Beranda / Romansa / Obsession In Love / Bab 81 Mata Sapi

Share

Bab 81 Mata Sapi

Penulis: Nuvola
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 21:54:39

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, matahari sudah terbit. Mila berdiri di depan wastafel, dia menatap wajahnya dari pantulan cermin. Terlihat kedua mata Mila yang menghitam karena semalam dia tidak bisa tidur.

"Menyebalkan!" gerutu Mila.

Rocky semalam tidak mengirim pesan apapun membuat Mila kesal hingga tidak bisa tidur. Mila membasuh wajahnya dia pun segera mandi. Karena akan ke cafe maka Mila memakai celana panjang berwarna hitam dengan inner hitam dan outer cream.

"Sudah bangun Ra?"

"Mau ke cafe ya Bu?"

"Iya nanti aku harus ke cafe tidak apa-apa kan aku tinggal?"

"Tidak apa-apa Bu, nanti malam Bu Mila juga tidak perlu menginap disini lagi. Aku baik-baik saja kok," tutur Laura.

"Lihat nanti ya," ucap Mila. "Kamu makan lalu minum obat ya sebelum aku pergi," sambung Mila yang membuka tempat makan yang rumah sakit berikan.

Laura menganggukan kepalanya, dia tidak mau semakin merepotkan orang lain. Mila kembali menyuapi Laura karena Laura yang kesulitan makan sendiri. Selesai makan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Obsession In Love   Bab 82 Mencurigai Miko

    "Mas, hari ini aku akan keluar ya," ucap Arin yang sekarang masih bertelepon dengan suaminya. "Kemana Sayang? Dokter bilang kamu harus banyak istirahat loh.""Hotel.""Jangan sendirian, ajak Fani bersamamu dan langsung katakan pada Mas jika ada masalah disana," tutur Samuel. "Iya Mas, makasih ya."Arin memakai jeans panjang berwarna hitam dan kaos putih. Tak lupa Arin membawa tas yang warnanya senada dengan celananya. Arin keluar dari kamar, di depan kamarnya Fani telah menunggu dirinya. Mereka segera berangkat dengan Alec yang menyetir mobil. Arin ke hotel untuk menemui Luna, sampai di hotel Arin langsung ke ruangan khusus. Dia memakai masker dan topi dan berjalan memasuki ruangan yang hanya boleh di masuki orang-orang tertentu. Luna langsung menyambut Arin dengan baik dia mempersilahkan Arin untuk duduk. "Ini CCTV hotel yang Anda minta Nyonya," tutur Luna."Siapa nama gadis itu?""Namanya Puspa dia pegawai baru di hotel dan malam itu seperti yang terlihat Pusta baru akan pulang,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Obsession In Love   Bab 83 Memasak

    Mila naik angkutan umum menuju ke rumah sakit, dia ingin mengambil baju kotornya sekaligus ingin melihat keadaan Laura. Angkot berhenti di depan rumah sakit, Mila berjalan menuju ruangan tempat Laura di rawat. Dia segera masuk ke ruangan itu dan benar apa kata Rocky bahwa ada perawat di ruangan Laura. Mila tersenyum ke arah perawat itu, "Sudah makan Ra?" tanya Mila yang berjalan ke arah Laura. "Tari siang sudah.""Nanti mau makan apa, biar aku belikan.""Makan makanan dari rumah sakit saja nanti.""Beneran tidak mau makan yang lain, mumpung aku disini Laura.""Tidak ada yang aku inginkan sekarang Bu," jawab Laura. "Eh btw baju kotorku kemana? Perasaan aku letakan disini," gumam Mila. "Tadi bodyguard di depan membawanya katanya mau di laundry.""Hah? Aku tidak menyuruhnya.""Perintah Pak Rocky, Bu," jelas perawat yang bernama Nova itu.Mila menggaruk kepalanya yang tidak gatal dia nampak bingung mendengar penjelasan Nova itu. Dia lalu segera mengirim pesan kepada Rocky. [Apa Pak R

