemen Sophia. Ketiga pria itu membungkuk hormat pada seorang pria berjas yang memakai kacamata hitam.

"Dengar Sophia, kau tidak akan kesulitan jika menerima tawaranku waktu itu." Gunner berjongkok dan memegang dagu Sophia dengan satu tangannya. Tangannya yang lain membuka kacamata hitamnya. Sophia membuang wajahnya mencoba lepas dari cengkraman pria itu.

"Aku tidak akan pernah sudi menjadi wanitamu. Cuh!" tak di sangka-sangka Sophia meludahi pria yang ada dihadapannya. Gunner tersenyum kesal dan mendorong Sophia hingga ia kembali tertunduk di lantai.

"Gadis bodoh! aku mencoba menolongmu dari kesengsaraan ini." Gunner mengusap dahinya yang terkena ludah Sophia.

"Lanjutkan pekerjaan kalian!" perintah Gunner pada bawahannya.

Gunner keluar dari apartemen milik Sophia, meninggalkan seorang gadis yang menangis akibat ulah bawahannya. Dengan tangan gementar Sophia mengambil amplop cokelat yang tadi Tuan Headen berikan kepada para pria itu. Setelah mendapatkan uang, mereka keluar dan meninggalkan Sophia yang sedang menangis.

'Apa yang harus kulakukan ? Bagaimana nenek?' pikiran Sophia sibuk bermonolog sementara matanya sibuk mengeluarkan buliran air mata.

Sophia menyeka air matanya dan mengambil ponsel miliknya yang berbunyi.

'Hallo Sophia kau dimana?' tanya orang di seberang telepon.

"Aku masih di apartemenku, Amel."

'Apa kau gila? Cepat kemari sebelum kau dipecat!' Amel memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Sophia menghapus air matanya kasar dan segera bergegas menuju tempatnya bekerja. Tanpa hari tanpa bekerja, itu berlaku pada kehidupan Sophia.

***

"Mengapa kau lama sekali?" tanya Amel kesal begitu mereka sedang istirahat dari pekerjaan yang sibuk di hotel sejak tadi.

Sophia bekerja di hotel dengan sif malam, karena sif malam lebih besar gajinya daripada saat pagi atau siang hari. Uang yang Sophia kejar, bukan kenyamanan bekerja.

"Tidak apa apa," jawab Sophia membenarkan pakaian miliknya. Amel memegang kedua bahu Sophia dan membolak-balik tubuh sahabatnya itu.

"Mereka melakukannya lagi?" tanya Amel tak percaya. Sophia menatap wajah Amel sebelum mengangguk lemah.

Amel langsung memeluk Sophia berharap sahabatnya ini memiliki kekuatan untuk menghadapinya. Sering kali Amel melihat keadaan Sophia seperti ini, berwajah kusut dan beberapa luka kecil yang ia dapatkan. Amel tahu Sophia bukan gadis ceroboh, ini karena pria yang mencintai Sophia malah menyakitinya.

Pernah Amel hendak memberikan uang miliknya untuk membantu Sophia, namun ditolak oleh Sophia dengan alasan ia tidak ingin merepotkan.

"Sophia antarkan wine ke kamar no.1 VVIP!" perintah seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu.

Sophia melepaskan pelukan Amel dan tersenyum padanya memberi tanda ia baik-baik saja. Sophia mengambil wine yang sudah disediakan oleh Tuan Hale di atas sebuah baki kaca yang mewah dan membawanya ke tempat tujuannya.

'Kamar no.1 VVIP ? Pasti ia orang penting', batin Sophia, sebelumnya memang jarang orang yang menempati no.1 VVIP. Itu adalah kamar spesial yang tidak digunakan sembarangan orang. Bahkan seorang direktur perusahaan asing.

Sophia memasuki lift dan menekan angka 74, lantai paling tinggi. Sophia mengetuk pintu kamar begitu sampai di sana, namun tidak ada jawaban sama sekali. Beberapa kali ia terus mengetuknya namun masih tetap tidak ada jawaban. Lama-lama Sophia kesal juga dengan orang yang ada di dalam sana. Saat ia memegang pintu, ternyata pintu kamarnya tidak dikunci. Sophia masuk ke dalam sambil celingak-celinguk karena lampunya padam.

