Laura kembali terbangun, Arin yang melihatnya segera menghampirinya. "Hey, bagaimana keadaanmu?""Bu Arin.""Iya Ra?"Laura seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi lidahnya kelu. Dia tidak bisa mengatakan apapun hingga air matanya menetes. Arin segera memeluk Laura untuk menenangkan Laura. "Ada kami disini jangan takut, jangan memaksakan diri untuk bercerita sekarang," tutur Arin. Mila mengusap tangan Laura seakan mengata jika dia juga ada disini untuknya. Arin melepaskan pelukannya, dia lalu mengusap air mata Laura. "Lupakan kejadian buruk, kamu wanita hebat," sambung Arin. "Terimakasih karena telah menolong saya." Arin hanya tersenyum. Keadaan Laura kini semakin baik, meskipun dia menangis tetapi tidak histeris seperti tadi hingga berteriak. "Ra, mau makan?" tanya Mila yang dijawab gelengan kepala. "Nanti kalau mau makan bilang ya, aku hari ini mau menginap disini jadi kamu tidak sendirian.""Maaf merepotkan.""Tidak apa-apa, anak kecil memang harus dijaga," balas Mila membuat Ari
Clara berada di club malam dia sangat kesal dengan keluarganya sendiri yang selalu meremehkan dirinya. Suara bising di dalam club itu mengiringi Clara yang tengah menari. Pakaiannya yang seksi dengan belahan dada yang terpampang membuat para pria tergoda. Seorang pria mendekatinya, meskipun Clara sudah minum tapi dia masih cukup sadar untuk menepis tangan pria itu yang menyentuh pantatnya. "Aku hanya ingin berkenalan," bisik pria itu. "Aku tidak suka disentuh sembarangan!" tegas Clara yang pergi dari lantai dansa itu. Dia memilih duduk untuk kembali minum. Clara mengedarkan pandangannya dia melihat pria yang telah dia incar. Pria tinggi dengan mata coklat yang menawan itu membuat Clara jatuh hati. Clara pun mendekat ke arah pria itu, dia mencoba mencari perhatian. Pria itu baru datang bersama dengan dua pria lain, saat berada di depan pria itu Clara pura-pura tersandung. Sebuah tubuh kekar menangkap dirinya, Clara sudah tersenyum sebelum melihat wajah pria itu. Dia pelan-pelan men
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, matahari sudah terbit. Mila berdiri di depan wastafel, dia menatap wajahnya dari pantulan cermin. Terlihat kedua mata Mila yang menghitam karena semalam dia tidak bisa tidur. "Menyebalkan!" gerutu Mila. Rocky semalam tidak mengirim pesan apapun membuat Mila kesal hingga tidak bisa tidur. Mila membasuh wajahnya dia pun segera mandi. Karena akan ke cafe maka Mila memakai celana panjang berwarna hitam dengan inner hitam dan outer cream. "Sudah bangun Ra?" "Mau ke cafe ya Bu?""Iya nanti aku harus ke cafe tidak apa-apa kan aku tinggal?""Tidak apa-apa Bu, nanti malam Bu Mila juga tidak perlu menginap disini lagi. Aku baik-baik saja kok," tutur Laura. "Lihat nanti ya," ucap Mila. "Kamu makan lalu minum obat ya sebelum aku pergi," sambung Mila yang membuka tempat makan yang rumah sakit berikan. Laura menganggukan kepalanya, dia tidak mau semakin merepotkan orang lain. Mila kembali menyuapi Laura karena Laura yang kesulitan makan sendiri. Selesai makan
"Mas, hari ini aku akan keluar ya," ucap Arin yang sekarang masih bertelepon dengan suaminya. "Kemana Sayang? Dokter bilang kamu harus banyak istirahat loh.""Hotel.""Jangan sendirian, ajak Fani bersamamu dan langsung katakan pada Mas jika ada masalah disana," tutur Samuel. "Iya Mas, makasih ya."Arin memakai jeans panjang berwarna hitam dan kaos putih. Tak lupa Arin membawa tas yang warnanya senada dengan celananya. Arin keluar dari kamar, di depan kamarnya Fani telah menunggu dirinya. Mereka segera berangkat dengan Alec yang menyetir mobil. Arin ke hotel untuk menemui Luna, sampai di hotel Arin langsung ke ruangan khusus. Dia memakai masker dan topi dan berjalan memasuki ruangan yang hanya boleh di masuki orang-orang tertentu. Luna langsung menyambut Arin dengan baik dia mempersilahkan Arin untuk duduk. "Ini CCTV hotel yang Anda minta Nyonya," tutur Luna."Siapa nama gadis itu?""Namanya Puspa dia pegawai baru di hotel dan malam itu seperti yang terlihat Pusta baru akan pulang,