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Obsession In Love   Bab 84

    Arin menghampiri suaminya yang ada di ruang kerja dia berjalan ke arah Samuel dan duduk di depan Samuel. "Ada apa Sayang?" tanya Samuel yang menyingkirkan laptopnya agar tidak menghalangi mereka. Arin mengerucutkan bibirnya dia nampak bingung untuk mengatakan sesuatu. "Sayang kenapa?""Sebenarnya Mas sudah tahu ya kalau pelakunya Miko," ucap Arin yang membuat Samuel terkejut. "Kemarilah," panggil Samuel yang meminta Arin untuk mendekat ke arahnya. Arin bangkit dari duduknya dia berjalan ke arah Samuel, ketika Arin sampai di hadapan Samuel maka Samuel langsung menarik Arin untuk duduk di atas pangkuannya. "Kenapa Mas tidak mengatakannya padaku.""Darimana kamu mendapat informasi itu?""Jawab dulu pertanyaanku kenapa Mas tidak mengatakan padaku?""Mas tidak mau kamu stres Sayang, bukankah dokter menyarankan agar kamu tidak banyak pikiran. Jika kamu tahu ini semua berhubungan dengan keluarga biadab itu kamu pasti terus memikirkan itu hingga membuatmu stres," jelas Samuel yang menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Obsession In Love   Bab 85 Harusnya Pendekatan Dulu

    Rocky kini berada tepat di depan Mila, jantung Mila berdetak dengan kencang. Semakin dekat wajah Rocky membuat Mila langsung memejamkan matanya. Mila pun menahan nafasnya hingga tiba-tiba Rocky meraih tangan kirinya. "Aku tak salah ternyata," ucap Rocky membuat Mila membuka matanya. Dia salah ternyata Rocky bukan ingin menciumnya lagi, tetapi pria itu menyematkan cincin di jari manis Mila. Mila terdiam menatap jari manisnya itu dia bingung dengan apa yang terjadi. Pandangan Mila lalu beralih ke arah Rocky yang ternyata sejak tadi Rocky menatapnya. "Ini cincin siapa sih kenapa justru di pakaikan ke aku," gumam Mila yang melepas cincin itu. "Lihat saja ukiran di dalamnya," ucap Rocky. Mila melihat ukiran di dalam cincin itu tertera nama Mila dan Rocky disana. Mila mengerutkan alisnya dia lalu menatap Rocky dengan tatapan menuntut penjelasan. "Itu artinya aku melamarmu," ucap Rocky yang menyentil jidat Mila. "Akh sakit," eluh Mila yang mengelus jidatnya. "Sudah sana masuk kamar,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Obsession In Love   Bab 86 Biarkan Mereka Bersenang-senang

    "Sayang hari ini di rumah saja ya," tutur Samuel ketika Arin membantunya mengenakan dasi. Arin mengerucutkan bibirnya membuat Samuel langsung mengecup bibir itu. "Patuh ya," sambung Samuel dengan lembut. "Iya Mas," jawab Arin membuat Samuel tersenyum. "Yasudah ayo kita sarapan aku sudah lapar," ajak Arin. Samuel pun mengangguk lalu keduanya menuju ke ruang makan. Seperti biasa Samuel dan Arin makan bersama Kaken Indra. Selesai makan Arin mengantar Samuel hingga ke luar rumah. Tepat saat Samuel keluar, mobil Rocky terlihat datang dan berhenti tepat di depan mereka. "Maaf Tuan saya terlambat," ucap Rocky dengan membungkukkan badan. Samuel tidak mempermasalahkan itu, Rocky segera membukakan pintu untuk Samuel. Arin menatap mobil Samuel yang melaju meninggalkan kediaman Xalvador. Arin pun segera masuk ke dalam rumah, Fani dan Sinta telah berada di belakang Arin. Mereka mengikuti Arin menuju ke ruang kerja. "Nyonya, Tuan meminta Anda untuk istirahat," ucap Fani. "Istirahat terus aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Obsession In Love   Bab 87 Memijat

    Jam menunjukkan pukul sembilan malam, Mila baru sampai apartemen Rocky. Di depan apartemen dia tampak bingung karena tidak memiliki kartu akses untuk masuk. Mila juga tidak tahu sandi apartemen itu, maka Mila segera mengeluarkan ponselnya untuk bertanya kepada Rocky. Mila menelpon Rocky dan tak lama pria itu mengangkat teleponnya. "Pak sandi apartemen apa?" tanya Mila to the point. "8989."Mila langsung mencobanya dan memang benar pintu langsung terbuka. "Oh iya makasih," ucap Mila."Aku sebentar lagi pulang.""Oke," balas Mila yang kemudian menutup teleponnya. Mila berjalan masuk menuju ke kamarnya saat melewati dapur terlihat semuanya telah rapih. Tak ada piring kotor disana bahkan lantai terlihat sudah bersih. Mila mengerutkan keningnya melihat apartemen Rocky yang bersih tak seperti waktu mereka tinggal. "Apa dia pulang untuk membersihkan semua ini?" gumam Mila hingga dia kini membuka pintu kamarnya. Kamar Mila juga terlihat bersih, Mila mengamati sekeliling kamarnya hingga k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Obsession In Love   Bab 88 Meminta Izin