'Kenapa lampunya padam sih?' batinnya kesal. Sophia memperhatikan langkahnya karena takut tersandung sesuatu.

"Permisi, hallooo?" Sophia mulai memanggil penghuni kamar.

Wine yang dibawanya disimpan di atas meja yang ada di dekat jendela. Di meja itu terlihat dua botol wine yang sudah kosong. Sophia mengedarkan pandangannya mencari penghuni kamar. Beberapa kali bibir kecil itu memanggil sang penghuni, namun tetap tidak ada jawaban sama sekali.

Sophia tersentak ketika sepasang tangan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Tangan Sophia sekuat tenaga melepaskan tangan itu dan berbalik melihat, seorang pria tampan dengan mata biru safir yang sangat indah. Baju pria itu kusut dan berantakan. Pandangannya berkabut akibat mabuk.

Karena takut terjadi apa apa, Sophia sedikit mendorong pria itu dan berjalan cepat menuju pintu. Namun baru juga beberapa langkah, tangan itu mencekal Sophia dan menghempaskan pelan tubuh Sophia ke dinding ruangan.

"Aku merindukanmu, sayang." pria itu bergumam tak jelas namun masih bisa didengar.

Sophia mencoba mendorong dadanya namun pria itu malah semakin memojokannya ke dinding hingga deru napas pria itu dapat Sophia rasakan. Kedua tangan yang awalnya berontak dipaksa diam oleh tangan yang memiliki tenaga lebih.

"K....kau salah orang Tuan.. kau mabuk," ucap Sophia ketakutan. Ia memejamkan matanya saat pria itu tersenyum miring kepadanya. Air mata Sophia terus saja turun tanpa keinginan.

"Lihat aku!" pria itu membentak, Sophia membuka matanya perlahan dan menatap mata pria itu.

Tanpa aba-aba pria itu mencium bibir Sophia kasar. Sophia menginjak kaki pria itu hingga ia mengaduh kesakitan, kesempatan itu tak Sophia sia-siakan. Ia lari dari tempat itu, namun lagi-lagi Sophia tertangkap. Pria itu menggendong Sophia di punggungnya dan menjatuhkan Sophia di atas ranjang. Sophia berteriak meminta pertolongan berharap seseorang mampu mendengarnya.

"Lepaskan aku sialan! tolonggggg!!" jerit Sophia ketakutan.

"Tidak perlu berteriak sayang, ruangan ini kedap suara." pria itu membuka dasinya dan mengikat tangan Sophia di atas ranjang. Sophia menangis sejadi-jadinya.

"Kumohon jangan, Tuan." mata Sophia menatap sendu pria yang menguasai tubuhnya. Matanya berkabut dan telinganya tuli tidak mendengar permohonan Sophia.

"Kau milikku, Sara." racau pria gila itu.

Malam itu menjadi malam yang tidak akan pernah Sophia lupakan. Di mana hal ini jauh lebih menyakitkan saat kedua orang tuanya meninggal, Sophia gagal menjadi seorang perempuan baik-baik. Kini ia hanya penggalan puzzle yang tidak akan pernah dilihat dunia.

---

Ig : @alzena2108

Related chapters

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 2

    Vote sebelum baca😘😘..Di saat matahari belum mengeluarkan sinarnya dan burung bahkan belum keluar dari sangkarnya, mata seorang perempuan sudah terbuka dengan tangan kekar yang setia memeluknya. Sophia menangis sepanjang malam dan sialnya pria itu seakan tuli tidak mendengar suara isak tangis Sophia. Ia sibuk dengan dunia mimpinya hingga menyebabkan suara dengkuran halus yang menyebabkan air mata Sophia saling berlomba kecepatan. Perlahan Sophia mengangkat tangan itu dan turun dari ranjang untuk memunguti pakaiannya yang berserakan.Sophia terdiam saat matanya menatap noda darah pada roknya dan sprai yang tadi ia tiduri. Tanpa berkedip, air mata Sophia terus saja jatuh tidak terima dengan apa yang telah terj

