Seorang pria berlari tunggang langgang memasuki rumahnya. Ia tak memedulikan kopernya yang tertinggal di halaman rumah."AYAH!! AYAH!!" Belum juga semenit masuk, ia sudah membuat keributan di rumahnya. Bak berada di hutan pedalaman, ia berteriak kencang mencari sosok ayahnya ke segala arah."Astaga, Bhaskara kau ini kenapa?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Kamu ini baru pulang bukannya ngasih salam malah teriak-teriak kayak dihutan," sambungnya menatap sang anak sengit.Sang anak yang mendengar ayahnya berujar demikian hanya menyengir tak merasa bersalah. "Maaf, Yah," ucapnya diselingi ringisan. "Habisnya Bhaskara udah nggak sabar. Jadi gimana hasilnya, Yah?" tanya Bhaskara dengan mendesak.Surya berjalan melewati Bhaskara menuju meja makan dan mengambil segelas air putih. "Sudah keluar surat penahanan dan esok hari akan langsung diadakan persidangan," jawab Surya menjelaskan.Bhaskara segera membuang napas lega. "Syukurlah. Maaf ya yah Bhaskara
Blugh!Pintu mobil segera ditutup dengan kencang. Kemudian Bhaskara berlari memasuki kursi kemudinya. Ia langsung memasang seatbelt, tapi bukannya segera menjalankan mobilnya, ia justru menoleh kepada Nirmala yang terduduk tenang di sampingnya."Mala ... kau sunggung hebat!" serunya menatap Nirmala takjub. "Aku tak menyangka kau bisa menjatuhkannya begitu keras. Aku kagum padamu, Nirmala," lanjutnya diiringi tepukan tangan apresiasi.Nirmala tersenyum simpul. "Kukira aku tidak akan tega, tapi ternyata aku bisa melakukannya." Pandangannya beredar liar menatap kafe yang tadi ia masuki. "Ternyata selega ini bisa melampiaskan segala emosi yang selama ini aku pendam," sambungnya tersenyum lega.Bhaskara yang melihat raut menggemaskan wanita di sebelahnya bergerak mengacak rambutnya. "Kau sudah melakukan yang terbaik. Terima kasih sudah bertahan," gumam pria tersebut tersenyum penuh arti."Hey! Kau membuat rambutku berantakan lagi, Bhaskara!" seru Nirmala merajuk karena rambutnya yang semul
Selepas telepon ditutup, wajah Nirmala menjadi rumit. Berbagai pertanyaan segera berkeliaran dalam kepalanya. "Siapa?" tanya Bhaskara telah berdiri di samping nirmala sembari sesekali menyerot es kelapa muda yang ada di tangannya. Nirmala melirik sejenak Bhaskara kemudian pemikiran cemerlang terlintas. Secara mendadak wanita itu menarik kuat lengan Bhaskara. Pria di sampingnya tentu terkejut apalagi tengah menyedot air menyegarkan dalam kelapa itu. Bahkan ia sampai terbatuk batuk akibat gerakan tiba-tiba yang menyasarnya. "Ada apa wey? Kau hampir membuatku mati konyol tertusuk sedotan!" protes Bhaskara seketika berteriak tak terima. Meski begitu Nirmala tak peduli, ia terus saja menarik lengan Bhaskara menuju parkiran sepeda motor. Sedangkan Bhaskara yang tak diindahkan hanya bisa pasrah menuruti kemanapun langkah Nirmala membawanya. Dan ketika sampai ditempat terparkirnya motor sport Bhaskara, barulah ia melepas tarikan tangannya. "Ayo kita ke Rajya Corp. Baru aja Pak Ge
Sepanjang keluar dari ruang rapat, Bhaskara tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Ia terus berjalan tak memedulikan sosok Nirmala yang senantiasa mengikutinya.Nirmala yang membuntuti sesekali menatap Bhaskara dengan berdecih kecil. Setelah Nirmala mengucapkan perkataan konyol dalam rapat tadi, Bhaskara terus saja terdiam. Bhaskara tak mampu membantah apalagi melihat respon para pemegang saham yang justru terlihat mempertimbangkan.Tibalah mereka di lantai dasar di mana lobi berada. Bhaskara masih belum sadar dan mengucapkan sepatah kalimat. Hal itu membuat Nirmala mengacak rambutnya frustrasi. Ia menjadi malu sendiri melihat respon Bhaskara yang terlihat menolaknya mentah-mentah."Argh! Gimana aku harus menghadapinya sekarang?" gumamnya mengacak rambut. "Mulut sialan!" umpatnya kecil menabok mulutnya sendiri.Tanpa disadari Bhaskara menghentikan langkahnya, Nirmala yang sibuk mengomeli dirinya sendiri tentu tak tahu jika pria di depannya berhenti dan ...Dugh!"ASTAGA?!" pekik Nir