    Ponsel Mila tiba-tiba berdering membuat Mila langsung meraih ponselnya. Mata Mila membulat ketika melihat nama yang tertera di sana. "Halo ibu apa kabar?" ucap Mila yang bangkit dari tempat tidur. "Ibu Baik nok, kamu gimana kabarnya? Sudah makan?""Mila baru saja selesai makan, bapak apa kabar? Dimana sekarang? Kalian sudah?""Bapakmu lagi di kamar mandi, kami juga baru selesai makan. Oh ya kamu kenapa ngirim banyak sekali buat ibu sama Bapak? Nanti kamu disana bagaimana?""Oh itu Mila tambahin soalnya Mila baru dapat bonus, Ibu tidak perlu khawatir. Mila disini berkecukupan kok," jelas Mila. Rocky memperhatikan Mila yang terlihat bahagia berbicara dengan orang tuanya lewat telepon. Awalnya Rocky hanya memperhatikan Mila hingga dia bangkit dari tempat tidur. Rocky berjalan ke arah Mila dia merapatkan tubuhnya kepada Mila membuat Mila menoleh ke arahnya. "Kenapa?" tanya Mila dengan suara lirih dan menjauhkan teleponnya. Tatapan Rocky tertuju ke ponsel Mila tetapi Mila tidak mengert

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Obsession In Love   Bab 89 Kesenangan Sesaat

    Miko dengan setelan jasnya berjalan dengan angkuh masuk ke Venus company. Para karyawan menundukkan badan memberi hormat kepadanya. Miko dengan sangat sombong berjalan melewati mereka dia masuk ke dalam lift menuju ke lantai lima. Miko disambut oleh sekretaris yang bernama Laras. "Selamat pagi Pak Miko," sapa Laras dengan sopan yang menundukkan badannya. Sudut bibir Miko terangkat melihat wajah cantik Laras yang tersenyum. Sudah lama pria itu mengincar Laras, selain pintar Laras memang memiliki wajah yang cantik. Laras mengikuti Miko menuju ke ruangannya. Miko duduk di kursi kebesarannya itu, kursi yang selama ini dia nanti-nantikan. "Untuk hari ini jadwal Anda... ""Jangan bicara soal jadwal dulu," potong Miko membuat Laras diam. "Kamu kesini," panggil Miko. Laras masih diam di tempat dengan tatapan bingung. "Kesini sebentar," panggil Miko lagi membuat Laras akhirnya mendekat ke arah Miko. Dia berdiri tak jauh dari Miko duduk tapi lelaki itu tetap merasa jika jarak mereka terlal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Obsession In Love   Bab 119 End

    Langit pagi itu mendung, seolah menyelimuti bumi dengan kesedihan yang tenang. Angin bertiup lembut, menyapu dedaunan yang jatuh di sepanjang jalan menuju pemakaman. Arin berdiri diam di depan dua nisan yang tertata rapi, dengan nama kedua orang tuanya terpahat di atas batu marmer putih. Matanya berkaca-kaca, tapi bibirnya menyunggingkan senyuman kecil yang penuh makna. Di sampingnya, Samuel berdiri memegang Noah yang tertidur dalam pelukannya. Bayi mungil itu tampak tenang, seolah memahami bahwa hari ini adalah momen penting bagi mamanya. Sementara itu, Fani berdiri beberapa langkah di belakang mereka, menjaga jarak, tapi tetap waspada seperti biasanya. Arin menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. “Akhirnya, aku kembali ke sini, Ayah, Ibu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya bergetar, tapi ia mencoba untuk tetap tegar. “Aku tahu... sudah terlalu lama aku tidak datang. Tapi sekarang, aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan.” Samuel

