Brakk!"Lho masih jam segini kok udah pulang, Ja?"Sesampainya ia di dalam rumah, ia segera disambut pertanyaan oleh sang ibu. Pikirannya yang memang sedang kacau terlihat dari kemeja yang ia kenakan kusut tak beraturan.Karena emosinya belum stabil, ia berlalu begitu saja tak menjawab pertanyaan ibunya. Hal itu tentu membuat Helena tersinggung."Kenapa kau ini malah mengabaikan ibumu sendiri!"Langkah Raja terhenti kemudian berbalik. "Maaf, Bu, Raja sedang tidak ingin diganggu," jawab Raja sekenanya.Padahal jika dilihat dari raut wajahnya, Helena semestinya paham jika anaknya itu sedang tak ingin diganggu. Tapi wanita itu tetap tak peduli dan mengganggu ketenangan Raja."Dasar pasti karena pengaruh istrimu itu kau jadi kurang ajar seperti ini," celetuknya tanpa pikir panjang.Ucapan serampangan Helena itu sukses membuat amarah Raja menggebu. Ia tak mengerti mengapa ibunya begitu tak suka dengan Veda. Padahal istrinya itu telah merawatnya dengan telaten kala ia mengalami stroke beber
—Agustus 2010Sebuah boneka karakter wanita yang dikepang segera dipeluk erat oleh gadis pakaian pink. Wajahnya begitu sumringah sesekali menatap boneka barunya itu."Nirmala, apa yang kau lakukan. Ayo turun, Nak. Ayahmu mau berangkat kerja," pinta Rina membuka pintu mobil untuk meminta anaknya turun.Sayangnya gadis kecil itu pura-pura tak mendengar. "Ayo ibu kita sesekali ikut ayah kerja. Mala pingin jalan-jalan bareng Teresa."Kening Rina mengkerut. "Teresa?"Nirmal kecil segera menunjukkan boneka barunya itu. "Namanya Teresa, Ibu. Mainan baru ini aku namain Teresa," celotehnya memperkenalkan sosok 'keluarga' barunya.Rina tersenyum lebar melihat anaknya yang begitu bahagia mendapatkan boneka baru. Meskipun ia membelinya di toko loak, tapi Nirmala begitu menyukainya. Setelah 10 tahun akhirnya anaknya bisa memiliki sebuah boneka."Udahlah, Bu. Nggak papa kita jalan-jalan sebentar keliling daerah sini aja dulu yuk."Sesosok pria berambut cepak segera mendekat. Rina membalikkan badan
"Jadi maksudnya tadi Baladewa sendiri yang menghubungi Nirmala?"Bhaskara mengangguk cepat. "Entah sepertinya Paman Rajendra sengaja membantu dari atas sana, tapi aku bersyukur banget, Yah. Andai saja Nirmala tidak melemparkan ponselnya pasti telepon itu tidak akan bisa aku dengar. Lebih parahnya jika yang mengangkatnya adalah Nirmala, bisa saja ia langsung terpengaruh," jelasnya dengan penuh antusias. "Woaaa ini benar-benar mukjizat!" serunya dengan kekaguman yang semakin membara.Sementara Surya terlihat terhenyak sejenak. "Jangan gembira dulu, Bhaskara. Justru bagian tersulitnya baru saja kita mulai," interupsi sang ayah membuat Bhaskara mengerucutkan bibir. "Entah bagaimana caranya, kita harus mendapatkan bukti yang kongkrit," lanjutnya menjelaskan fakta secara gamblang."Kalau dari CCTV, Yah?" celetuk Bhaskara mulai ikut berfikir.Surya menggeleng ragu. "CCTV saat itu tidak terlalu jelas mengingat teknologi belum sepesat sekarang."Benar juga, kejadian itu telah terjadi 14 tahun
Pagi itu tak seperti biasanya sinar mentari malu-malu memancarkan sinarnya. Udara yang berhembus pun lebih dingin dari biasanya. Meski begitu tak menyurutkan rencana Awal Bhaskara."Kamu mau berangkat sekarang?" Bhaskara yang tadinya tengah sibuk mengenakan sepatu, teralihkan. "Oh iya, Ma. Takut Ganesha keburu berangkat sekolah," jawab pria itu bangkit menghentak-hentakkan sepatunya.Tangan Vani saling bertaut gelisah.Bhaskara yang hendak beranjak pun menyadarinya."Ada apa, Ma? Kalau mau ada yang diomongin, bilang aja.""Mama boleh ikut? Mama ingin ikut hadir di samping mereka saat seperti ini," kata Vani melirih.Bhaskara membuang napasnya pelan. Hal itu membuat Vani berpikir macam-macam karena takut mengganggu. Sspertinya Bhaskara menilai belum saatnya ia ikut campur.Namun di luar dugaan, Bhaskara menyunggingkan cengiran. "Tentu aja boleh, Ma. Aku kurang ngerti cara nenangin orang, mama pasti bisa menangani Nirmala nanti," jawab anak lelakinya tersenyum meyakinkan.***"Eh Kak