Suara lantai berderit terdengar ketika roda bankar menyusuri lorong rumah sakit. Bankar berisi seorang wanita paruh baya yang tak sadarkan diri itu dilarikan celat ke UGD."Mohon maaf, Mas, bisa tunggu di sini saja," tegur seorang perawat yang hendak menutup pintu UGD.Wajah pria penuh kekhawatiran itu akhirnya berhenti pasrah menatap nanar ruangan gawat darurat yang perlahan tertutup. Saat ia tengah kalut dalam kekhawatiran, tangannya menghangat merasakan seseorang menyentuhnya."Duduklah, tenang aja Tante Veda akan baik-baik saja," ucap wanita di belakangnya menatapnya lembut.Baladewa memandang jajaran kursi tunggu di seberang tempatnya berdiri. Ia akhirnya menghela napas kemudian terduduk lemas."Ini semua gara-gara Nirmala," gumam pria itu mengepalkan tangannya kuat-kuat.Mendengar sesuatu yang menarik, Viola yang tadinya duduk berjarak kini mendekat. Menyadari sosok lain disebelahnya, Baladewa menoleh."Terima kasih, Viola. Tanpa kau sepertinya bunda tak akan bisa dibawa ke rum
Surya bergegas bangkit dari duduknya. Hal itu tentu mengundang kekhawatiran Bhaskara."Ayah, aku tak akan menerimanya jadi ... "Sorot tajam seketika diterimanya. Sang ayah menatap lamat anaknya yang ikut berdiri dengan takut. Surya memandang penuh perhitungan. "Ayah akan bicara dengan Nirmala," putusnya mencoba menggali lebih lanjut maksud Nirmala itu.Bhaskara terbelalak, ia segera menahan lengan ayahnya berniat mencegah. "Tunggu ayah, aku sudah menolaknya jadi ayah nggak perlu terlibat lebih jauh. Bhaskara bisa mengatasinya kok," sergah Bhaskara ketar-ketir."Kau tidak berpacaran dengannya, kan?!"Lelaki berkepala dua itu menelan ludahnya susah payah. "Ng—nggak loh, Yah. Di antara kami nggak ada hubungan apa-apa."Ayahnya sepertinya salah paham. Ia pikir antara anaknya dengan anak mantan atasannya menjalin hubungan. Wajar saja karena ia sebenarnya dari jauh-jauh hari mengkhawatirkan hal itu terjadi."Kalau begitu jangan halangi ayah."Surya berlalu begitu saja menyisakan Bhaskara y
"Sedang mengisi rumah, ya? Berapa banyak sih uang yang kau peroleh dari merebut warisanku itu?"Deg.Suara itu kembali terdengar setelah sekian lama tak menusuk gendang telinganya. Dengan perlahan Nirmala meletakkan mejanya dan berbalik. Dan jantungnya seketika berdegup cepat melihat sosok Baladewa lagi dengan jarak sedekat ini.Pria berambut twoblock itu menarik salah satu sudut bibirnya membentuk kurva miring. "Apakah hidupmu setenang dan sebahagia itu setelah membuat keluargaku hancur, Nirmala?" Perkataan sindiran dari pria berlidah tajam itu membuat Nirmala terpaku. Ia tak dapat membantah apalagi membela diri.Langkah Baladewa maju mendekat hingga menyisakan beberapa senti saja wajah mereka dapat bersentuhan. "Apa kau pikir aku akan membiarkanmu bahagia, Nirmala?" ancamnya dengan suara rendah yang mampu membuat bulu kuduk Nirmala seketika berdiri.Nirmala beringsut mundur ketika gejala kecemasan kembali menyerangannya. Ganesha yang sedari tadi hanya memperhatikan sang kakak den
Sensasi pening seketika menyergap begitu pandangannya mulai terbuka. Intensitas cahaya yang begitu tinggi membuat Nirmala berkedip beberapa kali menyesuaikan."Engggg," lenguhnya merasakan nyeri bagian belakang tubuhnya. Matanya seketika terbelalak begitu mendapati langit-langit kamarnya. "Apa yang terjadi?" gumamnya kebingungan. Ia lupa kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu.Ia hendak bangkit, namun segera menyerah ketika kepalanya berdenyut hebat. "Ashhh," ringisnya memijat pelipisnya pelan. Saat sejenak menengkan diri, ia akhirnya teringat kejadian sebelum ia tersadar di kamarnya ini."Anes?!" pekiknya teringat adiknya itu sempat di dorong keras oleh mantan pacarnya hingga membentur tembok. Perasaannya khawatir tak karuan. Tanpa mengidahkan sensasi nyeri pada kepalanya, ia bergegas bangkit. Ia berjalan keluar kamar mencari keberadaan adiknya, sayangnya tak ada tanda-tanda keberadaan orang lain selain dirinya di rumah."ANES! KAU DIMANA, HEY?!" "NES ... ANES!" Sekali l