  • Obsession In Love   Bab 118

    Mila masuk ke apartemen bersama dengan Rocky, Rocky langsung berlutut untuk melepaskan heels yang Mila kenakan. “Aku bisa sendiri, Mas.”“Tapi selama ada aku, kamu tidak boleh melakukannya sendiri,” ucap Rocky yang menarik hidung Mila. “Bagaimana apa kamu lelah? Atau mual?“Tidak Mas, aku baik-baik saja. Gerah sekali, aku mau mandi dulu ya.”“Jangan mandi malam-malam,” larang Rocky.Dari dulu Rocky memang perhatian tapi setelah mengetahui jika Mila hamil dia semakin perhatian.“Gerah Mas.”“Nanti sakit Sayang, sudah ayo ganti baju lalu tidur,” tutur Rocky yang langsung menggendong Mila. Mila dengan refleks mengalungkan tangannya di leher Rocky. Mila akhirnya patuh dengan perkataan Rocky yang melarangnya untuk mandi. Dia hanya mengganti pakaiannya dengan baju tidur. “Loh Mas kok mandi?” protes Mila. “Gerah.”“Curang!”Rocky mencium pipi Mila dengan gemas, “Aku khawatir kamu sakit, Sayang. Kita tidur ya.”Rocky menuntun Mila naik ke atas tempat tidur, dengan lengan Rocky sebagai bant

  • Obsession In Love   Bab 117 Kelahiran dan Kematian

    Malam itu begitu tenang. Samuel duduk di samping Arin yang terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tetapi senyum kecil tak pernah lepas dari bibirnya. Di pelukannya, seorang bayi mungil yang baru saja lahir beberapa jam lalu. "Noah," bisik Samuel, matanya menatap lembut ke wajah anak itu. "Aku ingin menamainya Noah. Untuk menghormati Ayahmu, Arin. Dia pasti bangga." Arin tersenyum meski lelah. Air mata hangat mengalir dari sudut matanya. "Noah... Nama yang indah.”Samuel membelai rambut Arin dengan penuh kasih. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk menjaga dua orang yang paling ia cintai ini dengan segenap jiwa raganya. "Kamu tahu, aku tidak pernah seberharap ini sebelumnya," ujar Samuel, suaranya pelan tapi penuh emosi. "Melihat kamu dan Noah… rasanya seperti semua perjuangan selama ini terbayar." Arin mengangguk kecil. Tubuhnya masih lemah setelah proses persalinan yang cukup panjang. Tapi melihat bayi mereka yang sehat dan Samuel yang selalu ada di sisinya, ia meras

  • Obsession In Love   Bab 116

    Mentari pagi menyelinap dari celah-celah tirai jendela kamar tidur mewah milik Samuel dan Arin. Suara burung yang berkicau terdengar lembut, seolah menyambut hari baru yang penuh kebahagiaan. Arin membuka matanya perlahan. Dia menoleh, menemukan Samuel yang sudah duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih yang digulung di bagian lengannya. Tatapan pria itu hangat, penuh cinta. “Pagi, istriku,” sapa Samuel sambil tersenyum. Arin tersenyum kecil, matanya masih setengah mengantuk. “Pagi, suamiku. Kenapa bangun pagi-pagi sekali? Biasanya kamu kan malas-malasan dulu.” Samuel tertawa kecil, lalu membelai rambut Arin dengan lembut. “Aku cuma ingin memastikan kamu istirahat dengan cukup. Lagipula, ada sesuatu yang spesial hari ini.” Arin mengerutkan kening, bingung. “Spesial? Apa? Hari ini bukan ulang tahun kita, kan?” Samuel mengangguk pelan, wajahnya penuh rahasia. “Nanti juga kamu tahu. Yang penting sekarang, kamu siap-siap, ya. Aku mau kita habiskan hari ini dengan santai, cu

  • Obsession In Love   Bab 115

    Pagi itu, Arin berdiri di depan gedung utama Venus Corporation. Bangunan megah itu terlihat kokoh, tapi di matanya, gedung itu seperti menyimpan luka lama. Perusahaan yang dulu milik kedua orang tuanya telah mengalami begitu banyak perubahan buruk di tangan Irawan. Namun sekarang, semuanya ada di tangannya. Arin menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya. Ini adalah langkah besar, dan dia tidak boleh gagal.Di sampingnya, Samuel berdiri dengan tenang. Wajahnya seperti biasa, penuh ketegasan, tapi ada senyum kecil yang membuat Arin merasa lebih percaya diri.“Kamu yakin bisa handle semuanya?” tanya Samuel, memecah keheningan.Arin menoleh, tersenyum tipis. “Aku harus bis. Ini perusahaan orang tuaku, Mas. Aku tidak bisa biarin apa yang mereka bangun terbuang sia-sia.”Samuel mengangguk. “Kalau kamu butuh bantuan, Mas selalu ada. Mas tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian.”Mendengar itu, Arin merasa lebih lega. Ada kekuatan dalam kata-kata Samuel yang membuatnya yakin la