Mila naik angkutan umum menuju ke rumah sakit, dia ingin mengambil baju kotornya sekaligus ingin melihat keadaan Laura. Angkot berhenti di depan rumah sakit, Mila berjalan menuju ruangan tempat Laura di rawat. Dia segera masuk ke ruangan itu dan benar apa kata Rocky bahwa ada perawat di ruangan Laura. Mila tersenyum ke arah perawat itu, "Sudah makan Ra?" tanya Mila yang berjalan ke arah Laura. "Tari siang sudah.""Nanti mau makan apa, biar aku belikan.""Makan makanan dari rumah sakit saja nanti.""Beneran tidak mau makan yang lain, mumpung aku disini Laura.""Tidak ada yang aku inginkan sekarang Bu," jawab Laura. "Eh btw baju kotorku kemana? Perasaan aku letakan disini," gumam Mila. "Tadi bodyguard di depan membawanya katanya mau di laundry.""Hah? Aku tidak menyuruhnya.""Perintah Pak Rocky, Bu," jelas perawat yang bernama Nova itu.Mila menggaruk kepalanya yang tidak gatal dia nampak bingung mendengar penjelasan Nova itu. Dia lalu segera mengirim pesan kepada Rocky. [Apa Pak R
Arin menghampiri suaminya yang ada di ruang kerja dia berjalan ke arah Samuel dan duduk di depan Samuel. "Ada apa Sayang?" tanya Samuel yang menyingkirkan laptopnya agar tidak menghalangi mereka. Arin mengerucutkan bibirnya dia nampak bingung untuk mengatakan sesuatu. "Sayang kenapa?""Sebenarnya Mas sudah tahu ya kalau pelakunya Miko," ucap Arin yang membuat Samuel terkejut. "Kemarilah," panggil Samuel yang meminta Arin untuk mendekat ke arahnya. Arin bangkit dari duduknya dia berjalan ke arah Samuel, ketika Arin sampai di hadapan Samuel maka Samuel langsung menarik Arin untuk duduk di atas pangkuannya. "Kenapa Mas tidak mengatakannya padaku.""Darimana kamu mendapat informasi itu?""Jawab dulu pertanyaanku kenapa Mas tidak mengatakan padaku?""Mas tidak mau kamu stres Sayang, bukankah dokter menyarankan agar kamu tidak banyak pikiran. Jika kamu tahu ini semua berhubungan dengan keluarga biadab itu kamu pasti terus memikirkan itu hingga membuatmu stres," jelas Samuel yang menatap
Rocky kini berada tepat di depan Mila, jantung Mila berdetak dengan kencang. Semakin dekat wajah Rocky membuat Mila langsung memejamkan matanya. Mila pun menahan nafasnya hingga tiba-tiba Rocky meraih tangan kirinya. "Aku tak salah ternyata," ucap Rocky membuat Mila membuka matanya. Dia salah ternyata Rocky bukan ingin menciumnya lagi, tetapi pria itu menyematkan cincin di jari manis Mila. Mila terdiam menatap jari manisnya itu dia bingung dengan apa yang terjadi. Pandangan Mila lalu beralih ke arah Rocky yang ternyata sejak tadi Rocky menatapnya. "Ini cincin siapa sih kenapa justru di pakaikan ke aku," gumam Mila yang melepas cincin itu. "Lihat saja ukiran di dalamnya," ucap Rocky. Mila melihat ukiran di dalam cincin itu tertera nama Mila dan Rocky disana. Mila mengerutkan alisnya dia lalu menatap Rocky dengan tatapan menuntut penjelasan. "Itu artinya aku melamarmu," ucap Rocky yang menyentil jidat Mila. "Akh sakit," eluh Mila yang mengelus jidatnya. "Sudah sana masuk kamar,
