***Tidak terlalu lama karena Yerinsa hanya menambahi rok untuk menyembunyikan celana pendeknya, rok sebetis berwarna biru muda. Mengganti atasan dengan kaos crop lengan panjang warna putih dan menyisir rambut lebih rapi sebelum diberi jepitan hitam di sisi kanan.Menguatkan pondasi polesan make up di wajah dan mengenakan jam tangan putih di pergelangan kiri. Tidak lupa membaluri tubuh dengan tabir surya hingga ke ujung kaki sebelum mengambil sepasang high heels boot ala Korea.Segera keluar dari kamar setelah memasang boots itu dan menemui Fiona lagi, tas kecil tersampir di pundak kiri ke pinggul kanan, itu berisi barang pribadi seperti handphone dan dompet uang."Ayo pergi," kata Yerinsa dengan senyum manis.Fiona bangkit berdiri setelah menyeruput habis teh di cangkir porselen. "Ayo," katanya lebih semangat.Berjalan dengan lengan terkait, Yerinsa mendadak berhenti sebelum mencapai pintu keluar, membuat Fiona menoleh heran."Ngomong-ngomong bagaimana kita pergi? Supirku pasti masih
***Yerinsa meremas cukup erat tangan Fiona yang digenggam agar tidak meladeni ocehan melantur Anastasya, kemudian menoleh dengan senyum manis yang dipaksakan.Ini bocil cakep-cakep bacotnya ngeselin."Nona Claymond, kenapa kamu sangat ingin tau uang bulananku? Harusnya kamu khawatir apakah uang di dompet kekasihmu cukup untuk membayar makanan di sini walaupun sedang diskon promo," balas Yerinsa sengit, bernada merendahkan yang jarang sekali digunakan jika tidak sedang emosi.Anastasya menggeram. "Kamu-! Apa maksudmu Raven tidak bisa membayar makanan di sini? Heh! Dengar. Orang kalangan atas di sini tidak hanya kamu! Dasar sombong! Uangmu saja masih sama seperti kami yang meminta dari orang tua!" cercanya malah tersulut emosi yang dibuat sendiri.Yerinsa menjulurkan lidah meledek terang-terangan. "Sayang sekali kamu salah, uang bulananku dan Fiona tentu saja tidak sama seperti kalian," balasnya, lalu terkikik sambil melanjutkan melangkah pergi.Anastasya melotot semakin tidak terima,
***Remaja dengan pakaian mencetak lekuk tubuh itu terkesiap sesaat, mendongak menatap Luga yang menutupi tubuhnya dengan jas abu-abu. "A- ... Anda-""Bodoh." Kalimat gagap Yerinsa dipotong oleh ejekan Luga, sebelum menyentil pelan pelipis kecil itu. "Kenapa kamu selalu dihampiri masalah jika keluar sendiri," keluhnya kemudian.Yerinsa mengkerut tidak senang sambil mengelus pelipis. "Apa maksud Anda? Tidak perlu berlebihan seperti ini," desisnya tidak nyaman oleh banyak pasang mata yang memperhatikan.Selain malu, Yerinsa juga pasti akan ditanyai ini dan itu nanti oleh Fiona, tentang bagaimana bisa kenal dengan orang sepenting Luga.Jas abu-abu terpasang tidak benar, bagian kancing malah ada di punggung, dan bagian punggung jas menutupi dada Yerinsa. Dilihat bagaimana pun, Luga saat ini masih seperti memeluk Yerinsa, jelas saja akan membuat salah paham.Luga menoleh pada orang-orang di sekitar yang terdiam, bahkan dua gadis yang semula dirundung amarah mendadak keheranan menatap Yerin
***Marvel tidak mengerti, dari sekian pesan yang sudah dikirim untuk Yerinsa, tidak ada balasan sama sekali, padahal tanda terkirim tercetak jelas. Kali ini pun centang dua abu-abu muncul setelah pesan dikirim, hanya berisi kalimat singkat menanyakan apakah gadis De Vries itu memiliki waktu untuk mereka bertemu.Sedetik kemudian, Marvel terkesiap saat pesan balasan muncul tanpa disangka-sangka. Mengerjab berkali-kali untuk memastikan nama yang tertera di layar, itu memang nama 'Yerin' dengan emoji kuda poni.Kurasa bisa, di mana kita akan bertemu?Mendapat balasan setelah sekian pesan diabaikan, Marvel tidak bisa menahan senyum terbit di bibir, mengetikkan kalimat balasan dengan cepat sambil berjalan turun dari tangga.Alun-alun kota? Jam tiga sore nanti, bagaimana?Setelah menekan kirim pesan, Marvel membenahi letak tas di pundak kiri, bergegas melihat waktu sudah memepet dengan jam kuliahnya.Denting handphone kembali terdengar, hanya satu kata 'oke' dari Yerinsa masuk, tapi kembal
***Kernyitan