  • Obsession In Love   Bab 114

    Clara berdiri di depan cermin besar di kamar pribadinya. Gaun merah yang membalut tubuhnya terlihat sempurna, namun wajahnya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Senyum tipis menghiasi bibirnya, meskipun hatinya penuh amarah. Samuel. Nama itu terus berputar di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pria itu menatapnya dingin beberapa hari yang lalu, menolak kehadirannya tanpa sedikit pun ragu.“Dia tidak bisa terus seperti ini,” gumam Clara pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Matanya menatap pantulan dirinya dengan tajam, seolah mencoba meyakinkan diri bahwa dia masih punya kendali. ---Di ruang tamu, Irawan berdiri dengan wajah merah padam. Di depannya, Bella berdiri dengan koper besar di tangannya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, tidak seperti biasanya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini terlihat dingin dan penuh kebencian. “Kamu mau ke mana?” suara Irawan terdengar keras, hampir seperti teriakan. Bella menatapnya dengan tenang, tapi sorot

  • Obsession In Love   Bab 113 Kedatangan Samuel

    Pagi itu, suasana kantor pusat Venus terasa berbeda. Setelah konfrontasi besar yang terjadi kemarin, berita tentang keberanian Arin menyebar seperti api. Namun, meski kemenangan awal itu membuat hatinya sedikit lega, ia tahu ancaman belum berakhir. Irawan dan Clara tidak akan tinggal diam. Arin duduk di ruangannya, memandangi secangkir teh yang sudah dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela besar, pikirannya melayang pada langkah selanjutnya yang harus ia ambil. Fani mengetuk pintu perlahan sebelum masuk dengan membawa beberapa dokumen.“Nyonya Arin, ini proposal yang harus Nyonya tandatangani untuk rapat siang nanti,” ujar Fani sambil meletakkan map di meja. “Dan tadi ada kabar dari Tuan Samuel. Katanya beliau sudah di jalan ke sini.”Arin tertegun, menoleh cepat ke arah Fani. “Mas Samuel... akan datang ke sini?”“Iya, Nyonya. Katanya mau mendukung Ibu langsung di hadapan para pemegang saham,” jawab Fani dengan senyum kecil. “Sepertinya beliau tidak mau cuma diam melihat Nyony

  • Obsession In Love   Bab 112 Konfrontasi di Venus

    Langit pagi itu cerah, tapi hati Arin penuh badai. Di balik ketenangan wajahnya, ada amarah yang telah lama ia simpan. Hari ini, ia akan menyelesaikan semuanya, mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya—Venus, perusahaan yang dibangun oleh kedua orang tuanya dengan penuh cinta dan kerja keras. Terakhir dia memang berhasil membuat Irawan dan Clara diusir tapi dengan licik mereka memanipulasi semua lagi. Para pemegang saham lebih percaya dengan omongan mereka daripada ArinArin berdiri di depan cermin besar di kamar utama. Gaun formal berwarna hitam yang ia kenakan memancarkan aura kekuatan. Rambutnya disanggul rapi, memberi kesan elegan namun tegas. Di belakangnya, Fani berdiri dengan tangan di pinggang, seperti biasa dengan ekspresi serius.“Bu Arin, semua dokumen sudah siap. Rekaman suara dan bukti saham yang Ibu minta sudah saya simpan di tas kerja. Kalau ada yang coba macam-macam, saya juga sudah siap.” Fani.Arin tersenyum tipis. “Terima kasih, Fani.”Ruang rapat di lant

  • Obsession In Love   Bab 111

    Pernikahan Mila dan Rocky berjalan dengan sangat lancar. Arin yang ikut menyaksikan pernikahan mereka pun ikut merasa senang. Pernikahan yang penuh kebahagiaan dan rasa haru itu mampu membuat Arin sedikit iri. Iri karena kedua orang tua Mila yang hadir, kasih sayang orang tua Mila membuat Arin merindukan kedua orang tuanya. Samuel yang menggandeng tangan Arin merasakan tangan itu semakin dingin. "Apa kamu baik-baik saja, Baby?" tanah Samuel yang nampak cemas. Arin menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil. Samuel tak bisa ia bohong dia mengerti jika Arin sedang tidak baik-baik saja. Tapi Samuel tak mau bertanya lebih karena mereka belum kembali ke rumah. Keduanya berjalan keluar dari gedung pernikahan itu, Alec membukakan pintu mobil untuk mereka. Arin dan Samuel pun segera masuk ke dalam mobil. Samuel membawa Arin agar bersandar di dadanya. Pria itu mencium puncak kepala Arin membuat Arin merasa nyaman. Diusapnya perut Arin yang sudah membesar itu. "Baik-baik ya Sayang di dal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status