Seorang pria berlari tunggang langgang memasuki rumahnya. Ia tak memedulikan kopernya yang tertinggal di halaman rumah."AYAH!! AYAH!!" Belum juga semenit masuk, ia sudah membuat keributan di rumahnya. Bak berada di hutan pedalaman, ia berteriak kencang mencari sosok ayahnya ke segala arah."Astaga, Bhaskara kau ini kenapa?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kamu ini baru pulang bukannya ngasih salam malah teriak-teriak kayak dihutan," sambungnya menatap sang anak sengit.Sang anak yang mendengar ayahnya berujar demikian hanya menyengir tak merasa bersalah. "Maaf, Yah," ucapnya diselingi ringisan. "Habisnya Bhaskara udah nggak sabar. Jadi gimana hasilnya, Yah?" tanya Bhaskara dengan mendesak.Surya berjalan melewati Bhaskara menuju meja makan dan mengambil segelas air putih. "Sudah keluar surat penahanan dan esok hari akan langsung diadakan persidangan," jawab Surya menjelaskan.Bhaskara segera membuang napas lega. "Syukurlah. Maaf ya yah Bhaskara
Blugh!Pintu mobil segera ditutup dengan kencang. Kemudian Bhaskara berlari memasuki kursi kemudinya. Ia langsung memasang seatbelt, tapi bukannya segera menjalankan mobilnya, ia justru menoleh kepada Nirmala yang terduduk tenang di sampingnya."Mala ... kau sunggung hebat!" serunya menatap Nirmala takjub. "Aku tak menyangka kau bisa menjatuhkannya begitu keras. Aku kagum padamu, Nirmala," lanjutnya diiringi tepukan tangan apresiasi.Nirmala tersenyum simpul. "Kukira aku tidak akan tega, tapi ternyata aku bisa melakukannya." Pandangannya beredar liar menatap kafe yang tadi ia masuki. "Ternyata selega ini bisa melampiaskan segala emosi yang selama ini aku pendam," sambungnya tersenyum lega.Bhaskara yang melihat raut menggemaskan wanita di sebelahnya bergerak mengacak rambutnya. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Terima kasih sudah bertahan," gumam pria tersebut tersenyum penuh arti."Hey! Kau membuat rambutku berantakan lagi, Bhaskara!" seru Nirmala merajuk karena rambutnya yang semul
Selepas telepon ditutup, wajah Nirmala menjadi rumit. Berbagai pertanyaan segera berkeliaran dalam kepalanya. "Siapa?" tanya Bhaskara telah berdiri di samping nirmala sembari sesekali menyerot es kelapa muda yang ada di tangannya. Nirmala melirik sejenak Bhaskara kemudian pemikiran cemerlang terlintas. Secara mendadak wanita itu menarik kuat lengan Bhaskara. Pria di sampingnya tentu terkejut apalagi tengah menyedot air menyegarkan dalam kelapa itu. Bahkan ia sampai terbatuk batuk akibat gerakan tiba-tiba yang menyasarnya. "Ada apa wey? Kau hampir membuatku mati konyol tertusuk sedotan!" protes Bhaskara seketika berteriak tak terima. Meski begitu Nirmala tak peduli, ia terus saja menarik lengan Bhaskara menuju parkiran sepeda motor. Sedangkan Bhaskara yang tak diindahkan hanya bisa pasrah menuruti kemanapun langkah Nirmala membawanya. Dan ketika sampai ditempat terparkirnya motor sport Bhaskara, barulah ia melepas tarikan tangannya. "Ayo kita ke Rajya Corp. Baru aja Pak Ge
Sepanjang keluar dari ruang rapat, Bhaskara tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Ia terus berjalan tak memedulikan sosok Nirmala yang senantiasa mengikutinya.Nirmala yang membuntuti sesekali menatap Bhaskara dengan berdecih kecil. Setelah Nirmala mengucapkan perkataan konyol dalam rapat tadi, Bhaskara terus saja terdiam. Bhaskara tak mampu membantah apalagi melihat respon para pemegang saham yang justru terlihat mempertimbangkan.Tibalah mereka di lantai dasar di mana lobi berada. Bhaskara masih belum sadar dan mengucapkan sepatah kalimat. Hal itu membuat Nirmala mengacak rambutnya frustrasi. Ia menjadi malu sendiri melihat respon Bhaskara yang terlihat menolaknya mentah-mentah."Argh! Gimana aku harus menghadapinya sekarang?" gumamnya mengacak rambut. "Mulut sialan!" umpatnya kecil menabok mulutnya sendiri.Tanpa disadari Bhaskara menghentikan langkahnya, Nirmala yang sibuk mengomeli dirinya sendiri tentu tak tahu jika pria di depannya berhenti dan ...Dugh!"ASTAGA?!" pekik Nir