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 3

    Sophia bekerja di pet shop seperti biasanya. Sedikit demi sedikit kejadian tiga hari yang lalu ia lupakan, meskipun tidak sepenuhnya terlupakan tapi dengan menyibukan diri akan membantunya.Tempat Sophia bekerja bukan hanya menjual hewan, tapi juga mengobati hewan yang sakit. Dulu ayahnya sangat menyukai hewan sehingga Sophia tahu banyak tentang mengobati hewan."Selamat datang di.....," ucapan Sophia terhenti begitu melihat orang yang memasuki pet shop.Kakinya melangkah mundur dengan teratur ketika pria itu mendekat. Punggung Sophia terbentur pada rak di dinding, untung saja Sophia dan pria itu terpisah oleh meja."Apa aku menakutkan?" pria itu bertanya seakan tanpa dosa.'Tent

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 4

    4 Weeks agoSeorang pria mengerjapkan matanya begitu sinar matahari masuk melalui cerah gorden, ia memegangi kepalanya yang teramat pusing. Tubuhnya membeku, ia baru menyadari dirinya tidak memakai baju sama sekali.Pria itu mengecek keadaannya, noda darah terpampang jelas pada sprei putih. Ia mencoba mengingat -ingat apa yang sebenarnya terjadi. Kilasan demi kilasan peristiwa semalam berputar di otaknya. Dirinya datang ke hotel dan mabuk berat akibat perempuan itu. Semalam seorang pelayan datang ke kamarnya untuk memberikan wine yang ia minta dan terjadilah pergulatan panas. Edmund merutuki dirinya sendiri sambil mencoba berdiri.Kakinya menginjak sesuatu saat hendak pergi ke kamar mandi. Edmund mengambil ponsel itu dan mengeceknya. Kini ia tahu siapa wanita yang menj

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 5

    Sudah beberapa hari setelah malam itu, Sophia tidak lagi melihat pria yang memperkosanya. Dia berpikir pria itu hanya bermain kata, karena mana mungkin di zaman sekarang ada pria yang berani bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Ada sedikit ruang pada hati Sophia menginginkan pria itu benar-benar dengan ucapannya, mewujudkan ucapannya agar bayi dalam kandungannya lahir dengan status yang jelas. Sayangnya ruang itu mulai menyempit seiring berjalannya waktu. Nyatanya pria itu berbohong, dia sama sekali tidak datang. Seharusnya pria itu kembali dan meminta pengampunan Sophia atas apa yang dilakukannya.Lelah memikirkan pria yang tidak jelas itu, Sophia memilih pergi ke rumah sakit siang ini. Dr. Allarick bilang kalau dia ingin membicarakan sesuatu dengannya. Setiap kali dr.Allarick memanggilnya, hati Sophia tidak luput memanjatkan doa kepada Tuhan agar berita yang akan disampaikan D

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 6

    Kesepakatan itu dibuat tanpa adanya penandatanganan di atas kertas, hanya ucapan saja. Edmund menyetujui permintaan Sophia, tetapi dia meminta Sophia untuk berhenti bekerja di mana pun dengan alasan bayi yang ada dalam kandungan. Keduanya melewati perdebatan panjang dalam mobil mengenai hal itu hingga akhirnya Sophia tidak bisa melawan, dia mengangguk pasrah setelah telinganya panas mendengar perkataan Edmund.Pandangan Sophia terpaku ke luar jendela mobil, sementara Edmund fokus menyetir. Keduanya dalam perjalanan menuju rumah orangtua Edmund. Sebenarnya ada rasa takut pada diri Sophia. Dia takut akalu kedua orangtua Edmund menolak dirinya sebagai menantu dalam keluarga D'allesandro.Beberapa jam dalam mobil mereka lewati dengan keheningan hingga akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah mansion. Sophia tersadar dari lamun

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 7

    Sophia mengejapkan mata begitu sinar matahari masuk melalui celah gorden, menelusup hingga mengenai wajahnya. Perlahan, mata Sophia terbuka, dia bingung di mana dirinya berada. Sedetik kemudian, Sophia mengingat apa yang terjadi. Dia berada di apartemen Edmund karena semalam pria itu memaksanya.Dengan tubuh yang terasa lemah, Sophia duduk di ranjang dan melihat sekeliling kamar hingga matanya berakhir di meja rias. Keningnya berkerut mengingat di mana dia tidur semalam. Mata Sophia beralih pada tempatnya duduk, ranjang yang sangat empuk menjadi tempatnya tidur. Akan tetapi, dia segera melupakan keanehan itu saat mulutnya menguap lebar.Tangan Sophia menggaruk kepala bagian belakang kemudian menoleh ke atas nakas, tepatnya pada sebuah jam. Matanya memelotot saat melihat angka pada jam. Ini adalah angka paling parah dari sekian kalinya S