di dahi Liam semakin dalam, heran mengapa tuan muda yang biasa acuh tak acuh itu hari ini ingin datang ke suatu tempat tanpa terikat janji.Akhir-akhir ini Liam menyadari sikap Luga agak berbeda dari rutinitasnya, beberapa kali sudah kedapatan keluar dari kantor di saat jam kerja tanpa diketahui tujuannya.Liam memang asisten terpercaya Luga, tapi untuk urusan pribadi sang tuan muda dia tidak bisa mengikutcampuri tanpa diperintah. Selain itu, bawahan setia Luga tidak hanya Liam sendiri, ada puluhan lainnya yang bekerja di balik punggung laki-laki itu.Sebagai salah satu Tuan muda dan pemegang saham besar keluarga Roosevelt, Luga tentunya memiliki kelompok pelindung tersendiri yang bekerja di bawah perintah langsung. Untuk menjamin keselamatan Luga di manapun dan kapanpun, paling bisa diandalkan dalam situasi genting."Berkunjung?" beo Liam akhirnya lolos juga dari benak yang mengganjal.Luga kali ini melirik datar. "Hm, ada masalah?" tanyanya tanpa minat.Liam cepat-cepa
***"Gabriella, apa kamu sudah selesai?""Sebentar lagi, Ibu." Gabriella sedikit berseru menjawab pertanyaan sang ibu yang berada di luar pintu kamar."Ya ampun, kamu berdandan seperti akan tampil di televisi saja," keluh Yerinsa yang berdiri di samping Margareth.Gadis itu mengenakan dress biru gelap bertabur glitter seperti langit malam berhias bintang, di kaki terpasang ankle strap hitam yang menunjang tinggi badan. Rambut yang biasa tergerai malam ini ditata dengan gaya half updo tier braid, tanpa hiasan rambut selain boby pin."Cerewet, diam saja." Balasan Gabriella terdengar kesal dari dalam kamar.Margareth menggeleng menegur Yerinsa. "Kami akan menunggu di lantai bawah, Sayang. Oke?" katanya kembali pada Gabriella."Baik, Ibu. Aku akan segera menyusul," balas Gabriella lagi.Wanita dengan gaun ketat hitam dan rambut disanggul itu kemudian menatap Yerinsa, mengajaknya turun lebih dulu sementara menunggu Gabriella selesai bersiap-siap. Ketukan hak stiletto itu terdengar berirama
***Tanpa disangka, Margareth dan kedua putri cantik itu tiba di restoran bersamaan dengan mobil Abrady. Segera saja mereka masuk bersama tanpa membuang waktu karena keluarga Laventez sudah menunggu.Memasuki restoran mewah itu, mereka yang sudah memesan tempat VVIP diantar oleh seorang waiters berjas hitam di luar kemeja putih dan berdasi kupu-kupu. Ke lantai atas restoran dengan fasilitas lift, mereka dibimbing hingga tiba di sebuah ruangan dengan privasi sangat terjaga dan nyaman.Kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh pasangan Laventez dan putra mereka. Bercipika-cipiki sambil menanyakan apakah perjalanan lancar dan bagaimana kabar mereka."Abrady, kamu benar-benar memiliki tiga permata," komentar Sergio selaku kepala keluarga Laventez.Abrady tertawa, diiring tawa istri mereka juga, dan mulai duduk satu persatu di kursi yang sudah disiapkan.Saking dekatnya keluarga mereka, tidak akan sungkan lagi bicara informal, karena sudah sama-sama tau keluarga masing-masing sejak d
***Satu minggu setelah acara makan malam itu, yang artinya tidak sampai satu bulan penuh lagi acara pertunangan berlangsung. Semakin tidak sabar Gabriella menanti acara, semakin bahagia orangtua mereka akan pertunangan itu, maka semakin resah hari demi hari Yerinsa lalui.Walaupun Yerinsa sudah berusaha sebisa mungkin membuat pembelokan plot novel secara paksa, tapi tidak menutup kemungkinan dunia ini membuat plot sendiri agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.Sama seperti kejadian Yerinsa ingin menghindarkan Gabriella dari Luga saat di hotel malam itu. Yerinsa takut, semakin hari berlalu, perasaan gelisah tidak bisa terkontrol.Akhir-akhir ini Yerinsa sering mengecek catatan plot novel yang disimpan di buku diary berkunci, untuk membandingkan kejadian di dunia ini dan jalan cerita novel asli.Dalam satu minggu ini, Yerinsa hanya pernah dua kali datang ke perusahaan sang ayah, kebetulan untuk melihat proses pengambilan sample iklan, dan yang ke dua beralasan mengajak Abrady makan