Rocky kini berada tepat di depan Mila, jantung Mila berdetak dengan kencang. Semakin dekat wajah Rocky membuat Mila langsung memejamkan matanya. Mila pun menahan nafasnya hingga tiba-tiba Rocky meraih tangan kirinya. "Aku tak salah ternyata," ucap Rocky membuat Mila membuka matanya. Dia salah ternyata Rocky bukan ingin menciumnya lagi, tetapi pria itu menyematkan cincin di jari manis Mila. Mila terdiam menatap jari manisnya itu dia bingung dengan apa yang terjadi. Pandangan Mila lalu beralih ke arah Rocky yang ternyata sejak tadi Rocky menatapnya. "Ini cincin siapa sih kenapa justru di pakaikan ke aku," gumam Mila yang melepas cincin itu. "Lihat saja ukiran di dalamnya," ucap Rocky. Mila melihat ukiran di dalam cincin itu tertera nama Mila dan Rocky disana. Mila mengerutkan alisnya dia lalu menatap Rocky dengan tatapan menuntut penjelasan. "Itu artinya aku melamarmu," ucap Rocky yang menyentil jidat Mila. "Akh sakit," eluh Mila yang mengelus jidatnya. "Sudah sana masuk kamar,
"Sayang hari ini di rumah saja ya," tutur Samuel ketika Arin membantunya mengenakan dasi. Arin mengerucutkan bibirnya membuat Samuel langsung mengecup bibir itu. "Patuh ya," sambung Samuel dengan lembut. "Iya Mas," jawab Arin membuat Samuel tersenyum. "Yasudah ayo kita sarapan aku sudah lapar," ajak Arin. Samuel pun mengangguk lalu keduanya menuju ke ruang makan. Seperti biasa Samuel dan Arin makan bersama Kaken Indra. Selesai makan Arin mengantar Samuel hingga ke luar rumah. Tepat saat Samuel keluar, mobil Rocky terlihat datang dan berhenti tepat di depan mereka. "Maaf Tuan saya terlambat," ucap Rocky dengan membungkukkan badan. Samuel tidak mempermasalahkan itu, Rocky segera membukakan pintu untuk Samuel. Arin menatap mobil Samuel yang melaju meninggalkan kediaman Xalvador. Arin pun segera masuk ke dalam rumah, Fani dan Sinta telah berada di belakang Arin. Mereka mengikuti Arin menuju ke ruang kerja. "Nyonya, Tuan meminta Anda untuk istirahat," ucap Fani. "Istirahat terus aku
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Mila baru sampai apartemen Rocky. Di depan apartemen dia tampak bingung karena tidak memiliki kartu akses untuk masuk. Mila juga tidak tahu sandi apartemen itu, maka Mila segera mengeluarkan ponselnya untuk bertanya kepada Rocky. Mila menelpon Rocky dan tak lama pria itu mengangkat teleponnya. "Pak sandi apartemen apa?" tanya Mila to the point. "8989."Mila langsung mencobanya dan memang benar pintu langsung terbuka. "Oh iya makasih," ucap Mila."Aku sebentar lagi pulang.""Oke," balas Mila yang kemudian menutup teleponnya. Mila berjalan masuk menuju ke kamarnya saat melewati dapur terlihat semuanya telah rapih. Tak ada piring kotor disana bahkan lantai terlihat sudah bersih. Mila mengerutkan keningnya melihat apartemen Rocky yang bersih tak seperti waktu mereka tinggal. "Apa dia pulang untuk membersihkan semua ini?" gumam Mila hingga dia kini membuka pintu kamarnya. Kamar Mila juga terlihat bersih, Mila mengamati sekeliling kamarnya hingga k
Ponsel Mila tiba-tiba berdering membuat Mila langsung meraih ponselnya. Mata Mila membulat ketika melihat nama yang tertera di sana. "Halo ibu apa kabar?" ucap Mila yang bangkit dari tempat tidur. "Ibu Baik nok, kamu gimana kabarnya? Sudah makan?""Mila baru saja selesai makan, bapak apa kabar? Dimana sekarang? Kalian sudah?""Bapakmu lagi di kamar mandi, kami juga baru selesai makan. Oh ya kamu kenapa ngirim banyak sekali buat ibu sama Bapak? Nanti kamu disana bagaimana?""Oh itu Mila tambahin soalnya Mila baru dapat bonus, Ibu tidak perlu khawatir. Mila disini berkecukupan kok," jelas Mila. Rocky memperhatikan Mila yang terlihat bahagia berbicara dengan orang tuanya lewat telepon. Awalnya Rocky hanya memperhatikan Mila hingga dia bangkit dari tempat tidur. Rocky berjalan ke arah Mila dia merapatkan tubuhnya kepada Mila membuat Mila menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Mila dengan suara lirih dan menjauhkan teleponnya. Tatapan Rocky tertuju ke ponsel Mila tetapi Mila tidak mengert
