Mila naik angkutan umum menuju ke rumah sakit, dia ingin mengambil baju kotornya sekaligus ingin melihat keadaan Laura. Angkot berhenti di depan rumah sakit, Mila berjalan menuju ruangan tempat Laura di rawat. Dia segera masuk ke ruangan itu dan benar apa kata Rocky bahwa ada perawat di ruangan Laura. Mila tersenyum ke arah perawat itu, "Sudah makan Ra?" tanya Mila yang berjalan ke arah Laura. "Tari siang sudah.""Nanti mau makan apa, biar aku belikan.""Makan makanan dari rumah sakit saja nanti.""Beneran tidak mau makan yang lain, mumpung aku disini Laura.""Tidak ada yang aku inginkan sekarang Bu," jawab Laura. "Eh btw baju kotorku kemana? Perasaan aku letakan disini," gumam Mila. "Tadi bodyguard di depan membawanya katanya mau di laundry.""Hah? Aku tidak menyuruhnya.""Perintah Pak Rocky, Bu," jelas perawat yang bernama Nova itu.Mila menggaruk kepalanya yang tidak gatal dia nampak bingung mendengar penjelasan Nova itu. Dia lalu segera mengirim pesan kepada Rocky. [Apa Pak R
Arin menghampiri suaminya yang ada di ruang kerja dia berjalan ke arah Samuel dan duduk di depan Samuel. "Ada apa Sayang?" tanya Samuel yang menyingkirkan laptopnya agar tidak menghalangi mereka. Arin mengerucutkan bibirnya dia nampak bingung untuk mengatakan sesuatu. "Sayang kenapa?""Sebenarnya Mas sudah tahu ya kalau pelakunya Miko," ucap Arin yang membuat Samuel terkejut. "Kemarilah," panggil Samuel yang meminta Arin untuk mendekat ke arahnya. Arin bangkit dari duduknya dia berjalan ke arah Samuel, ketika Arin sampai di hadapan Samuel maka Samuel langsung menarik Arin untuk duduk di atas pangkuannya. "Kenapa Mas tidak mengatakannya padaku.""Darimana kamu mendapat informasi itu?""Jawab dulu pertanyaanku kenapa Mas tidak mengatakan padaku?""Mas tidak mau kamu stres Sayang, bukankah dokter menyarankan agar kamu tidak banyak pikiran. Jika kamu tahu ini semua berhubungan dengan keluarga biadab itu kamu pasti terus memikirkan itu hingga membuatmu stres," jelas Samuel yang menatap
Rocky kini berada tepat di depan Mila, jantung Mila berdetak dengan kencang. Semakin dekat wajah Rocky membuat Mila langsung memejamkan matanya. Mila pun menahan nafasnya hingga tiba-tiba Rocky meraih tangan kirinya. "Aku tak salah ternyata," ucap Rocky membuat Mila membuka matanya. Dia salah ternyata Rocky bukan ingin menciumnya lagi, tetapi pria itu menyematkan cincin di jari manis Mila. Mila terdiam menatap jari manisnya itu dia bingung dengan apa yang terjadi. Pandangan Mila lalu beralih ke arah Rocky yang ternyata sejak tadi Rocky menatapnya. "Ini cincin siapa sih kenapa justru di pakaikan ke aku," gumam Mila yang melepas cincin itu. "Lihat saja ukiran di dalamnya," ucap Rocky. Mila melihat ukiran di dalam cincin itu tertera nama Mila dan Rocky disana. Mila mengerutkan alisnya dia lalu menatap Rocky dengan tatapan menuntut penjelasan. "Itu artinya aku melamarmu," ucap Rocky yang menyentil jidat Mila. "Akh sakit," eluh Mila yang mengelus jidatnya. "Sudah sana masuk kamar,
"Sayang hari ini di rumah saja ya," tutur Samuel ketika Arin membantunya mengenakan dasi. Arin mengerucutkan bibirnya membuat Samuel langsung mengecup bibir itu. "Patuh ya," sambung Samuel dengan lembut. "Iya Mas," jawab Arin membuat Samuel tersenyum. "Yasudah ayo kita sarapan aku sudah lapar," ajak Arin. Samuel pun mengangguk lalu keduanya menuju ke ruang makan. Seperti biasa Samuel dan Arin makan bersama Kaken Indra. Selesai makan Arin mengantar Samuel hingga ke luar rumah. Tepat saat Samuel keluar, mobil Rocky terlihat datang dan berhenti tepat di depan mereka. "Maaf Tuan saya terlambat," ucap Rocky dengan membungkukkan badan. Samuel tidak mempermasalahkan itu, Rocky segera membukakan pintu untuk Samuel. Arin menatap mobil Samuel yang melaju meninggalkan kediaman Xalvador. Arin pun segera masuk ke dalam rumah, Fani dan Sinta telah berada di belakang Arin. Mereka mengikuti Arin menuju ke ruang kerja. "Nyonya, Tuan meminta Anda untuk istirahat," ucap Fani. "Istirahat terus aku