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 8

    "Astaga, aku lupa menanyakan kode apartemennya." Sophia mendengus kesal begitu sampai di pintu apartemen.Tangan Sophia terus menerus menekan angka yang salah, semakin lama rasa marahnya semakin bertambah. Sebelumnya Sophia sudah menekan bel berulang-ulang, tapi tidak ada jawaban dari dalam.Tiba-tiba saja seseorang memegang tangan Sophia yang sedang menekan kode kemudian tubuh seseorang itu mengurung tubuh kecil Sophia dari belakang. Tangan itu menekan kode dengan benar hingga membuat Sophia penasaran siapakah orang itu. Sophia membalikan badannya untuk mengetahui siapa orang itu dengan bahu kanan yang bersandar pada pintu. Mata Sophia langsung bertatapan dengan mata biru safir milik Edmund.Beberapa saat, Sophia terpana dengan mata Edmund, menikmatinya dengan punggung bersandar pada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 9

    Sophia menggeliat dari tidur saat sinar matahari menerpa matanya, dia merasa gerakannya terbatas. Saat membuka mata, ternyata ada tangan tengah memeluknya erat dari belakang. Sophia menguap, berniat melanjutkan kembali tidurnya. Sedetik kemudian dia membulatkan mata, menarik tangan yang melingkari pinggang kemudian membalikkan badan. Tubuh Sophia tersentak kaget saat wajah Edmund berada tepat di hadapannya dengan mata yang terpejam.Sesaat Sophia menahan napas kemudian tatapannya beralih ke bagian bawah tubuh. Matanya menangkap tubuh Edmund yang bertelanjang dada. Selimut yang seharusnya menutupi tubuh itu telah tersingkap, sementara tubuh Sophia masih terlilit selimut hangat yang tebal. Perempuan itu menelan ludah kasar saat melihat perut datar Edmund yang di penuhi otot, setelahnya wajah Sophia memperlihatkan ekspresi heran karena Edmund bertelanjang dada.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 52

    Setelah beberapa hari akhirnya mata pria itu bergerak seakan memberitahu semua orang bahwa dia akan segera membuka mata sepenuhnya. Menyadari gerakan itu, seorang wanita langsung mendekati brankar dan duduk di sampingnya. Hingga mata safir itu terbuka sepenuhnya, dia menatap heran wanita yang berada di sampingnya.Wanita itu hanya tersenyum, Rose membiarkan pikiran Edmund mencari tahu dengan apa yang terjadi. Tatapan mata safir itu setiap detik melakukan perubahan tatapan. Hingga dia benar-benar menyadari apa yang terjadi.Edmund segera duduk dan mencoba pergi dari sana. "Tenanglah, Ed, kau baru siuman setelah 2 hari," ucap Rose membantu Edmund untuk tidur kembali, tapi Edmund menolaknya. "Aku akan panggilkan dokter.""Tidak, cukup bantu aku berdiri.""Apa yang membuatmu jadi selemah ini, Edmund? Kau seharusnya senang.""Senang? Apa maksud, Mommy? Aku harus senang saat Sophia dan.. dan bayi kami meninggal?" Edmund berucap semakin rendah sa

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 51

    EDMUND POVTubuhku bergetar hebat saat melihat kembali layar monitor, walaupun aku sudah berulang-ulang melihatnya, tapi rasa sesak terus saja menusuk jantungku, membuat nafasku tidak beraturan dan terasa sangat sesak. Di sana, di layar itu, wanitaku sedang merangkak sambil menangis. Lututnya berdarah dan bibirnya terkatup rapat. Dia memeluk lututnya sendiri, menangis dalam diam karena aku.Aku menghianatinya, aku mengakuinya. Walaupun aku tidak sampai menyetubuhi wanita itu, tapi aku tetap mengingkari janjiku. Aku mencium wanita lain, aku menyentuh wanita lain dan aku membuat wanita lain mendesah. Memang, malam itu saat aku akan mengecek kepindahan Sara, wanita itu memberikanku minuman yang membuatku kepanasan.Aku tahu minuman apa itu saat sudah merasakan efeknya, aku membuka pakaianku dan tanpa sadar mendorong Sara supaya memasuki kamar. Itu terjadi begitu saja, saat Sara sudah memposisikan di atasku, pikiranku terus saja memperlihatkan Sophia y