"Sayang hari ini di rumah saja ya," tutur Samuel ketika Arin membantunya mengenakan dasi. Arin mengerucutkan bibirnya membuat Samuel langsung mengecup bibir itu. "Patuh ya," sambung Samuel dengan lembut. "Iya Mas," jawab Arin membuat Samuel tersenyum. "Yasudah ayo kita sarapan aku sudah lapar," ajak Arin. Samuel pun mengangguk lalu keduanya menuju ke ruang makan. Seperti biasa Samuel dan Arin makan bersama Kaken Indra. Selesai makan Arin mengantar Samuel hingga ke luar rumah. Tepat saat Samuel keluar, mobil Rocky terlihat datang dan berhenti tepat di depan mereka. "Maaf Tuan saya terlambat," ucap Rocky dengan membungkukkan badan. Samuel tidak mempermasalahkan itu, Rocky segera membukakan pintu untuk Samuel. Arin menatap mobil Samuel yang melaju meninggalkan kediaman Xalvador. Arin pun segera masuk ke dalam rumah, Fani dan Sinta telah berada di belakang Arin. Mereka mengikuti Arin menuju ke ruang kerja. "Nyonya, Tuan meminta Anda untuk istirahat," ucap Fani. "Istirahat terus aku
Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony
Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant
Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal
Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur, hari ini cukup melelahkan bagi Arin. Tapi dia cukup puas karena telah mendapatkan kembali perusahaan yang di bangun oleh Ayahnya. Meskipun perdebatan cukup panjang dengan Irawan dan Clara tapi dia puas dengan hasilnya. Suara pintu dibuka membuat Arin menoleh, ternyata Samuel sudah pulang dari kantor. Arin pun melihat jam yang menunjukkan pukul lima sore. "Sayang," panggil Samuel yang mendekat ke arah Arin. "Kamu pasti lelah?""Lumayan tapi aku cukup puas melihat mereka diseret keluar dari Venus," jawab Arin yang tidak bisa melupakan kejadian dimana Irawan dan Clara di seret begitu saja oleh security atas perintah dari para pemegang saham. Mereka sangat geram dengan apa yang Irawan lakukan. Irawan dan Clara pun tersungkur di depan para karyawan. Mereka pastinya sangat malu diperlakukan seperti itu. Bahkan pandangan Irawan dan Clara nampak tajam ke arah Arin. "Oh ya kapan Mas kasih nomorku ke Clara?""Tadi pagi dia ke kantor, apa dia men
Mobil berhenti di depan pintu lobby, Fani keluar dari mobil dia membukakan pintu mobil untuk Arin. Langkahnya dihentikan oleh satpam tapi sekretaris Miko yang bernama Laras langsung menghampiri Arin. "Selamat siang Bu Arin," sapa Laras. Arin tersenyum mendengar Laras menyapanya, dia lalu mengikuti langkah Laras ke ruang meeting tempat para pemegang saham sedang berkumpul. Para karyawan yang ada di lobby menatap bingung dengan kedatangan Arin. Mereka tidak mengenali siapa Arin apalagi saat Laras menyapa dan menundukkan badannya. Itu semua membuat mereka bertanya-tanya tentang siapa Arin. Laras membuka ruang meeting itu tanpa permisi membuat Irawan nampak marah. "Ngapain kamu masuk sini!" seru Irawan. Dia masih dalam tekanan sehingga emosinya tak bisa dikendalikan. Arin melangkah masuk ke ruangan itu, langkahnya yang tegas itu membuat semua mata menatap ke arahnya. "Kau?""Hey Om Irawan apa kabar? Kenapa terkejut melihatku disini?" Arin nampak sangat percaya diri dengan senyum merek