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Mila baru sampai apartemen Rocky. Di depan apartemen dia tampak bingung karena tidak memiliki kartu akses untuk masuk. Mila juga tidak tahu sandi apartemen itu, maka Mila segera mengeluarkan ponselnya untuk bertanya kepada Rocky. Mila menelpon Rocky dan tak lama pria itu mengangkat teleponnya. "Pak sandi apartemen apa?" tanya Mila to the point. "8989."Mila langsung mencobanya dan memang benar pintu langsung terbuka. "Oh iya makasih," ucap Mila."Aku sebentar lagi pulang.""Oke," balas Mila yang kemudian menutup teleponnya. Mila berjalan masuk menuju ke kamarnya saat melewati dapur terlihat semuanya telah rapih. Tak ada piring kotor disana bahkan lantai terlihat sudah bersih. Mila mengerutkan keningnya melihat apartemen Rocky yang bersih tak seperti waktu mereka tinggal. "Apa dia pulang untuk membersihkan semua ini?" gumam Mila hingga dia kini membuka pintu kamarnya. Kamar Mila juga terlihat bersih, Mila mengamati sekeliling kamarnya hingga k
Ponsel Mila tiba-tiba berdering membuat Mila langsung meraih ponselnya. Mata Mila membulat ketika melihat nama yang tertera di sana. "Halo ibu apa kabar?" ucap Mila yang bangkit dari tempat tidur. "Ibu Baik nok, kamu gimana kabarnya? Sudah makan?""Mila baru saja selesai makan, bapak apa kabar? Dimana sekarang? Kalian sudah?""Bapakmu lagi di kamar mandi, kami juga baru selesai makan. Oh ya kamu kenapa ngirim banyak sekali buat ibu sama Bapak? Nanti kamu disana bagaimana?""Oh itu Mila tambahin soalnya Mila baru dapat bonus, Ibu tidak perlu khawatir. Mila disini berkecukupan kok," jelas Mila. Rocky memperhatikan Mila yang terlihat bahagia berbicara dengan orang tuanya lewat telepon. Awalnya Rocky hanya memperhatikan Mila hingga dia bangkit dari tempat tidur. Rocky berjalan ke arah Mila dia merapatkan tubuhnya kepada Mila membuat Mila menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Mila dengan suara lirih dan menjauhkan teleponnya. Tatapan Rocky tertuju ke ponsel Mila tetapi Mila tidak mengert
Miko dengan setelan jasnya berjalan dengan angkuh masuk ke Venus company. Para karyawan menundukkan badan memberi hormat kepadanya. Miko dengan sangat sombong berjalan melewati mereka dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai lima. Miko disambut oleh sekretaris yang bernama Laras. "Selamat pagi Pak Miko," sapa Laras dengan sopan yang menundukkan badannya. Sudut bibir Miko terangkat melihat wajah cantik Laras yang tersenyum. Sudah lama pria itu mengincar Laras, selain pintar Laras memang memiliki wajah yang cantik. Laras mengikuti Miko menuju ke ruangannya. Miko duduk di kursi kebesarannya itu, kursi yang selama ini dia nanti-nantikan. "Untuk hari ini jadwal Anda... ""Jangan bicara soal jadwal dulu," potong Miko membuat Laras diam. "Kamu kesini," panggil Miko. Laras masih diam di tempat dengan tatapan bingung. "Kesini sebentar," panggil Miko lagi membuat Laras akhirnya mendekat ke arah Miko. Dia berdiri tak jauh dari Miko duduk tapi lelaki itu tetap merasa jika jarak mereka terlal
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak
Arin masuk ke ruang kerja untuk menyimpan dokumen yang sudah dia teliti. Di atas meja Samuel ada sesuatu yang mengkilap menarik perhatiannya. Arin berjalan mendekat ke arah meja Samuel. Terlihat sebuah undangan berwarna gold, Arin pun membuka undangan itu. "Sayang aku cari ternyata kamu disini," ucap Samuel yang masuk ke dalam ruang kerja. "Iya Mas baru nyimpen dokumen, ada apa?""Tidak apa-apa.""Kakek sudah tidur siang?""Iya baru aja tidur. Kamu udah membacanya?" Samuel setelah makan siang berbincang dengan Kakek Indra dan baru saja Samuel mengantar Kakek Indra ke kamar untuk tidur siang. "Tidak sengaja melihat, aku penasaran jadi aku buka. Maaf tidak izin dulu.""Tidak apa-apa Sayang, tidak perlu izin segala," tutur Samuel yang mengecup pipi Arin. "Mas tidak bisa datang nanti Mas kirim kado ke rumah mereka saja," jelas Samuel. "Kenapa?""Mas harus ke Singapura, kamu ikut ya.""Tidak mau, malas.""Beneran Sayang? Mas disana beberapa hari, kamu tidak apa-apa?" tanya Samuel yang