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 50

    Malam itu, Sophia tidak datang makan malam, dia membuat seorang pria bermata abu menunggunya. Awalnya Gunner kira Sophia malas datang ke mansionnya karena ini hujan deras, yang Gunner tahu Sophia suka sekali bergemul di bawah selimut saat hujan deras. Namun, ketika seseorang memberitahukan padanya bahwa Sophia enggan keluar dari kamarnya dan memakan makan malamnya, pria itu segera melangkah menuju tempat Sophia berada. Rasa khawatir memenuhi benak Gunner saat itu, dia bertanya-tanya apakah yang membuat Sophoa sedih."Apa dia masih di kamarnya?"Wanita yang Gunner tugaskan untuk menjaga Sophia itu mengangguk. "Ya, Tuan.""Apa yang sebenarnya terjadi?""Saya tidak tahu, Tuan, ketika Nona pulang matanya sudah sembab."Kening Gunner berkerut. "Bawakan makan malam untuknya.""Su.. sudah, Tuan, Nona Sophia tidak memakannya.""Ambilkan yang baru!"Wanita itu mengangguk takut lalu melangkah menuju dapur. Gunner berjalan menaik

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 49

    Rasa gugup menyelimuti Jamie yang sedang duduk di hadapan Sophia, mereka berdua akan makan siang bersama. Dan saat ini mereka sedang menunggu Gunner yang masih bicara dengan anak buahnya. Sophia hanya diam mengaduk-adukan saladnya, Jamie menatap Sophia lekat karena takut wanita itu bicara pada pamannya. Sering kali Jamie mendapatkan masalah karena dia bermulut besar dan Gunner selalu menghukumnya dengan sadis. Bukan sadis fisik, tapi sadis materi.Gunner akan berhenti memberinya uang atau memblokir kartu kreditnya, bukannya orang tua Jamie tidak peduli dengannya, tapi mereka berdua telah meninggal dan kini dia ditanggung oleh pamannya Gunner."Sophia, aku minta maaf."Sophia menegakan kepalanya menatap Jamie. "Untuk apa?""Yang tadi, apa kau lupa?"Dia menggeleng. "Tidak apa, lagi pula itu memang fakta.""Tapi, Sophia, ak-""Berapa umurmu?" Sophia memotong perkataan Jamie, pria itu mengerutkan keningnya."Umm, 17 tahun."

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 48

    Sophia masih mengingat keputusannya beberapa hari yang lalu, di mana dia menandatangani surat perceraian itu. Dia tidak menyukainya, tidak ada seorang pun yang menyukai perpisahan. Namun, jika ini yang terbaik, maka Sophia akan melakukannya. Sesungguhnya, dalam lubuk hatinya dia tidak ingin melakukan itu, berpisah dengan Edmund dan membesarkan anaknya tanpa bantuan suami membuat Sophia ketakutan. Bukan takut karena kerepotan, tapi dia takut suatu saat anaknya akan menanyakan sosok ayah. Apalagi dulu Sophia punya teman yang menjadi pecandu narkoba karena kekurangan kasih sayang, padahal setahunya ibu dari temannya itu sangatlah baik.Dia mencari jalan yang terbaik, tapi jalan kali ini menunjukan bahwa Sophia lebih baik tanpa Edmund. Sekuat apapun Sophia, dia juga seorang manusia yang memiliki hati, wanita yang lemah dan tak berdaya, memiliki sejuta kekurangan dan kesialan. Kesialannya adalah, hingga detik ini dia masih mencintai Edmund. Berharap setiap detik cintanya berkurang