Miko dengan setelan jasnya berjalan dengan angkuh masuk ke Venus company. Para karyawan menundukkan badan memberi hormat kepadanya. Miko dengan sangat sombong berjalan melewati mereka dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai lima. Miko disambut oleh sekretaris yang bernama Laras. "Selamat pagi Pak Miko," sapa Laras dengan sopan yang menundukkan badannya. Sudut bibir Miko terangkat melihat wajah cantik Laras yang tersenyum. Sudah lama pria itu mengincar Laras, selain pintar Laras memang memiliki wajah yang cantik. Laras mengikuti Miko menuju ke ruangannya. Miko duduk di kursi kebesarannya itu, kursi yang selama ini dia nanti-nantikan. "Untuk hari ini jadwal Anda... ""Jangan bicara soal jadwal dulu," potong Miko membuat Laras diam. "Kamu kesini," panggil Miko. Laras masih diam di tempat dengan tatapan bingung. "Kesini sebentar," panggil Miko lagi membuat Laras akhirnya mendekat ke arah Miko. Dia berdiri tak jauh dari Miko duduk tapi lelaki itu tetap merasa jika jarak mereka terlal
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak
Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar
Samuel dan Arin kini berada di sebuah restoran Korea, mata Arin nampak berbinar melihat berbagai makanan Korea yang ada di depannya itu. Arin tentu saja langsung memakan topokki yang sejak awal dia incar. Samuel menatap istrinya itu yang tengah makan dengan lahap. Dia mengusap sudut bibir Arin yang belepotan, Arin tersenyum malu saat Samuel membersihkan bibirnya. "Makannya pelan-pelan tidak ada yang mau minta kok," tutur Samuel dengan lembut. "Oh ya aku lama tidak menengok Laura, bagaimana ya keadaannya sekarang?""Mau kesana nanti?" tanya Samuel yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Arin. Samuel pun tersenyum melihat Arin yang sangat antusias. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya Mas," tutur Arin. "Kenapa apa kamu sakit perut?""Tidak, aku hanya kebelet pipis," jawab Arin dengan menunjukkan giginya yang rata. "Mas antar.""Tidak perlu, Mas tunggu disini saja."Arin menolak tawaran Samuel dia menuju ke kamar mandi seorang diri. Dari tempat Arin duduk ke kamar mandi lumayan jauh,
"Seperti kita pulang saja," ucap Mila tiba-tiba. "Kenapa?""Aku datang pulang," jawab Mila dengan ragu. "Kita mampir indomaret dulu ya," tutur Rocky yang langsung berhenti di indomaret karena kebetulan tadi mereka berada dekat dengan indomaret. "Kamu tidak perlu turun, biar aku saja yang turun," sambung Rocky yang kemudian keluar dari mobil. Tapi sebelum masuk ke indomaret tiba-tiba Rocky kembali ke mobil dia mengetuk kaca Mila. Mila pun menurunkan kaca mobilnya. "Kamu biasanya pakai merk apa?""Hah? Maksudnya?""Pembalut, kamu biasanya merk apa?""Aku bisa beli sendiri," tutur Mila yang akan membuka pintu mobil tapi di tahan oleh Rocky. "Diam di dalam, katakan saja padaku.""Yang warna hijau daun sirih lalu yang malam warna biru.""Oke."Rocky kembali berjalan ke indomaret itu, Mila menatapnya bingung hingga tak lama terlihat Rocky yang keluar dari indomaret dengan membawa satu kantong plastik. Karena plastik itu warna putih jadi Mila bisa melihat apa yang Rocky bawa. Mila tidak
