Sensasi pening seketika menyergap begitu pandangannya mulai terbuka. Intensitas cahaya yang begitu tinggi membuat Nirmala berkedip beberapa kali menyesuaikan."Engggg," lenguhnya merasakan nyeri bagian belakang tubuhnya. Matanya seketika terbelalak begitu mendapati langit-langit kamarnya. "Apa yang terjadi?" gumamnya kebingungan. Ia lupa kejadian yang menimpanya beberapa saat lalu.Ia hendak bangkit, namun segera menyerah ketika kepalanya berdenyut hebat. "Ashhh," ringisnya memijat pelipisnya pelan. Saat sejenak menengkan diri, ia akhirnya teringat kejadian sebelum ia tersadar di kamarnya ini."Anes?!" pekiknya teringat adiknya itu sempat di dorong keras oleh mantan pacarnya hingga membentur tembok. Perasaannya khawatir tak karuan. Tanpa mengidahkan sensasi nyeri pada kepalanya, ia bergegas bangkit. Ia berjalan keluar kamar mencari keberadaan adiknya, sayangnya tak ada tanda-tanda keberadaan orang lain selain dirinya di rumah."ANES! KAU DIMANA, HEY?!" "NES ... ANES!" Sekali l
"Dokter, anda tidak bercanda, kan?!" pekik Nirmala histeris. "Tolong adik saya, Dok. Jangan sampai adik saja lumpuh. Kumohon sembuhkan dia, aku akan membayar berapapun asalkan dokter bisa mengembalikkan kondisi adik saya."Nirmala lepas kendali, serangan paniknya kembali kambuh. Ia menarik-narik jas dokter itu memohon dengan teramat.Bhaskara yang menyadari kondisi Nirmala tidak stabil segera menangkap tubuh wanita itu dan menjauhkan dari sang dokter."Terima kasih, Dokter. Mohon maaf. Lakukan tindakan apa saja untuk Ganesha, saya akan mengurus administrasinya," ucap Bhaskara sempat dibuat kewalahan dengan Nirmala yang terus memberontak.Usai kepergian sang dokter, tubuh Nirmala melemas. Ia merosot dan segera dibopong oleh Bhaskara untuk didudukkan di kursi tunggu.Ia menatap prihatin Nirmala yang berwajah tak karuan. Meski kondisinya telah melemah, tangis wanita itu tak kunjung juga berhenti. "Nirmala, semua belum pasti. Masih ada kemungkinan Ganesha baik-baik saja," ujar Bhaskara m
Perkataan membutuhkan validasi yang diucapkan Nirmala seketika membuat Bhaskara membeku. Ia mendadak terdiam memperhatikan wanita di depannya yang semakin diperhatikan seperti ada yang tak biasa dari tingkahnya."Oh iya kata Om Surya kamu punya banyak kenalan cowok, ya?" Bhaskara terbelalak, pertanyaan itu sungguh tak masuk akal. Rasanya wanuia di depannya ini bukanlah Nirmala yang ia kenal. Bisa-bisanya ia yang tadinya bersedih seperti ditinggal mati oleh adiknya, kini malah membahas sosok lelaki lain?'Apa wanita ini sungguh gila?' pikir Bhaskara."Heh? Kamu Nirmala, kan?" tanya Bhaskara dengan hati-hati.Yang semula Nirmala nampak sendu dan tak bersemangat, tiba-tiba ia terkekeh geli. "Iya aku Nirmala lah yakali," timpalnya menanggapi Bhaskara dengan santai.Gerak gerik Nirmala di mata Bhaskara seperti ada yang salah."Terus kenapa kalau aku punya banyak kenalan cowok? Kamu mau minta dikenalin gitu terus mau kamu suruh jadi CEO Rajya Corp?" tanya Bhaskara tanpa sadar bersungut-sun
"Om Surya? Apa dia mencari Bhaskara?"Nirmala bangkit dari duduknya kemudian mengusap wajahnya yang telah penuh air mata. Ia juga berdeham menetralkan suaranya yang parau."Halo Om Surya?""Halo Nirmala apa kamu sedang senggang?" Pertanyaan Surya itu membuat Nirmala tertegun. Jika pria paruh baya itu bertanya seperti ini biasanya ada hal penting yang hendak dikatakan."Senggang, Om. Ada apa?" Sembari menunggu penjelasan Surya, Nirmala berjalan menjauhi ruangan ICU. "Tentang pernyataan kamu di rapat perusahaan, itu tidak benar, kan?" Langkah Nirmala seketika terhenti. Sejenak terhenyak mencerna pertanyaan itu. Bagaimana ayah dari Bhaskara itu tahu? Apakah Bhaskara yang menceritakannya? 'Arghhh jika seperti ini aku tidak memiliki muka untuk bertemu Om Surya dan Tante Vani lagi,' ucap Nirmala dalam benaknya."Halo, Nirmala?"Lamun wanita itu tergugah dan segera mengambil kesadarannya kembali."Iya, Om, itu tidak benar. Saya hanya asal menceletuk saja. Maaf jika hal tersebut menggang
