*** Luga menggedikkan bahu, mata kuning sawo itu menyapu seluruh sudut ruang tamu yang terasa sangat nyaman dan luas. Ada sejumlah lukisan pemandangan berukuran besar di dinding atas, mungkin ketinggiannya sekitar tiga meter. "Kudengar Gabriel akan bertunangan, jadi hanya ingin memastikan," kata Luga setelah hening cukup menyebalkan. Sebelum Yerinsa membalas kalimat itu, Mauren datang membawa nampan untuk menghidangkan camilan ringan kue kering, dua gelas kosong dan sebuah teko kecil. Menuangkan minuman dingin ke cangkir setelah menata piring di atas meja. Lalu merunduk sekilas sebelum pamit undur diri kembali ke dapur, membiarkan dua orang itu kembali dalam keheningan. "Memastikan apa? Kamu akan diundang walaupun tidak ke sini, pasti merepotkan orang sibuk sepertimu harus meluangkan waktu," ujar Yerinsa sedikit menyindir meskipun terdengar sopan. Luga tersenyum setengah, mengerti sindiran halus itu. "Tidak merepotkan sama sekali, karena aku sedang ada waktu," balasnya. Mencoba
*** Selain hal-hal tentang Gabriella, beban di kepala Yerinsa juga mencakup ayah dan ibunya. Karena pertunangan sudah dipublikasi, sudah pasti perusahaan juga ikut terkena dampak, positif dan negatif. Namun, setelah satu minggu kembali berlalu, tidak ada berita buruk apapun tentang perusahaan, Yerinsa juga dengan berani terang-terangan menunjukkan eksistensi di perusahaan, secara berkala di beberapa waktu luang dia akan pergi ke kantor sang ayah. Menepati kata-katanya pada Abrady saat di mobil menuju pulang dari makan malam bersama keluarga Laventez, Yerinsa memperhatikan pemegang-pemegang jabatan di perusahaan itu. Tidak ada tanda perusahaan terganggu, bukan berarti Yerinsa bisa bersantai, karena mungkin saja Luga belum beraksi. Hari ini, Yerinsa mendatangi perusahaan kembali, membawa sebuah paperbag berisi kotak makan siang untuk dinikmati bersama sang ayah. Margareth dan Gabriella ada pertemuan dengan EO yang mengurus dekorasi hotel. Jadi, sejak pagi rumah sudah sepi, Yerinsa
***"Uh, maaf," ucap Yerinsa singkat, bahkan tanpa merundukkan tubuh dan tidak menatap lawan bicara.Keadaan kepala masih belum sepenuhnya nyaman, jadi mood hati Yerinsa ikut tidak stabil. Hanya ingin cepat sampai ke ruangan sang ayah dan tiduran di sofa dengan alibi lelah di sekolah.Namun, baru saja ingin pergi berlalu, lengannya ditahan dengan hempasan kuat oleh wanita itu, hingga Yerinsa hampir membentur tembok karena sulit menyeimbangkan diri."Apa yang-""Beraninya kamu bersikap tidak sopan," cerca wanita itu langsung.Yerinsa mengerjab mengenyahkan pandangan tidak fokus, menatap wanita bergincu merah yang senada dengan blazer dan rok itu, setelan formal mencetak lekuk tubuh itu terlihat seksi dikenakan bersama sepasang high heels jenis pumps."Saya sudah minta maaf, jadi, permisi," kata Yerinsa mengulang dengan tata krama lebih sopan.Berpikir masalah akan segera selesai dengan begitu, jadi Yerinsa mengalah, sekilas menyugar rambut sebelum berniat pergi lagi.Tapi, lagi-lagi se
***Pintu mobil tertutup sendiri setelah Yerinsa keluar dari kursi penumpang di bagian belakang. Supir mengeluarkan beberapa buah kotak besar dari bagasi mobil dan sejumlah pelayan yang menunggu di teras segera membantu mengangkat."Hati-hati, bawa ke ruangan yang sudah kuberitahu tadi siang," peringat Yerinsa pada para pelayan yang bekerja sama."Ya, Nona." Mereka menyahut kompak, perlahan satu demi satu kotak-kotak itu dibawa ke dalam rumah dari teras.Hari ini, ribuan kertas undangan cantik sudah selesai dibuat, dan baru saja Yerinsa ambil langsung dari percetakan. Walaupun sudah sore, tidak ada waktu menunda untuk melakukan bagian selanjutnya.Tidak sedikit orang berpengalaman disewa ke rumah De Vries untuk membantu proses penulisan alamat di undangan sebelum dikirim pada tamu. Karena waktu hanya tersisa kurang dari sepuluh hari lagi acara dilaksanakan, jadi butuh banyak tenaga dikuras."Ini buku daftar semua tamu dan alamat rumah mereka, jadi kita bisa mulai sekarang," kata Gabri