Sampai di rumah Arin langsung memberi kabar Samuel jika dia sudah sampai rumah, suaminya itu langsung menelpon dirinya. "Halo Mas.""Sudah makan?""Sudah Mas, tadikan aku sudah bilang kalau aku makan di cafe.""Oh iya, yaudah kamu istirahat jangan kemana-mana lagi.""Iya suamiku yang bawel.""Nanti pulangnya kalau ingin dibelikan sesuatu bilang saja ya.""Oke Mas, yaudah sana Mas lanjut kerja aja.""Iya Sayang, I love you.""I love you more.""I love you more," ucap Samuel kembali yang setelah baru telepon pun dimatikan. Arin merebahkan dirinya di atas tempat tidur dia pun memilih untuk tidur karena cukup lelah. Tak lama kemudian mata Arin langsung terpejam, dia langsung masuk ke alam mimpinya. Sedangkan di tempat lain Clara baru saja kembali menggunakan taxi karena mobilnya di bengkel. Clara malas menunggunya hingga memilih pulang. "Dimana mobilnya?" tanya Bella karena dia tidak tahu jika mobil Clara lecet. "Di bengkel, hanya lecet sedikit. " Bagaimana bisa?""Itu tidak penting
Jam menunjukkan pukul delapan pagi Clara kembali ke kamar setelah dia sarapan. Dia berniat menghubungi Elang, meskipun sekarang Clara berambisi mendapatkan Samuel tetapi dia juga ingin mendapatkan Elang. Dengan tidak sabar Clara menelpon nomor Elang, Elang tak langsung mengangkatnya. Hingga beberapa detik kemudian Elang pun mengangkat teleponnya membuat Clara berjingkrak. "Halo Elang ini aku Clara," ucap Clara. "Oh iya Ra, kenapa?""Mau tanya soal motornya, jadi berapa semuanya Lang?""Tidak usah Clara, kamu tidak perlu ganti rugi lagipula mobil kamu juga lecetkan," tutur lembut Elang membuat jantung Clara berdetak dengan kencang. "Aku tidak enak jika tidak ganti rugi Elang, kirimkan notanya saja.""Tidak usah, pokoknya tidak usah.""Hm baiklah baiklah kalau begitu aku traktir makan siang aja bagaimana?" tutur Clara yang berharap Elang mau menerima tawarannya. "Oke kalau itu boleh deh, tapi aku yang menentukan tempatnya ya.""Tentu saja, mau dimana?""Asteria cafe."Mendengar nam
Irawan mempersilahkan Samuel untuk masuk mereka menuju ke ruang makan. Clara duduk di depan Samuel membuat Samuel bisa melihat dengan jelas belahan dada Clara. Samuel dalam hati terus mengumpat karena mengikuti permintaan istrinya dia berakhir sepe ini. Sangat memuakan bagi Samuel bagaimana Clara terus menerus mencoba menarik perhatiannya. "Apa Tuan Samuel baru saja pulang dari kantor?" tanya Irawan. "Tidak saya dari rumah, saya menemani istri saya makan baru kemari," jelas Samuel terus terang membuat Clara mengepalkan tangannya. Susah payah dia berdandan agar menarik perhatian Samuel bahkan dia menunggu lama Samuel hingga kelaparan tetapi Samuel dengan santainya mengatakan jika dia menemani istrinya makan. Clara sangat kesal mendengar kejujuran Samuel itu. "Kenapa tidak mengajak istrinya ke mari Tuan?" tanya Bella yang masih terlihat ramah. "Dia menemani saya seharian di kantor jadi lelah, apalagi masih hamil. Saya tidak ingin dia kelelahan karena terus menemani saya.""Saya bar