Ceklek ...Pintu segera terbuka begitu seorang wanita mendorongnya. Ganesha yang tadinya memejamkan mata lekas membuka kembali."Kakak kok lama sih beli eskrimnya di mana? Di mars atau dimana?" tanya Ganesha dengan asal memberondong pertanyaan humor.Tanpa merespon ucapan konyol sang adik, Nirmala mengambil sebuah cangkir kemudian membuka bungkus eskrim yang telah mencair."Kak?" panggil Anes merasa aneh dengan gerak-gerik kakaknya. Padahal sebelum pergi kakaknya terlihat baik-baik saja bahkan sudah mampu melontarkan candaan.Beberapa saat sebelum memasuki ruangan Ganesha ..."Apa yang banci itu lakukan di sini?"Dengan penasaran tingkat tinggi, Nirmala nekat mendekat tapi ketika baru dua langkah maju, matanya membeliak. "Viola?" gumamnya lantas beringsut mundur kembali ketika menyadari Viola celingukan merasa diperhatikan.Bergerak cepat, Nirmala nekat melangkah lebih dekat dan bersembunyi di cekungan tembok yang berjarak lebih dekat dengan posisi mereka berbincang."Tunggu ... apa
---------"Halo, Surya, denger-denger putramu akan menikah dengan calon CEO baru Rajya Corp, ya?"Surya yang saat itu sibuk memasukkan beberapa berkas sengketa tanah melirik sekilas. "Siapa bilang? Bhaskara dan Nirmala itu sahabatan sejak kecil, tidak mungkin mereka menikah," jawabnya santai.Rekan kerja yang bertanya itu mengernyitkan keningnya. "Iya, kah? Aku dengar dari temanku yang juga pemegang saham di Rajya Corp katanya calon CEO mereka membuat pernyataan mengejutkan akan menikahi Bhaskara dan menjadikannya menjadi CEO mereka."Aktivitas Surya seketika terhenti. Ia tak mengerti ucapan kawannya yang bernama Jiman itu. "Kapan rapat itu terjadi?""Tadi siang. Aku baru saja diberitahu. Mungkin anakmu belum sempat memberitahumu."Kabar mencengangkan itu membuat Surya dilanda kegusaran seharian. Ia ingin cepat pulang dan menanyakan secara langsung kebenarannya. "Apa aku coba tanya lewat telpon? Tapi ... sepertinya mending bertanya secara langsung," gumamnya hapal betul dengan watak
"Ayah, tapi tidak benar seperti ini. Bagaimana jika nanti Nirmala bertemu pria berengsek? Bagimana jika nanti lelaki yang Nirmala pilih justru memanfaatkannya?" ucap Bhaskara justru merasa semakin khawatir dengan kondisi wanita itu. Surya berdecak kesal merasa sia-sia berbicara dan membujuk anaknya yang selalu keras kepala. Namun mau bagaimana pun dia harus melakukan hal ini sebelum terlambat."BHASKARA, PERNIKAHAN ITU BUKANLAH MAINAN!"Dari arah pintu, terlihat Vani yang ikut menyimak dari balik pintu. Ia khawatir jika anak dan suaminya justru berakhir saling cekcok dan baku hantam."Ayah, apa ayah sungguh berpikir menjodohkan Nirmala dengan pria asing itu lebih baik? Nirmala telah melewati semua hal berat, apa Ayah tidak khawatir jika ada yang memanfaatkannya?" sentak Bhaskara tanpa sadar telah ikut meninggikan suaranya.Surya menatap nanar anaknya yang tampak emosional. Ia menghela napas kemudian menjawab dengan nada suara lebih rendah. "Lalu apa bedanya dengan kamu yang rela meni
Seorang pria tengah termenung menatapi hamparan langit hitam. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya membuat hawa dingin seketika terasa pada sekujur tubuhnya. Tangan kanannya terangkat berusaha meraup bulan yang tengah menampakkan eksistensi keelokan bulat sempurnanya."Siapa sangka bulatan kecil seperti permen itu memiliki wujud jauh lebih besar dari jangkauanku," gumamnya sembari menutup bulatan bulan itu hingga tenggelam dalam telapak tangan besarnya itu."Dan siapa sangka bulan yang digambarkan menerangi gelapnya malam itu sebetulnya bukanlah sinarnya sendiri," lanjutnya menengadahkan kepalanya.------"Dunia memang penuh dengan penipu, kau jangan mudah percaya dengan orang asing, okey?" ucap seorang gadis kecil berkucir kuda mengulurkan tangannya pada seorang bocah laki-laki yang terduduk menangis.Bocah lelaki itu tak kunjung menyambut uluran tangan sang gadis hingga akhirnya gadis itu nekat menarik lengan bocah itu memaksa untuk berdiri."Jangan jadi cengeng nanti air di rumahmu c