Arin tertidur di mobil dengan bersandar di dada Samuel. Dia tertidur saat perjalanan pulang dari pesta pernikahan Ola dan Elio. Arin nampak melelahkan sehingga saat mereka sampai Samuel tidak membangunkannya. Dia menggendong Arin menuju ke kamar mereka. Merebahkannya di atas tempat tidur dengn hati-hati lalu melepas heels yang Arin kenalan. Setelah itu Samuel pun berganti pakaian dan segera merebahkan dirinya di samping Arin. Namun ketika Samuel telah sepenuhnya masuk ke alam mimpi, Arin justru terbangun. Dia menatap Samuel yang telah terlelap lalu dirinya menatap jam dinding yang ternyata pukul sepuluh lewat lima belas menit. Arin menyingkirkan tangan Elio yang tengah memeluknya, dia pelan-pelan turun dari tempat tidur. Arin segera menghapus make up dan mengganti pakaiannya. Setelah lima belas menit dia pun selesai dan memilih keluar dari kamar untuk mencari sesuatu karena perutnya yang lapar. Alec yang berjaga di lantai tiga pun langsung menghampiri Arin. "Ada yang bisa saya ban
Samuel baru saja selesai makan siang dengan klien di sebuah restoran mewah. Dia berjalan keluar seorang diri karena Rocky sudah lebih dulu kembali ke kantor untuk bertemu tamu penting.Seseorang tiba-tiba menabrak dirinya membuat langkah Samuel terhenti. Seorang wanita terjatuh di lantai, Samuel menatap wanita itu. "Akh kakiku," eluh wanita itu. Samuel menaikan sudut bibirnya dia lalu mengulurkan tangannya. Saat wanita itu mendongakkan wajah terlihat jelas jika dia sedang berakting. "Tuan Samuel?" ucap Clara yang pura-pura terkejut. "Apa kita saling mengenal?" tanya Samuel yang sebenarnya dia tahu siapa wanita di depannya itu. Clara bangkit dengan ekspresi menahan rasa sakit. "Saya Clara anak Pak Irawan," jelas Clara. "Hm pantas Anda nampak tidak asing Nona," ucap Samuel dengan sopan. "Apa perlu ke rumah sakit?" tanya Samuel yang menatap kaki Clara. "Tidak perlu Tuan, hanya perlu istirahat di rumah saja pasti besok juga sudah membaik," tutur Clara dengan lembut. "Baiklah kalau b
Arin berada di bawah selimut dengan tangan Samuel yang masih melingkar di perutnya. Samuel mencium pundak Arin membuat Arin menoleh ke arah Samuel. "Mau makan malam apa?" tanya Samuel. "Sushi," jawab Arin. "Sayang masih hamil tidak baik makan makanan mentah," tutur Samuel mengingatkan. "Yang lain ya," sambung Samuel dengan membujuk lembut Arin. "Sate taichan.""Ada lagi?" Arin menggelengkan kepalanya. Samuel pun langsung meraih ponsel yang ada di makassar dia menghubungi Alfred untuk menyiapkan makan malam mereka. Setelah itu Samuel meletakkan ponselnya kembali. "Apa kamu lelah Sayang?""Tentu saja!""Jadi apa kamu akan mengulanginya?" tanya Samuel yang membuat Arin terdiam. Dia kini mengingat penyebab Samuel memberikannya hukuman. "Baby, kamu tidak menjawab pertanyaanku?""Tadi hanya penasaran karena film itu booming.""Jadi apa kamu melihat milik pria lain?""Tentu saja tidak, filmnya tidak sevulgar itu."Samuel pun menganggukkan kepalanya tanda dia percaya dengan perkataan Ari
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore tapi Mila masih di rumah Arin. Keduanya tertidur setelah mereka menonton film bersama. Sofa yang besar itu cukup nyaman untuk mereka tidur hingga mereka tidak menyadari jika Samuel dan Rocky sudah datang. "Apa yang mereka tonton," gumam Samuel yang penasaran. Dia lalu membuka ponselnya dan melihat CCTV beberapa jam yang lalu. Rocky yang penasaran pun mendekat dan ikut melihat ponsel Samuel. "Ini film apa?" tanya Samuel karena dia tidak tahu film yang mereka tonton. Samuel melihat wajah Rocky yang nampak kesal. "Ky?" "Film 21+." Mata Samuel membulat mendengarnya. "Sepertinya ini bukan ide Mila." "Jadi kamu menuduh istriku?" ucap Samuel dengan tatapan ingin membunuh. "Mungkin otak Nyonya ternodai karena Anda." "Ya!" teriak Samuel yang kesal membuat dia wanita itu terbangun. "Mas sudah pulang?" Suara Arin membuat Samuel menoleh ke arahnya. Rocky langsung menghampiri Mila yang tengah mengucek matanya. "Sayang ayo pulang," ajak R