Bella sibuk memilih baju untuk Clara, beberapa gaun yang ada di lemari sudah mereka coba tetapi belum menemukan yang menarik. "Kurang seksi, ganti-ganti," ucap Bella. "Berat badanmu sekarang berapa, perlu diet kamu.""Iya Ma aku tahu aku naik satu kilo.""Bisa-bisa kamu naik banyak! Jaga pola makan, Mama tidak mau kamu gemuk."Clara memutar bola matanya malas, berat badannya sekarang empat puluh satu kilo. Cukup berat bagi Clara untuk harus menjaga berat badan supaya stay di angka empat puluh kilo. Bella mengambil gaun berwarna hitam dengan tali tipis di punggung yang menampakkan punggungnya itu. Bella meminta Clara mencoba gaun itu, Clara tanpa membantah mencobanya. Saat gaun itu telah melekat di badan Clara maka Bella pun langsung tersenyum. Pasalnya punggung putih Clara membuat Clara semakin seksi. Apalagi gaun itu yang sebatas paha membuat paha Clara terpampang jelas. Dengan penampilan seperti itu Bella yakin jika Samuel akan tertarik oleh Clara. Gadis itu juga memiliki wajah y
"Mau minum apa Baby?" tanya Samuel ketika mereka berada di ruangan Samuel. "Apa aja Mas," jawab Arin. "Banyak kerjaan ya, maaf ya aku kesini tanpa ngabarin.""It is okay baby girl." Samuel memberikan kecupan di pipi Arin. "Aku kangen," ucap Arin yang memeluk manja suaminya itu yang tentu saja di balas pelukan oleh Samuel. "Oh ya dia kenapa kemari?""Memberi itu," jawab Samuel menuju sebuah kue yang ada di atas meja. "Katanya anaknya yang buat.""Mungkin dia ingin Mas tertarik dengan Clara," ucap Arin yang melihat kue red velvet itu. Arin mengambil kue itu lalu dia langsung memasukkan ke dalam tong sampah. Melihat apa yang dilakukan istrinya itu membuat Samuel tersenyum. "Aku tak suka ada yang mengganggu hubungan kita lagi.""Apa kamu lupa bagaimana aku terobsesi denganmu dulu?""Tapi namanya laki-laki jika dikasih barang gratis pasti langsung mau.""Bukankah dari dulu aku tak suka gratisan, jangan lupa dulu hanya untuk memantaumu aku membangun Asteria Cafe. Bahkan dulu cafe itu tak
Miko dengan setelan jasnya berjalan dengan angkuh masuk ke Venus company. Para karyawan menundukkan badan memberi hormat kepadanya. Miko dengan sangat sombong berjalan melewati mereka dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai lima. Miko disambut oleh sekretaris yang bernama Laras. "Selamat pagi Pak Miko," sapa Laras dengan sopan yang menundukkan badannya. Sudut bibir Miko terangkat melihat wajah cantik Laras yang tersenyum. Sudah lama pria itu mengincar Laras, selain pintar Laras memang memiliki wajah yang cantik. Laras mengikuti Miko menuju ke ruangannya. Miko duduk di kursi kebesarannya itu, kursi yang selama ini dia nanti-nantikan. "Untuk hari ini jadwal Anda... ""Jangan bicara soal jadwal dulu," potong Miko membuat Laras diam. "Kamu kesini," panggil Miko. Laras masih diam di tempat dengan tatapan bingung. "Kesini sebentar," panggil Miko lagi membuat Laras akhirnya mendekat ke arah Miko. Dia berdiri tak jauh dari Miko duduk tapi lelaki itu tetap merasa jika jarak mereka terlal
Ponsel Mila tiba-tiba berdering membuat Mila langsung meraih ponselnya. Mata Mila membulat ketika melihat nama yang tertera di sana. "Halo ibu apa kabar?" ucap Mila yang bangkit dari tempat tidur. "Ibu Baik nok, kamu gimana kabarnya? Sudah makan?""Mila baru saja selesai makan, bapak apa kabar? Dimana sekarang? Kalian sudah?""Bapakmu lagi di kamar mandi, kami juga baru selesai makan. Oh ya kamu kenapa ngirim banyak sekali buat ibu sama Bapak? Nanti kamu disana bagaimana?""Oh itu Mila tambahin soalnya Mila baru dapat bonus, Ibu tidak perlu khawatir. Mila disini berkecukupan kok," jelas Mila. Rocky memperhatikan Mila yang terlihat bahagia berbicara dengan orang tuanya lewat telepon. Awalnya Rocky hanya memperhatikan Mila hingga dia bangkit dari tempat tidur. Rocky berjalan ke arah Mila dia merapatkan tubuhnya kepada Mila membuat Mila menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Mila dengan suara lirih dan menjauhkan teleponnya. Tatapan Rocky tertuju ke ponsel Mila tetapi Mila tidak mengert