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 47

    Lagi-lagi suara gelak tawa terdengar di apartemen seorang pria yang sedang bicara dengan temannya, mereka memegangi perut mereka karena kelelahan tertawa. Bahkan Allarick mengeluarkan beberapa tetes air mata lelah tertawa."Hahhaha, sudah, ya ampun. Aku benar-benar ingat bagaimana wajahmu saat masuk kedalam got," ucap Allarick kemudian tertawa lagi.Gunner yang merasa Allarick keterlaluan menertawakan dirinya segera menendang kaki temannya itu hingga dia berhenti tertawa dan menatap tajam Gunner. Tatapan tajam Allarick tidak bertahan lama saat wajah Gunner memperlihatkan ekspresi dinginnya, dia berdehem menetralkan tenggorokannya yang sakit sebab tertawa. Allarick membenarkan duduknya dan berusaha menahan tawa, bos mafia itu sudah hampir meledak."Jadi, kapan kau ke Las Vegas?" Allarick menyeruput tehnya."Minggu depan mungkin, ada hal yang harus aku urus.""Lalu bagaimana denganku?" Allarick menunjuk dirinya sendiri dengan khawatir."Memang

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 46

    Sophia masih menatap pintu kamarnya, menunggu seseorang yang seharusnya sekarang sudah memeluknya hingga terlelap. Namun, nyatanya tidak begitu, Edmund belum kembali setelah mengantarkan Sara ke rumah sakit. Tidak ada seorang istri yang rela melihat suaminya bersama wanita lain, itu alasan Sophia tidak ikut Edmund ke rumah sakit.Percakapan tadi sore masih teringat dikepala Sophia, tentang bagaimana Sara.FLASHBACK"Jadi dia terkena kanker otak?"Allarick mengangguk."Dia terkena kanker otak stadium lanjut saat akan menikah, saat itu dia memutuskan untuk pergi keluar negeri untuk penyembuhannya," jelas Allarick membuat kedua wanita yang ada di sana mengerutkan keningnya heran.Kini mereka berempat sedang duduk sambil memakan kue pengantin, beberapa tamu sudah kembali ke rumah mereka. Memang, pernikahan ini tidak begitu mewah, Aurin yang memintanya. Dia hanya ingin pengucapan janji lalu makan bersama di halam belakang gereja

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 45

    Menangis memang tidak menyelesaikan masalah, tapi jika menangis bisa mengangkat beban pikirannya. Maka Allarick akan membiarkan wanita yang dia lihat di pojok kamar menangis sepuasnya. Wanita itu tidak pernah berhenti menangis, jika matanya terpejam, air matanya tetap setia mengalir mencurahkan bagaimana isi hatinya saat ini.Allarick hanya bisa menatap dari balik pintu kaca bagaimana tersiksanya wanita itu. Tidak pernah mendengar perkataan orang lain semenjak dia mendengar kabar menyakitkan bahwa Jaden meninggal. Tidak ada yang bisa menghentikan itu, bahkan dokter ahli seperti Allarick. Otak Jaden lumpuh, tidak harapan hidup semenjak dia memasuki rumah sakit.Allarick menghela nafasnya pelan lalu membuka pintu kamar itu dan mendekati Aurin dengan nampan berisi makanan yang dia bawa. Allarick menyimpan nampan itu di meja dan mendekati Aurin yang berjongkok di pojok kamar dengan wajahnya yang ditenggelamkan di antara lututnya. Dia ikut berjongkok dan mengusap pelan ramb

  • Oh Baby (INDONESIA)   BAB 44

    Seorang pria mengetuk pintu kamar hotel beberapa kali hingga akhirnya pintu itu terbuka. Wanita yang menempati kamar itu terkejut melihat siapa yang datang, dia menyampingkan tubuhnya membiarkan pria itu masuk. Sara menelan ludahnya kasar melihat Edmund yang memebelakanginya sambil melipat tangan di dadanya.Sara mendekat sambil menelan ludahnya, ini pertama kalinya mereka bertemu setelah sekian lama. Terlihat jelas sorot mata ketakutan pada wanita itu, banyak sekali yang dia siapkan untuk menjelaskan semuanya pada Edmund.Ketika pria itu membalikan badan, matanya langsung bertatapan dengan mata yang sangat dia rindukan selama ini. Sedetik kemudian Edmund membuang tatapannya, dia tidak boleh terjatuh pada lubang yang sama, dia tidak boleh membiarkan hatinya tunduk kembali pada Sara. Setelah sekian lama Edmund mencoba melupakan dan mencoba memasukan Sophoa ke dalam hatinya, kini dia tidak boleh membiarkan usaha itu sia-sia."Katakan apa yang ingin kau katakan."

DMCA.com Protection Status