***"Aku sudah bicara padanya untuk mau memberikan sedikit waktu kita bicara, tapi dia hanya ingin mendapat jawaban 'iya'. Kalau tidak, AM company dipertaruhkan dalam waktu satu malam saja."Penjelasan Abrady di dalam membuat Yerinsa yang di luar semakin melemas, sudah yakin sekali bahwa inilah awal dari gejolak keluarga mereka."Kita pasti memiliki cara lain agar tidak mengorbankan yang manapun. Aku di sini, Sayang, aku ada untukmu. Semuanya akan baik-baik saja."Kelembutan Margareth dalam bicara selalu berhasil menenangkan hati yang kacau, inilah kenapa wanita itu sangat berarti bagi Abrady.Yerinsa tanpa terasa bersandar di dinding dekat pintu, merasa lelah akan masalah besar yang datang tiba-tiba, seharusnya bisa mengantisipasi ini lebih dulu.Selama ini, Yerinsa terpaku akan rencana keberhasilan pertunangan Gabriella dan Justin, sekaligus berusaha membuat orangtuanya mendapatkan kebahagiaan meski hanya dengan cara sekecil kerikil. Sampai-sampai Yerinsa lupa, lawannya adalah Luga
***Justin tidak bisa diselamatkan.Listrik bertegangan tinggi seakan menyetrum sekujur tubuh Yerinsa hingga membeku dengan kulit kepala berkeringat dingin saat mendengar sebait kalimat itu dari mulut sang ibu. Melihat Natalie dan Gabriella tengah menangis meraung penuh air mata, Yerinsa tidak tau harus mengeluarkan ekspresi apa saat itu juga, bahkan tidak bisa mengontrol gemetar di kaki.Laki-laki 20 tahun itu tidak bisa melewati masa kritis di rumah sakit akibat kecelakaan yang terjadi. Kronologi kecelakaan persis seperti dikatakan dalam novel, mobil Justin masuk ke bawah bagian mobil truk dan setengah remuk terseret ban.Tidak sampai satu minggu lagi harusnya acara pertunangan, tapi semua berubah menjadi duka, hari yang seharusnya penuh kebahagiaan menjadi berkabung.Sekitar pukul dua belas siang, Margareth menyuruh Yerinsa makan siang lebih dulu di kafetaria rumah sakit. Melihat gadis itu melamun akibat syok di kursi tunggu sejak datang tadi seperti orang gila berlari dari ujung l
***Resepsionis itu masih mempertahankan keramahan, meski tak ada yang tau bahwa dalam hati sedang mengeluh akan usaha keras kepala remaja di depannya."Kalau Anda ingin memberitahu langsung dan bertemu Tuan CEO, buatlah janji bertemu dengannya agar memiliki izin masuk," kata resepsionis itu, senyum tidak seramah di awal."Tapi, aku-""Nona, sudah ada puluhan gadis yang melakukan berbagai trik semacam ini, kami tidak bisa membiarkan Anda masuk, jadi tolong pergilah, kembali jika Anda sudah memiliki jadwal janji."Satu resepsionis lain yang semula acuh tak acuh, mengikuti percakapan tanpa diundang, membantu sang teman bicara dengan sinis.Bibir Yerinsa mengatup rapat, tak lama berdecak pasrah mengetahui banyak pasang mata karyawan menatap ke arahnya.Mundur dari meja resepsionis, Yerinsa melirik kiri-kanan diam-diam, memaksa otak bekerja mencari cara bagaimana bisa menemui Luga hari ini juga.Yerinsa tidak berniat pergi dari kantor ini walaupun sudah diusir, menerima sinisme bukan jadi
*** Sebelum-sebelumnya, di hari libur Yerinsa akan memilih menghabiskan waktu tiduran di kamar menonton streaming video yang baru rilis. Tapi, minggu ini terlalu sibuk, sampai tidak banyak waktu membuka laptop di rumah. Seperti hari ini, Yerinsa sarapan sendiri lagi karena semua penghuni rumah pergi sejak pagi buta, membatalkan begitu banyak perjanjian dengan pihak yang bersangkutan dengan acara pertunangan. Sepanjang dari kamar ke pintu utama rumah, hanya pelayan yang Yerinsa temui. Abrady, Margareth dan Gabriella ke rumah keluarga Laventez bersama hari ini. Meninggalkan Yerinsa sendiri di rumah, tapi setelah sarapan gadis itu juga sudah bersiap pergi. "Nona, Anda mau ke mana?" Belum sempat kaki berbalut sneakers high top coklat itu menginjak undakan tangga teras untuk turun, suara Mauren datang dari belakang membuatnya menghentikan langkah. Yerinsa menoleh. "Ada yang harus kubeli di luar, aku akan kembali," katanya singkat sambil melanjutkan. "Apa Anda sudah memberitahu supir?