Mobil memasuki pemukiman dimana sebelah kanannya masih ada hamparan sawah yang luas. Anak-anak berlari dengan memakai seragam sekolah, tawa ceria mereka seperti tak punya beban. Pemandangan itu cukup menarik perhatian Rocky. Anak-anak itu sangat berbeda dengan Rocky, dia dulu tak memiliki teman karena asal usul yang tidak jelas itu. "Rumah warna putih itu Pak," ucap Mila yang menunjuk ke sebuah rumah dengan ada sosok pria paruh baya yang masih duduk di teras rumah. Mobil berhenti tepat di sebuah rumah yang nampak sederhana itu. Mila segera turun, pria paruh baya yang melihat Mila pun langsung berdiri. Senyum cerah menghiasi wajahnya, Mila langsung memeluk pria itu. "Ya ampun Nok akhirnya kamu sampai juga," ucap Pak Fajar yang tak lain adalah Bapak Mila. "Bu Ibu, Mila pulang ini," teriak Pak Fajar memanggil istrinya. Seorang wanita paruh baya keluar dan langsung memeluk Mila. Rocky cukup iri saat melihat pemandangan itu. "Oh ya Bapak Ibu ini Rocky," tutur Mila memperkenalkan Rocky
Mila baru selesai mandi dia memilih mengenakan rok jeans dengan belahan depan hingga selutut. Atasan Mila memakai outer bergaris berwarna biru putih, Mila memang tidak pernah memakai celana atau rok pendek hingga menampilkan pahanya. Pakaiannya terbilang cukup tertutup setiap saatnya meskipun di dalam rumah. Pintu kamar tiba-tiba dibuka oleh Rocky terlihat Rocky yang memakai kemeja biru dan kaos putih. "Sayang ayo makan," ajak Rocky. Mila menganggukkan kepalanya dan dia pun segera mengikuti langkah Rocky. Seorang wanita paruh baya terlihat tengah menata makanan di atas meja. "Oh ya Sayang kenalin ini Bibi Lia yang sering aku panggil untuk membersihkan apartemen," tutur Rocky. "Halo Bi saya Mila," sapa Mila. "Iya Nyonya Mila.""Bibi sudah makan?" "Bibi makannya nanti Nyonya, masih terlalu pagi juga Bibi tidak biasa sarapan.""Oh iya Bi.""Kalau begitu Bibi pamit kembali ke dapur Tuan Nyonya," tutur Bibi Lia dengan sopan yang kemudian pergi dari ruang makan itu. Rocky menarikkan
Mila tidak bisa tidur padahal sekarang sudah tengah malam, perutnya sejak tadi terasa lapar tapi dia terlalu malu untuk makan tengah malam seperti ini. Dia terus menatap jam hingga akhirnya berjalan menuju ke pintu. Beberapa saat Mila hanya berdiri di balik pintu dia ragu untuk membuka pintu itu. Perutnya terus berbunyi mau tak mau Mila membuka pintu. Kepala Mila keluar dari pintu melihat ke kanan kiri yang nampak sepi dan gelap karena lampu sudah dimatikan. Mila pun segera melangkah menuju ke dapur, tidak nampak Rocky disana. Mila membuka kulkas dia mencari sesuatu untuk dimakan. "Cari apa?" "Astaga," ucap Mila yang terkejut karena Rocky tiba-tiba datang. Mila mengusap dadanya karena jantungnya berdetak dengan kencang. Rocky lalu menyalakan lampu terlihat wajah Mila yang gelagapan seolah kepergok melakukan kejahatan. "Kamu lapar?" tanya Rocky. "Iya maaf," jawab lirih Mila. "Kenapa minta maaf?" Rocky mengusap kepala Mila lalu berjalan ke arah lemari kabinet atas. "Mau mie?" tany
Samuel dan Arin kini berada di sebuah restoran Korea, mata Arin nampak berbinar melihat berbagai makanan Korea yang ada di depannya itu. Arin tentu saja langsung memakan topokki yang sejak awal dia incar. Samuel menatap istrinya itu yang tengah makan dengan lahap. Dia mengusap sudut bibir Arin yang belepotan, Arin tersenyum malu saat Samuel membersihkan bibirnya. "Makannya pelan-pelan tidak ada yang mau minta kok," tutur Samuel dengan lembut. "Oh ya aku lama tidak menengok Laura, bagaimana ya keadaannya sekarang?""Mau kesana nanti?" tanya Samuel yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. Samuel pun tersenyum melihat Arin yang sangat antusias. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya Mas," tutur Arin. "Kenapa apa kamu sakit perut?""Tidak, aku hanya kebelet pipis," jawab Arin dengan menunjukkan giginya yang rata. "Mas antar.""Tidak perlu, Mas tunggu disini saja."Arin menolak tawaran Samuel dia menuju ke kamar mandi seorang diri. Dari tempat Arin duduk ke kamar mandi lumayan jauh,
"Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak
Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting
Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar